Dan kembali ku berbisik dalam redupnya pikir.
Lantas apakah itu cinta bila kedekatannya hanya untuk mengadu tentang hitamnya hati dan tentang geramnya jiwa.
Sesekali kulihat ada sesosok ego di dalam lembaran langit-langit di ujung sudut pengertianku.
Dan bukankah memang selalu begitu.
Manusia memang bukan sang penentu, tapi manusia jugalah yang memberikan penentuan di hidupnya.
Bukankah semua seperti itu.
Sekejap ku terdiam, seolah berfikir, tapi lebih tepatnya mengecam keadaan.
Setelah semua tertanam sempurna menjadi paradigma massa di tiap sekat olah pikir manusia.
Dan seolah kebenaran terbinasakan selaput kebencian karena tuntutan pola pikir manusia.
Dan aku terlibat di dalamnya.
Menghitam di balik kebenaran, menghitam dalam tatap kebencian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H