Mohon tunggu...
Sulistiyani
Sulistiyani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Pembelajar

Ibu muda. Suka bacain buku untuk anakku Karuna yang usianya 16 bulan dan untuk adik-adik di Pojok Baca Karuna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Literasi, Inilah Cara Kami Berbagi di Masa Pandemi

31 Desember 2020   22:47 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:54 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyiapkan media tanam (Gambar dokumentasi pribadi)

Namanya Karuna, dia anak kami. Nama ini pula yang menjadi cikal bakal hadirnya "Pojok Baca Karuna". Bermula dari keinginan saya dan suami untuk mengenalkan buku sedini mungkin. Jika banyak yang menyebutkan kalau membacakan buku untuk anak banyak manfaat yang di dapat, maka kami tidak semudah itu pecaya. Kami memutuskan untuk mencoba mempraktekan. Konon, karena memang belum bisa membaca, maka mengenalkan buku ke anak adalah dengan membacakannya. Berawal dari satu buku, dua buku anak. Berawal dari buku eceran yang harganya mulai lima ribuan, yang ternyata banyak disobek sama anak. Karena tenyata sangat mungkin bagi batita untuk menyobek, melempar, meremas dan menggigit buku. 

Saya juga pernah membaca di buku "Membacakan Nyaring" yang ditulis oleh Ibu Rosie Setiawan bahwa diantara manfaatnya adalah dapat meningkatkan bonding antara anak dengan orang tua. Awalnya saya sempat berfikir, apa iya kegiatan sederhana membacakan buku bisa mendekatkan anak saya dengan ayahnya? Kalau dengan ibu, saya mikirnya karena memang setiap hari ketemu, dan masih ASI setiap hari juga, otomatis kami merasa dekat. Nah, sampai akhirnya kami rasakan memang  betul, jalan ini bisa jadi bagian buat mempererat hubungan ayah dengan anak, pun dengan ibunya. Ditambah, manfaat lainnya adalah tabungan kosakata. Semakin sering terpapar dengan buku, maka semakin banyak kosakata yang didengar, dan ketika waktunya tiba anak bisa bicara, ini konon akan sangat membantu anak. 

Karuna bersama bapak (Gambar dokumentasi pribadi)
Karuna bersama bapak (Gambar dokumentasi pribadi)

Namun, menariknya kegiatan ini ternyata seperti gula yang menarik perhatian semut untuk datang. Iya. Anak tetangga kami, ternyata juga sangat antusias dengan buku-buku cerita yang ada di rumah kami. Mereka bermain dengan bayi kami iya, pun ternyata yang jadi alasan mereka untuk selalu datang adalah buku, bahkan hampir setiap hari. 

Kebetulan juga, mertua saya membuka kesempatan untuk belajar ngaji setiap sore hari untuk anak-anak sekitar yang kalau datang semua kuang lebih 10 orang. Nah, yang sempat jadi perhatian waktu itu adalah, ketika salah satu anak ngaji, maka sangat mungkin yang lain berlari-larian, berteriak, dan ini membuat tidak nyaman kegiatan mengaji. Meskipun sudah dinasihati untuk anteng, namun anak-anak apa karena fitrahnya memang bergerak, jadi mereka lai, dan teriak lagi. Hingga akhirnya saya kepikiran, kalau ada buku sepertinya akan membantu mereka setidaknya teralihkan. Nah ternyata betul, meskipun bukunya belum banyak,kami mencoba menyediakan buku. Dan ternyata iya. Mereka jauh lebih kondusif. 

Meski awalnya hanya untuk Karuna, kini kami menyebut "Pojok Baca Karuna". Ini doa kami, untuk memiliki semacam rumah baca, atau perpustakaan, yang bisa dinikmati anak-anak tetangga di desa kami, di Magelang. 

Adik-adik, menunggu giliran mengaji, membaca (Gambar dokumentasi pribadi)
Adik-adik, menunggu giliran mengaji, membaca (Gambar dokumentasi pribadi)

Hingga pandemi datang, karena kami di kampung, dengan tetap berprotokol kesehatan, setidaknya dengan mencuci tangan dan menyemprot handsanitizer, anak-anak tetap datang untuk membaca buku. Di kondisi ini, saya sempet kepikiran untuk menambah bahan bacaan. Jadi waktu itu saya berdoa bisa membeli buku sains, buku terbitan Korea yang sudah diterjemah. Yang membuat saya ingin membeli buku itu adalah, buku tentang sains, tetapi dikemas dalam bentuk cerita dan komik, sehingga sangat menyenangkan untuk dibaca. Adik-adik bisa belajar dengan bahagia. Apalagi di masa pandemi ini, tidak ada belajar tatap muka. Makanya, seneng banget kalau bisa jadi jembatan buat adik-adik ini untuk belajar lewat buku. Tapi, karena saat itu tidak memungkinkan untuk minta uang ke suami, akhirnya saya coba jadi reseller tanpa modal, jualan buku itu. Dan sayangnya saya belum aktif promosi, karena anak saya masih butuh pendampingan. Jadi, impian untuk membeli buku saya ikhlaskan dulu. Entah kapan suatu hari nanti. 

Membaca buku, termasuk buku Sains (Gambar dokumentasi pribadi)
Membaca buku, termasuk buku Sains (Gambar dokumentasi pribadi)
Sampai suatu hari, saya menerima pesan lewat whatsapp, yang isinya "mba apa pembangunan rumah bacanya sudah selesai?. Kebetulan saya sedang ada rejeki". Seinget saya, saya tidak pernah bilang sedang membangun rumah baca. Meski memang suka membuat story di whatsapp tentang kegiatan adik-adik di Pojok Baca Karuna.  Lalu saya menjawab kalau kami memang sedang berniat untuk menambah koleksi buku. Dan alhamdulillah, mas tadi berbagi senilai Ro.300.000 Masya Allah. Ikhtiar pribadi tetap ada, suami juga ikut membantu. Pun saya sempat bercerita ke teman dekat kalau lagi punya doa tadi. Nah, ternyata dia juga mau ikut bantu, bahkan sempat mengajak temannya yang lain untuk berbagi. 

Singkat cerita, uang yang terkumpul ada satu juta, sedangkan buku yang isinya 20 buku tadi, harganya Rp. 2.1000.000. Separuh lagi. Sempat udah mau sudahan, membeli buku sesuai dana yang ada. Namun anehnya, tanpa sengaja lihat di instagram kalau sedang ada "giveaway" tentang membuat video kegiatan masa pandemi yang kalau menang hadiahnya  senilai satu juta. Saya sempat mbatin, "apa ini jalan rejeki itu?". Kami putuskan untuk ikut, dan Masya Allah, ternyata Allah kasih kesempatan jadi bagian yang beruntung. Dan buku sains itu, kini sudah hadir di tempat kami. Dan kalau ditanya bagaimana bahagianya adik-adik? Iya. Mereka seneng sekali. Meski ada yang belum bisa membaca, dibantu dibacakan sama yang sudah bisa. 

adik-adik membaca buku sains (Gambar dokumentasi pribadi)
adik-adik membaca buku sains (Gambar dokumentasi pribadi)

Selain kegiatan membaca buku, saya juga suka mengajak mereka untuk berkegiatan yang lain seperti, ke alam. Kami ke sawah. Bermain di pematang, mellihat air mengalir di irigasi. Membaca buku di pinggir sawah, juga mengenalkan tentang asal muasal nasi yang dimakan sehari-hari, dengan datang langsung ke sawah.

berjemur di sawah bersama adik-adik (Gambar dokumentasi pribadi)
berjemur di sawah bersama adik-adik (Gambar dokumentasi pribadi)

Menanam sayuran. Inipun diantara kegiatan yang ingin kami kenalkan. Bahwa untuk menyantap sayuran di piring, tidak bim salabim. Ada yang namanya menyemai benih, menyiram, memindah tanaman, merawat.  Kami belajar tentang yang namanya proses. 

Menyiapkan media tanam (Gambar dokumentasi pribadi)
Menyiapkan media tanam (Gambar dokumentasi pribadi)

Karena memang sampai hari ini pandemi belum berakhir, kadang kami belajar bahasa Inggris, mewanai, pernah kami ajak mereka ke sungai, bahkan membuat kue. Dan kami juga sangat senang mengenalkan mereka tentang cara meningkatkan imun tubuh, agar tentara di tubuh semakin kuat menghadapi virus, yaitu dengan membuat jus sayur dan buah, atau smoothies. Iya, adik-adik sangat senang diajak terlibat dengan kegiatan ini. Membeli buahnya, mengupas, menyiapkan, memncucinya, hingga memblender, lalu menikmati bersama. 

Menikmati jus bit apel timun (Gambar dokumentasi pribadi)
Menikmati jus bit apel timun (Gambar dokumentasi pribadi)

Ada saatnya kami mengenalkan adik-adik untuk cinta bumi, dengan tidak memakai sedotan plastik, karena bisa berdampak pada matinya hewan-hewan yang ada di laut karena memakan sampah sedotan. Dan kami mengajak mereka untuk memakai sedotan bahan stainless. Dan karena pandemi, maka kami putuskan memesan lewat marketplace dengan jasa pengiriman yang menurut kami paling nyaman adalah JNE. 

(Gambar dokumentasi pribadi)
(Gambar dokumentasi pribadi)

Sebagai ibu rumah tangga yang punya anak balita, mungkin baru ini kontribusi saya yang bisa dibagi saat pandemi dengan dukungan suami. Meski tak perlu diucapkan, rasa bahagia mengalir dengan sendirinya ketika melihat anak-anak yang tadinya belum lancar baca, karena mereka semangat latihan jadi semakin lancar, bahagia ketika meskipun langkah ini terlalu sederhana untuk menjadi bagian membuat adik-adik cinta baca, karena faktanya saat ini banyak anak-anak yang lebih suka bermain gawai daripada membaca buku. Jika menurut survey Unesco, Dari 1000 penduduk di Indonesia hanya ada satu orang yang suka membaca, yang artinya, minat baca di negara kita ini masih sangat rendah, maka mudah-mudahan dari Pojok Baca Karuna ini lahir mereka generasi yang tidak hanya sekedar bisa membaca, tetapi suka membaca, dan cinta membaca. 

(Gambar dokumentasi pribadi)
(Gambar dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun