Mohon tunggu...
Sulistiawati
Sulistiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

halo perkenalkan! Saya Mahasiswi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Kasus Lingkungan Indonesia: Perspektif Ekologi Politik dan Ekofeminisme

14 Mei 2024   09:44 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:58 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan zamrud khatulistiwa yang kaya akan sumber daya alam, tak luput dari berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks. Deforestasi, pencemaran, dan eksploitasi berlebihan terus menyapa, mengancam kelestarian alam dan kesejahteraan rakyat. Memahami akar permasalahan ini tak cukup hanya dengan analisis ilmiah, tetapi membutuhkan perspektif yang lebih luas, seperti ekologi politik dan ekofeminisme.

Ekologi Politik: Membongkar Relasi Kuasa di Balik Kerusakan Alam

Ekologi politik memandang isu lingkungan sebagai produk dari relasi kuasa yang timpang. Kerusakan alam seringkali terhubung dengan kepentingan politik dan ekonomi elit, di mana suara masyarakat marjinal dan kelompok rentan dibungkam. Pendekatan ini mendorong analisis kritis terhadap kebijakan pemerintah, praktik industri, dan struktur sosial yang mendasari degradasi lingkungan.

Ekofeminisme: Menyatukan Perempuan, Alam, dan Keadilan

Ekofeminisme menghubungkan eksploitasi alam dengan penindasan perempuan. Argumennya, sistem patriarki yang mendominasi masyarakat modern memicu eksploitasi alam dan degradasi lingkungan. Perempuan, yang erat kaitannya dengan alam dan pengasuhan, seringkali menjadi pihak yang paling dirugikan oleh kerusakan lingkungan.

Mari kita terapkan perspektif ekologi politik dan ekofeminisme untuk menganalisis beberapa kasus lingkungan di Indonesia:

- Deforestasi: Hilangnya hutan tak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati, tetapi juga pada masyarakat adat yang bergantung pada hutan untuk kelangsungan hidup. Ekologi politik menguak relasi kuasa di balik deforestasi, di mana perusahaan besar dan pemerintah seringkali menggusur masyarakat adat demi kepentingan ekonomi. Ekofeminisme menunjukkan bagaimana perempuan adat seringkali menjadi korban utama deforestasi, kehilangan sumber daya alam dan peran tradisional mereka.

- Pencemaran Laut: Pencemaran laut akibat limbah industri dan sampah plastik tak hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga berakibat pada kesehatan masyarakat pesisir, terutama perempuan yang bekerja sebagai nelayan dan pengolah hasil laut. Ekologi politik meneliti regulasi lemah dan penegakan hukum yang tidak tegas, memungkinkan pencemaran laut terus terjadi. Ekofeminisme menyoroti bagaimana perempuan menanggung beban kesehatan yang lebih besar akibat pencemaran laut, dan bagaimana pengetahuan tradisional mereka tentang kelestarian laut diabaikan.

Pendekatan ekologi politik dan ekofeminisme menawarkan perspektif penting untuk memahami akar permasalahan lingkungan di Indonesia. Dengan memahami relasi kuasa dan ketidakadilan yang mendasarinya, kita dapat merumuskan solusi yang lebih adil dan berkelanjutan.

ada tiga solusi yang dapat dipertimbangkan:

1. Penguatan partisipasi masyarakat: Memberikan suara kepada masyarakat marjinal dan kelompok rentan dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan.

2. Transisi menuju ekonomi hijau: Mengembangkan model ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

3. Pemberdayaan perempuan: Meningkatkan peran perempuan dalam pelestarian lingkungan dan pengambilan keputusan terkait sumber daya alam.

Dengan menggabungkan perspektif ekologi politik dan ekofeminisme, kita dapat membangun masa depan yang lebih lestari dan adil bagi manusia dan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun