Mohon tunggu...
Sulis Tyaningsih
Sulis Tyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Buku Pendiidkan, Sosial-Budaya, Sejarah, Sastra, Psikologi dan Sains sangat saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Eco Enzyme Solusi Green Investment Indonesia

7 Juli 2022   15:34 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:36 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi dasar adanya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Keberadaan sampah dapat menjadikan lahan pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidak menutup kemungkinan sampah dengan jumlah banyak menjadi masalah lingkungan dan kesehatan.

Dewasa ini, pengelolaan sampah di masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metana yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.

Penguraian sampah melalui proses alam memerlukan jangan waktu yang lama dan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengolahan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang penyumbang sampah terbesar di dunia. Indonesia adalah penyumbang sampah terbesar kedua dengan volume 187,2 juta ton/tahun, dengan China pada posisi pertama dengan 262,9 juta ton/tahun.

Melihat betapa peliknya masalah sampah ini ada baiknya Green Investment Indonesia memberikan perhatian lebih. Seorang doktor dari Thailand yaitu, Dr. Rosukon Poompanvong memberikan inovasi untuk petani setempat agar memperolah hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkungan.

Dengan memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku, kemudian dicampur gula dan air, dan didiamkan selama beberapa bulan. Maka proses fermentasi ini menghasilkan gas O3 (ozon) dan cairan pembersih yang dapat digunakan sebagai pupuk ramah lingkungan. Metode ini dikenal dengan nama Eco Enzyme.

Keistimewaan Eco Enzyme ini adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan kompos, bahkan produk ini tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu. Botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan kebali sebagai tangki fermentasi.

Anda pun bisa membuat Eco Enzyme di rumah, begini caranya :

Resep membuat Eco Enzyme untuk botol ukuran 1 liter dengan wadah botol atau stoples bekas:

Bahan yang dibutuhkan :

  • 500 ml air
  • 50 gram gula pasir (bisa juga menggunakan gula lain seperti gula merah)
  • 150 gram kulit buah
  • Alat yang digunakan
  • Botol plastik bekas ukuran 1 liter
  • Timbangan digital
  • Corong

Langkah pembuatan :

  • Gunakan wadah plastik, jangan pakai wadah logam karena kurang elastis.
  • Masukkan 500 ml air ke dalam wadah plastik dan 50 gram gula.
  • Masukkan sisa kulit buat atau sayur ke dalam wadah. Jika menggunakan buah dan sayur perbandingannya adalah 80:20.
  • Sisakan ruang untuk proses fermentasi. Oleh karena itu jangan isi wadah hingga penuh.
  • Aduk perlahan isi wadah plastik yang sudah terisi dengan larutan air dan gula. Tidak perlu dikocok.
  • Buka tutup wadah setiap hari selama 1 bulan pertama setelah diaduk. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi. Untuk bulan berikutnya disarankan menutup rapat wadah.
  • Simpan wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki ventilasi yang baik. Hindari sinar matahari langsung dan jangan disimpan di dalam kulkas.
  • Setelah 3 bulan, Eco Enzyme akan selesai dan dapat digunakan.

Bagaimana? Gampang bukan? Ide membuat Eco Enzyme ini bisa merambah pasar terkhusus untuk peningkatan ekonomi bagi perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas. Pengerjaan yang dilakukan di rumah sangat mendukung kegiatan tersebut.

Bantuan dari pemerintah untuk mengucurkan dana melalui Green Investment ini bisa jadi kolaborasi yang bagus. Lapangan kerja akan terbuka lebar dan masalah lingkungan limbah rumah tangga bisa diatasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun