Mohon tunggu...
Sulis Andini
Sulis Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Dampak Bullying di Sekolah: Kenapa Kita Harus Lebih Peduli

16 Desember 2024   08:49 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:36 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi masalah besar yang sering kali diabaikan, meskipun sudah banyak dibicarakan. Setiap tahun, banyak anak yang menjadi korban, dan dampaknya tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, tetapi juga bisa bertahan lama, bahkan seumur hidup. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami apa saja dampak bullying terhadap anak-anak dan mengapa kita perlu lebih peduli terhadap masalah ini.

1. Dampak Psikologis yang Terjadi pada Korban

Salah satu dampak utama dari bullying adalah masalah psikologis yang dialami oleh korban. Anak-anak yang sering dibuli akan merasa terhina, merasa rendah diri, dan bahkan bisa kehilangan rasa percaya diri mereka. Rasa takut dan cemas yang berlarut-larut akibat perundungan dapat membuat mereka merasa terasing dan tidak dihargai oleh teman-teman sebayanya. Pada banyak kasus, perasaan tertekan ini bisa berlanjut hingga dewasa, bahkan mengarah pada depresi yang serius.
Penting untuk dipahami bahwa anak-anak yang dibuli seringkali merasa tidak aman di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dan aman untuk belajar. Ketika seorang anak merasa terancam atau tidak dihargai, mereka bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan berprestasi. Perasaan ini juga bisa berdampak pada interaksi mereka dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun orang dewasa lainnya.

2. Dampak Akademik yang Tak Kalah Merugikan

Selain masalah psikologis, bullying juga berpengaruh pada hasil belajar dan prestasi akademik anak. Bayangkan, jika seorang anak selalu merasa khawatir atau takut setiap kali berada di sekolah, bagaimana mereka bisa fokus pada pelajaran? Ketika anak merasa terintimidasi, perhatian mereka menjadi terbagi, dan mereka kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas atau ujian.
Sebagai contoh, anak yang merasa dibuli bisa kehilangan minat pada pelajaran, tidak ingin datang ke sekolah, atau bahkan merasa cemas saat mengikuti ujian. Semua hal ini dapat berujung pada penurunan nilai dan ketertinggalan dalam belajar. Selain itu, jika tidak ada dukungan sosial yang cukup, anak yang menjadi korban perundungan bisa merasa semakin terasing, yang menghambat perkembangan sosial mereka.

3. Dampak Sosial yang Berkelanjutan

Dampak bullying tidak hanya terasa dalam jangka pendek, tetapi juga dapat memengaruhi kemampuan sosial anak dalam jangka panjang. Korban bullying seringkali merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Mereka mungkin merasa tidak diterima atau takut dijadikan sasaran bully lagi, sehingga mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial.
Hal ini tentu saja merugikan perkembangan sosial mereka. Anak yang tidak dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan sosial sekolah akan kesulitan dalam membangun keterampilan sosial yang penting, seperti bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan orang lain, atau menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Keterbatasan dalam keterampilan sosial ini bisa berdampak pada hubungan mereka di masa depan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karier.

4. Mengapa Kita Harus Lebih Peduli?

Mengapa kita semua perlu lebih peduli tentang bullying? Jawabannya sederhana: karena dampaknya sangat besar, dan kita sebagai masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mencegahnya. Jika tidak segera diatasi, bullying dapat merusak masa depan banyak anak. Kita tidak bisa hanya berdiri diam dan menunggu sampai masalah ini semakin parah.
Orang tua, guru, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak. Pendidikan tentang empati, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang baik harus dimulai sejak dini. Para guru, misalnya, harus bisa mengenali tanda-tanda bullying dan menangani masalah ini dengan bijaksana. Di rumah, orang tua perlu berbicara dengan anak-anak mereka, mendengarkan keluhan mereka, dan mengajarkan cara menghadapi perundungan.

Di samping itu, sekolah-sekolah juga perlu memiliki kebijakan yang jelas tentang bullying dan memberikan dukungan yang cukup bagi korban. Program-program pencegahan bullying harus lebih ditekankan, dan para pelaku bullying perlu diberikan edukasi agar mereka menyadari dampak dari perilaku mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun