Mohon tunggu...
Sulis Tyaningsih
Sulis Tyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Buku Pendiidkan, Sosial-Budaya, Sejarah, Sastra, Psikologi dan Sains sangat saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sang Alkemis

10 September 2022   13:33 Diperbarui: 10 September 2022   13:39 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku                         : Sang Alkemis

Pengarang                          : Paulo Coelho

Jumlah Halaman               : 129

Diawali dengan prolog yang cukup memikat, antara Danau yang sedih dan Narcissus yang tenggelam di dalamnya. Tak ada yang mengetahui keindahan Narcissus selain Danau yang menjadi tempat ia bercermin setiap hari. Begitupun Danau, tidak akan pernah mengetahui pantulan keindahan dirinya lagi. Seperti ketika ia menatap warna air yang terpatri pada bola mata Narcisuss.

Buku ini menceritakan sebuah kisah epik tentang seorang bocah yang bernama Santiago. Santiago rela meninggalkan kampung halamannya demi menjadi seorang Gembala. Ia ragu akan menemukan Tuhan apabila menyetujui nasihat orangtua untuk menjadi Pastor. Pikirnya menjadi Pastor akan membuat hidupnya kaya namun tidak dengan hatinya.  

Perjalanan yang berpindah-pindah membuat ia tahu akan keistimewaan tiap daerah, kapan dan di mana ia harus melepaskan domba-domba agar kenyang, membaca isyarat alam, tempat gratis untuk menetap sejenak, tahu dombanya sakit, hamil atau akan melahirkan, dan yang paling penting adalah bisa membaca buku-buku kesukaannya di hamparan padang rumput dalam balutan semilir angin yang menyegarkan.

Seorang penggembala adalah yang hidup mengembara, begitu pikirnya, sampai ia bertemu dengan seorang gadis yang tentu saja, memikat hatinya. Entah kenapa pertemuan pertama itu membuat ia ingin menetap untuk waktu yang lama. Namun, domba-domba tidak akan suka hal itu terjadi. Ia pun berjanji apabila melewati kota itu beberapa tahun lagi, ia akan mengajak gadis itu mengembala bersama.

Saat matahari terbit, ia termangu. Biginilah kiranya, ia tidak akan pernah mengetahui Tuhan apabila hanya duduk di suatu daerah, belajar di seminari, hanya untuk menjadi seorang Pastor.

Suatu hari Santiago bimbang tentang mimpi aneh yang kerap terjadi sepanjang tidurnya. Ia sudah siap untuk mendatangi kedua orangtua si gadis. Namun kakinya melangkah ke dalam rumah perempuan tua yang konon katanya bisa menafsirkan mimpi. Kamu akan menemukan harta karun di Piramida Mesir, begitu petuah yang terucap dari perempuan tua itu.

Tentu saja harta terpendam itu ada di Mesir karena begitulah mimpi itu tercipta. Dengan senyum konyol, Santiago keluar dari rumah perempuan tua. Tanpa diberi tahu pun, ia sudah tahu, kesalnya. Dengan langkah gontai ia melangkah ke sebuah toko penukaran buku. Ia hendak menukarkan bukunya dengan buku yang baru dan lebih tebal lagi ukurannya.

Mungkin setelah membaca buku baru ini di taman, ia akan menemui gadis kesayangannya itu. Tetapi saat membaca, pikirannya mulai kacau. Di halaman pertama di jelaskan tentang sebuah pemakaman yang dipenuhi nama-nama aneh, sulit untuk dibaca. Seorang lelaki tua yang duduk di sampingnya mencoba membuka obrolan. Kedua hal itu kompak membuat ia menyulut kesal.  

Santiago ketus menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari lelaki tua. Buku yang ia baca semakin aneh dan menyerupai lelaki tua di sampinya itu. Maih ada waktu untuk menukarkan buku ini sebelum terlambat, pikirnya.

Buku ini menyatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh hampir semua buku di dunia, sahut lelaki tua. Ia menggambarkan ketidakmampuan orang untuk memilih Legenda Pribadi mereka sendiri. Dan berakhir dengan mengatakan bahwa setiap orang mempercayai dusta terbesar di dunia.

Apa dusta terbesar itu? tanya Santiago, sungguh-sungguh terkejut.

Begini, bahwa pada saat tertentu dalam hidup kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada diri kita, dan hidup kita lalu dikendalikan oleh nasib. Itulah dusta terbesar di dunia. 

Percakapan dengan lelaki tua membuka jalan baru yang begitu manantang. Santiago akhirnya menemukan Legenda Pribadi dengan mencari harta terpendamnya. Percintaan, penghianatan, ketakutan, kematian, dan keputusasaan menghantui jejak hidupnya.

Seperti seorang anak kecil, saya membaca buku, lembar demi lembar, dengan harapan ia akan mendapatkan harta terpendam itu. Namun, saat bertemu dengan seorang wanita yang begitu memikat, saya pun merasakan, berat betul kaki si Santiago untuk melangkah pergi ke Piramida Mesir.

Saat membaca buku ini saya menemukan serpihan impian-impian yang terserak di belakang. Apakah saya akan puas dengan kehidupan sekarang yang bisa dibilang Aman? Buku ini memberikan dorongan besar pada saya untuk mengumpulkan serpihan impian-impian itu.

Saya tidak pergi ke perempuan peramal atau pun mendapat ganguan dari lelaki tua saat membaca buku. Tetapi setelahnya saya membaca buku lebih banyak lagi, menantang diri untuk mengikuti berbagai kompetisi, mencoba menulis lagi, dan belajar banyak hal baru.

Seperti halnya Santiago yang menemukan Fatima, seorang gadis badui yang tegas, mengatakan bahwa ia bukanlah harta terpendam yang dicari-cari. Menyuruhnya pergi, dan menemukan Legenda Prbadi itu. Saya juga menemukan kekasih hati yang bukan meminta saya untuk tetap tinggal dan tertinggal. Namun terus bergerak mewujudkan keping-keping impian saya yang hilang.

Buku ini sangat cocok dibaca untuk orang-orang yang terjebak zona nyaman dan keterpurukan. Saya yakin, di beberapa bab, kalian akan merasakan De Javu. Agaknya yang dialami Santiago juga kalian alami dulu, saat kalian begitu antusias mengejar mimpi.  Selamat Membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun