Terlalu dini untuk bicara move on bagi orang yang baru mengalami putus cinta beberapa minggu yang lalu. Tapi bagi saya, masalah seperti ini harus segera di bahas sampai tuntas dan habis. Jangan biarkan ada pertanyaan dan rasa penasaran akan semua yang telah terjadi. Jangan biarkan rasa penasaran itu nantinya membuat kita susah untuk melupakan setiap moment yang kita jalani bersamanya. Bagi saya, begitu. Jadi untuk satu bulan penuh, atau bahkan mungkin dua bulan. Tidak mengapa untuk selalu membahas dan membahas masalah putus cinta ini sampai ke akar-akarnya. Seperti yang saya coba lakukan sekarang ini. Tentu saja tidak semua yang saya katakan adalah benar. Karena saya sendiri juga adalah seorang manusia. Tapi setidaknya kita akan mengetahui semanusia apakah saya ini. Sehingga keluhan dan penderitaan yang saya rasakan setiap harinya yang seakan tidak ada habisnya ini bisa dimaklumi oleh semua orang disekeliling saya.
Hubungan kami sudah berjalan 2 tahun lebih 10 bulan, bisa dikatakan hampir 3 tahun. Saya memulai memacari dia sejak dia masih di kelas 2 SMA. Tentu saja dengan usia saya yang terpaut sekitar 4 tahun, saya berpikir bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Tapi ternyata hubungan dengan wanita yang lebih muda tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dengan pergaulan dia yang masih ingin bebas, dan juga belum mengerti arti komitmen. Bahwa sekali berjanji harusnya harus ditepati. Tapi tidak bagi dia. Bahwa sebuah janji itu tidak berarti apapun, bagi dia, mungkin.
Seringkali dia mengungkit satu masalah kecil tentang kelakuan saya yang chat dengan seorang mantan pacar saya. Dan masalah kecil itu selalu dijadikan tameng baginya untuk melakukan hal yang sama, kesalahan yang sama berulang kali. Terkadang saya tidak habis pikir, tapi kemudian saya berusaha menerima bahwa memang dia itu masih sangat muda. Dan mungkin memang belum ada kepikiran tentang sesuatu hal yang namanya komitmen.
Aduh, saya tidak bisa bercerita dan menulis dengan baik. Singkatnya, ini adalah minggu ketiga sejak kejadian yang sangat eksplosif dan ditanggapi dengan sangat santai olehnya itu. Dan saya sudah mulai bisa berpikir logis.
Tapi tetap saya yang namanya move on itu tidak gampang. Apalagi seperti saya yang dimana - mana ada menyimpan foto dia, di facebook, twitter, dan berbagai situs jejaring sosial lainnya. Bahkan terpaksa saya harus mematikan beberapa akun saya di beberpaa jejaring sosial agar tidak perlu bersusah payah menghapus satu per satu foto saya dan dia.
Belum lagi berbagai situs media penyimpanan online. One Drive, Google Drive, Drop Box, Surdoc, Box, Oppo Nearme, dan beberapa yang lain yang saya tidak bisa ingat satu persatu. Saya adalah seorang yang sangat memanfaatkan media penyimpanan online gratisan yang ada di internet. Memang saya tidak akan menemukan file foto tentang saya dan dia di komputer saya, akan tetapi saya akan menemukan semuanya di berbagai media online. Puluhan email yang saya gunakan setiap hari. Juga ada foto dan data diri dia yang saya gunakan untuk beberapa keperluan.
Saya adalah orang dengan intensitas online yang cukup sering, setiap hari. Jadi berbagai hal yang saya punya dari kehidupan sehari-hari seringkali saya backup ke media penyimpanan online, entah itu online drive, ataupun email. Bahkan untuk sekedar pengingat chat dikala sedang bertengkar, saya membackup chat itu ke email. Makanya dengan aktifitas online ini, saya juga takut terkadang akan menemukan bekas dan sisa sisa file tentang dia.
Mungkin ini tips bagi teman-teman juga yang membaca, lebih baik menyimpan berbagai momment bersama seorang yang sedang dicintai di media seperti album foto, ataupun di dompet, sehingga kalau sewaktu-waktu putus, gampang untuk menghapusnya, tinggal di bakar masukan ke tungku kompor, atau di rebus. Dengan keadaan saya yang sekarang, tentu saja sangat sayang untuk saya merebus PC dan laptop kesayangan saya.
Memang di era teknologi seperti ini sangat mudah untuk menyimpan berbagai hal secara otomatis dari handphone ke media penyimpanan online. Dan itu juga yang sering saya lakukan. Jadi semua data yang ada di Hanphone itu otomatis terbackup secara berkala ke media penyimpanan online yang saya punya. Entah itu file foto, video, contact, dan email. Tapi disaat seperti ini semua itu malah menjadi beban untuk membuka semuanya kembali. Jika saya memutuskan untuk membuat akun email baru, itu masalah mudah, tapi bagaimana dengan berbagai hal yang terlanjur menggunakan email yang lama. Tentu saja tidak semudah itu untuk menggantinya begitu saja.
Tapi sesulit apapun, pasti ada hikmah dibalik beratnya usaha untuk move on ini. Dan saya yakin suatu saat saya akan sadar betapa hal ini adalah hal yang terbaik yang bisa terjadi kepada saya, dan dia. Semoga ini yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H