Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Belajar Sukses dari Jokowi

15 Januari 2019   23:20 Diperbarui: 15 Januari 2019   23:34 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi beserta ibu yang mencintai dan dihormatinya. Sumber: www.idntimes.com

TAHUKAH ANDA? Bangsa Indonesia membutuhkan negarawan yang mengimplementasikan politik pedagogi. Politik ini lazim disebut sebagai politik pendidikan. Politik pedagogi dapat dipahami sebagai politik yang memiliki visi untuk 'mendidik rakyat' untuk memiliki kemerdekaan psikologis, mandiri, cerdas, memiliki nalar kritis, memahami hak asasi manusia, dan memiliki inisiatif untuk memperjuangkan kemanusiaan.

Dari Bung Hatta Menuju Jokowi

Negarawan yang mengimplementasikan politik pedagogi merupakan negarawan yang memiliki kemampuan sebagai guru bagi bangsa Indonesia. Tanpa negarawan yang mengimplementasikan politik pedagogi, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang tidak berdaya. 

Kita akan sulit memiliki eksistensi di era globalisasi. Pengelolaan kekayaan alam Indonesia akan terus-menerus didominasi bangsa asing dan sulit untuk mewujudkan kesejahteraan kolektif.

Di awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta merupakan salah seorang tokoh The Founding Fathers yang mengimplementasikan politik pedagogi. Dalam politik pedagogi, Bung Hatta cenderung fokus pada pendidikan konvensional. Di masa Bung Hatta berkarya, SDM yang menjalani pendidikan konvensional memang dibutuhkan untuk mengisi dalam sistem politik di masa awal berdirinya NKRI.

Di masa sekarang, pendidikan konvensional tidak lagi memenuhi kebutuhan zaman. Di Amerika--negara yang menyandang julukan sebagai negara maju--tidak sedikit pengangguran yang menyandang gelar akademis dari pendidikan konvensional setingkat doktoral. 

Selain itu, gerakan dunia jauh lebih cepat, sehingga SDM di masa sekarang, membutuhkan edukasi yang jauh lebih praktis, sederhana, dan bisa diimplementasikan tanpa menjalani pendidikan konvensional yang memakan waktu yang sangat lama.        

Dalam Pemilu yang akan berlangsung pada 2019, Jokowi merupakan kandidat calon presiden yang mengimplementasikan politik pedagogi. Uniknya, politik pedagogi yang dimplementasikan Jokowi tidak mengandalkan pendidikan konvensional, tetapi fokus pada upaya untuk mewujudkan kesuksesan secara kontekstual. Ajaran sukses tersebut tampak dari perilaku yang menjadi kebiasaan Jokowi. Bila Anda ingin sukses, kebiasaan Jokowi layak untuk Anda jadikan sebagai teladan.                      

Bila kita teladani pola perilaku yang telah 'diajarkan' Jokowi sebagai kebiasaan, maka kita pasti bisa meretas kesuksesan. Sebab, perilaku tersebut merupakan prinsip-prinsip yang telah mengubah kehidupan banyak tokoh-tokoh besar di dunia; mulai dari 'bukan siapa-siapa' menjadi tokoh yang luar biasa. Ajaran-ajaran yang bisa dijadikan sebagai kunci sukses tersebut, antara lain:       

Pertama, memiliki sasaran (goals)

Setiap orang yang ingin sukses harus memiliki sasaran yang tepat yang akan diwujudkannya. Tanpa sasaran yang tepat, kita akan terus terombang-ambing dan tidak memiliki tujuan hidup dan gairah untuk mewujudkannya. Tanpa sasaran yang menjadi tujuan, kita akan rentan untuk menyalahkan orang lain, kondisi di luar diri, atau situasi yang menjadi kambing hitam kegagalan kita.       

Jokowi memiliki sasaran (goals) yang tepat dan direpresentasikan visi-misi sebagai pemimpin bangsa atau negarawan yang memiliki integritas. Nawacita merupakan bagian dari sasaran yang ingin dicapai Jokowi. Sebagian sasaran tersebut telah berhasil diwujudkan, terutama infrastruktur.

'Goals' Jokowi dalam Nawacita. Sumber: tribunnews.com
'Goals' Jokowi dalam Nawacita. Sumber: tribunnews.com
Kedua, memiliki tanggung jawab (responsibility) pribadi 

Memiliki tanggung jawab (responsibility) merupakan kewajiban orang yang ingin sukses dan menjadikannya sebagai kebiasaan. Di antara negarawan, Jokowi merupakan sosok yang bersungguh-sungguh memiliki responsibility pada kehidupannya. 

Hal ini terlihat dari upaya Jokowi untuk memelihara hidup sederhana dan memisahkan keluarga dari politik. Selain memiliki usaha sendiri dan terpisah dari politik, anak-anak Jokowi bisa disebut tidak menggunakan fasilitas negara. 

Meskipun menjabat sebagai presiden, Jokowi pun berupaya untuk tidak menggunakan fasilitas mewah yang diakomodasi negara untuk presiden. Tidak sedikit tugas negara yang dituntaskan Jokowi tanpa pengamanan istimewa. Hal ini memperlihatkan keberanian dalam memegang tanggung jawab atas keselamatan pribadi. Jokowi tidak pernah memperlihatkan kelelahan, ketidakberdayaan, atau pesimisme.

Jokowi di pesawat kelas ekonomi. Sumber: merdeka.com
Jokowi di pesawat kelas ekonomi. Sumber: merdeka.com
Kadang, Jokowi memang mengeluh, terutama atas fitnah dan hoax yang membanjiri dirinya dan keluarganya. Tetapi, Jokowi tidak menjadikan masalah tersebut sebagai hambatan untuk menghentikan tugas negara yang dipikulnya. Dengan demikian, Jokowi berhasil memisahkan antara tugas negara dengan masalah yang dipikulnya sebagai pribadi atau keluarga.

Agar sukses, sikap Jokowi dalam bertanggung jawab tersebut, merupakan sikap layak untuk dijadikan kebiasaan. Tanpa upaya kita untuk memiliki tanggung jawab pribadi, kesuksesan tidak akan pernah terwujud. Sebab, apa pun yang terjadi dalam kehidupan pribadi (keluarga) kita, upaya untuk meretas kesuksesan harus tetap berjalan.                          

Ketiga, fokus

Di masa Orde Baru, orang-orang yang terbukti menghina presiden akan langsung dijatuhi hukuman penjara. Tetapi, di masa pemerintahan Jokowi sebagai presiden, para penghina Jokowi menjamur bagai cendawan di musim penghujan. Mayoritas para penghina tersebut bebas menyebarkan fitnah dan caci-maki. Meskipun terdapat bukti empiris dan data yang valid bahwa tuduhan tersebut merupakan rekayasa atau fitnah belaka.

Bila semua presiden yang pernah memerintah di Indonesia dijejerkan, maka Jokowi menjadi presiden yang paling banyak memikul fitnah dan caci-maki. Fitnah dan caci maki tersebut tidak hanya berasal dari oknum masyarakat awam, tetapi juga berjejer politisi yang menjadi lawan politiknya. Tidak hanya kinerja sebagai negarawan, tetapi kehidupan pribadi yang semestinya menjadi privasi, turut 'digoreng' menjadi bahan penghinaan terhadap Jokowi. 

Kendati demikian, Jokowi terus fokus pada tindakan progresif untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat di mata dunia. Tidak hanya mengabaikan fitnah dan caci-maki, Jokowi tetap membina hubungan baik dengan oknum-oknum yang menyulut sentimen dan mendorong massa untuk melakukan tindakan yang berseberangan jauh dengan spektrum kemanusiaan tersebut. 

Bila berjumpa dengan oknum-oknum yang tersebut, Jokowi tidak memperlihatkan sikap reaktif atau emosional. Ketika oknum-oknum tersebut menderita sakit, ia pun menjenguk dan mendoakan kesembuhan.  

Jokowi menjenguk Ustadz Arifin Ilham. Sumber: seleb.tempo.co
Jokowi menjenguk Ustadz Arifin Ilham. Sumber: seleb.tempo.co
Jokowi mengajarkan kita untuk fokus pada tujuan progresif. Selama kita masih terikat pada impian yang menjadi visi kita dan mengabaikan segala bentuk distraksi. Hal inilah yang menjadi kebiasaan orang sukses.

Keempat, hobi membac

Membaca merupakan salah satu kebiasaan orang sukses. Hobi membaca membantu kita untuk mengolah dan melatih imajinasi. Jika kita terbiasa mengolah dan mengembangkan imajinasi, kita  bisa membayangkan tujuan yang akan diraih dan cara untuk meraih tujuan tersebut. Berkat imajinasi yang terlatih ke arah yang positif, tidak hanya akan sekadar survive, tetapi juga mampu mewujudkan impian menjadi kenyataan. 

Yang terpenting ketika membaca adalah 'kualitas membaca', bukan 'kualitas literatur' yang kita baca. Bila kualitas membaca kita bagus, membaca komik pun bisa menuntun kita untuk mengembangkan imajinasi.

Jokowi merupakan salah seorang figur negarawan dengan kualitas baca yang sangat bagus. Salah satu literatur yang dibaca Jokowi sejak muda adalah Doraemon. Banyak yang menghina Jokowi karena membaca Doraemon. Hanya segelintir yang mampu menilai bahwa upaya penghinaan tersebut hanya menunjukkan kebodohan pelaku penghina.

Jokowi membaca di sela-sela kesibukannya. Sumber: m.brilio.net
Jokowi membaca di sela-sela kesibukannya. Sumber: m.brilio.net
Pertemuan Presiden Jokowi dan Menlu AS John Kerry dalam pelantikan Jokowi sebagai Presiden. Pelantikan ini 'diksaksikan' Doraemon. Sumber: m.dreamers.id
Pertemuan Presiden Jokowi dan Menlu AS John Kerry dalam pelantikan Jokowi sebagai Presiden. Pelantikan ini 'diksaksikan' Doraemon. Sumber: m.dreamers.id
Salah satu tokoh komik yang dibaca Jokowi, Doraemon, di Istana Merdeka yang 'hadir' dalam pelantikan Jokowi. Sumber: m.dreamers.id
Salah satu tokoh komik yang dibaca Jokowi, Doraemon, di Istana Merdeka yang 'hadir' dalam pelantikan Jokowi. Sumber: m.dreamers.id
Doraemon bukanlah komik biasa. Pada Doraemon tersimpan visi bangsa Jepang yang terfokus pada teknologi.  Dulu, kita hanya menyaksikan 'kantong ajaib' sebagai media serbaguna yang bisa memberikan semua keinginan kita. 

Berkat teknologi digital, kita bisa dengan mudah memiliki perangkat yang dengan fungsi yang identik dengan 'kantong ajaib' milik Doraemon berupa smartphone dan berbagai gadget. Jepang merupakan salah satu negara penghasil gadget tersebut.        

Tentunya, kita perlu memilih bahan bacaan. Literatur yang mutakhir tidak menjamin imajinasi berkembang ke arah yang progresif. Bila tidak selektif memilih bahan bacaan, kita rentan menjadi pesimis dan depresi, sebagaimana dampak yang ditimbulkan membaca novel Ghost Fleet. Berdasarkan novel karya PW Singer dan August Cole yang diterbitkan tahun 2015 ini; Indonesia akan bubar tahun 2030. Akibat kualitas baca yang masih rendah, sebagian pembaca meyakini bahwa Indonesia memang akan bubar pada 2030. Mereka menjadi pesimis dan menyebarkan ketakutan 'bubarnya Indonesia'.

Seorang pembaca akan 'menjadi' seperti buku yang dibacanya. Literatur yang pesimis akan menuntunnya untuk mengembangkan imajinasi ke arah yang pesimis. Demikian pula sebaliknya. Bila belum bisa selektif dalam memilih literatur yang akan dibaca, maka pilihlah literatur yang ringan dibaca tetapi tetap berkualitas sebagaimana komik Doraemon.     

Kelima, disiplin

Disiplin merupakan kebiasaan yang wajib untuk dikembangkan untuk mewujudkan kesuksesan. Tanpa disiplin yang kuat, kita akan sulit untuk mewujudkan impian atau tujuan hidup yang menjadi visi dan misi kita. 

Apalagi kita berada di abad teknologi yang memuntahkan banjir informasi setiap hari, sehingga fokus kita sangat rentan mengalami distraksi. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dikutip Jack Canfield dan Mark Viktor, setiap hari otak manusia dipenuhi 60.000 pikiran. Bisa kita bayangkan bahwa fokus merupakan sesutu yang tidak mudah.

Jokowi menyerukan pentingnya disiplin saat memberi pengarahan di kuliah umum Akademi Bela Negara NasDem (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Jokowi menyerukan pentingnya disiplin saat memberi pengarahan di kuliah umum Akademi Bela Negara NasDem (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Jokowi merupakan salah seorang negarawan yang disiplin dan berupaya untuk menjadikan disiplin sebagai budaya kolektif di Indonesia. Salah satu yang sangat penting untuk kita teladani dari Jokowi adalah disiplin pikiran. Hujatan dan penghinaan tidak membuat Jokowi gentar dalam mewujudkan visi dan misi-nya untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat.              

Keenam, terus belajar dan mengembangkan diri   

Orang yang sukses tidak akan pernah puas dengan pencapaian yang telah diraihnya. Hal ini tidak berarti ketiadaan rasa syukur, melainkan hakikat kehidupan yang terus mengalami perubahan. Bila kita ingin terus mengalami peningkatan kualitas hidup, maka kita harus tumbuh dan berkembang ke arah yang progresif. Untuk itu, kita perlu terus belajar dan mengembangkan diri.  

Meskipun telah menjadi Presiden dengan tingkat kesibukan yang sangat tinggi, Jokowi tetap menyempatkan diri untuk mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan diri. Jokowi belajar e-sport jenis mobile legends, bahasa isyarat untuk Asian Paragames 2018, belajar menjaga ego dari paduan suara gereja, belajar bahasa Toraja, belajar tata krama politik dari Gusdur, dan masih banyak hal-hal baru yang dipelajari Jokowi


Mempelajari hal-hal baru yang positif akan membantu kita untuk terus meremajakan otak, mengembangkan kreativitas, dan mencegah kepikunan. Bila terus belajar dan tidak lelah mengembangkan diri, kita akan menjadi pribadi yang optimis dan selalu terobsesi pada solusi atas seluruh permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan.        

Ketujuh, keluar dari zona nyaman

Bila ingin mencapai puncak kesuksesan, kita harus berusaha untuk keluar dari zona aman. Tanpa keluar dari zona aman, hidup kita bisa disebut terhenti. Bagaikan tumbuhan, manusia yang tidak keluar dari zona nyaman berarti 'mati'. Orang-orang yang mempertahankan atau senang berada di zona nyaman akan mengalami kemunduran produktivitas, menurunnya etos kerja, dan matinya kreativitas.

Sebagai negarawan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan politik secara konvensional, Jokowi benar-benar sosok yang menerobos zona nyaman dengan cara yang luat biasa. Seandainya Jokowi mempertahankan zona nyaman, ia tentu tidak akan menjadi sasaran bully dan pencemaran nama baik. Sebab, tanpa menjadi Presiden pun Jokowi telah memiliki kehidupan yang mapan sebagai pengusaha mebel kayu.

 Kecintaan Jokowi pada bangsanya menuntun Jokowi untuk keluar dari zona nyaman sebagai pengusaha. Sebagai pengusaha yang mapan, Jokowi telah bebas finansial. Keluarganya berkecukupan dan tidak perlu sampai makan keong untuk bertahan hidup.

Namun, bila dikumpulkan, jumlah total harta yang dimiliki Jokowi tidak bisa untuk mengentaskan kemiskinan seluruh rakyat Indonesia. Untuk itulah, Jokowi berupaya menjadi Presien. Dengan jalan menjadi presiden, Jokowi bisa menetapkan kebijakan-kebijakan publik dan pemenuhan hak asasi yang terkait dengan upaya menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran kolektif bangsa Indonesia.

Setelah meraih posisi sebagai presiden, Jokowi tetap terus keluar dari zona nyaman. Sebagai presiden. Jokowi semestinya bisa menggunakan jabatannya sebagai jalan untuk memperkaya keluarga dan dan menikmati kemewahan sebagai kepala negara. Realitasnya, Jokowi terus menerobos zona nyaman. Banyak fasilitas-fasilitas negara yang tidak digunakan Jokowi. 

Tidak sedikit kabar dari sebagian masyarakat yang menjumpai Jokowi di kelas ekonomi dalam perjalanan menggunakan pesawat. Dan, masih banyak zona nyaman presiden yang dilepaskan Jokowi. Dalam memimpin negara, Jokowi juga menyerukan dan menggerakkan seluruh sistem pemerintah untuk meninggalkan zona nyaman, sebagaimana pernyataan Jokowi pada lembaga BUMN dalam video berikut.


Bila bangsa Indonesia ingin menikmati kesejahteraan kolektif dan setara dengan bangsa-bangsa maju di dunia; maka kita harus keluar dari zona nyaman. Sebagaimana seruan Jokowi dalam pidato tahunan MPR RI tahun 2016 di Gedung Kura-kura, Jakarta: Tanpa berani keluar dari zona nyaman, kita akan terus di hadang kemiskinan. 

Seruan Jokowi ini sangat relevan dengan kemunduran Venezuela yang ditimbulkan kebijakan 'zona nyaman'. Pada pemerintahan Hugo Chavez di tahun 1999, terdapat kebijakan 'zona nyaman' berupa penyetaraan ekonomi rakyat. Kebijakan tersebut menjadi titik tolak upaya pemanjaan rakyat Venezuela dengan subsidi. 

Di masa tersebut, rakyat Venezuela menikmati kemewahan. Setelah kematian Hugo Chavez pada 2013 dan menipisnya minyak bumi yang menjadi sumber daya alam utama pengasil subsidi, bangsa Venezuela mengalami krisis ekonomi. Kini, Venezuela menjadi salah satu negara miskin. Tidak sedikit rakyat Venezuela yang mengemis untuk bertahan hidup.

Keluar dari zona nyaman memang tidak mudah. Sikap Jokowi seolah-olah mengungkapkan bahwa kita harus berhadapan dengan berbagai resiko. Tidak jarang resiko tersebut mengintai nyawa kita. Tetapi, tanpa keluar dari zona nyaman, kita tidak akan menjadi pemenang.

Kedelepan, konsisten dan integritas

Untuk sukses, kita harus konsisten dan memiliki integritas dalam perjuangan mewujudkan impian yang menjadi fokus kita. Tanpa konsisten dan integritas, kesuksesan sulit untuk diwujudkan. Berbagai macam hambatan akan selalu muncul dalam upaya untuk mewujudkan visi dan misi kita. Tidak jarang, hambatan tersebut berasal dari lingkungan kita atau orang terdekat kita.

Visi dan misi Jokowi beserta Ma'ruf Amin sebagai kandidat capres dan cawapres 2019-2024. Sumber: kricom.id
Visi dan misi Jokowi beserta Ma'ruf Amin sebagai kandidat capres dan cawapres 2019-2024. Sumber: kricom.id
Dalam menjalankan tugas negara, Jokowi telah memperlihatkan konsisten dan integritas sesuai kapasitasnya. Berbagai upaya dikerahkan lawan politiknya untuk menghentikan upayanya mewujudkan visi dan misinya. Bahkan, lawan politiknya menggunakan teknologi informasi dan agama dalam upaya menjegal langkah Jokowi.

Sesungguhnya, teknologi informasi dan agama adalah kombinasi yang sangat ampuh untuk menghancurkan reputasi seseorang. Hal ini disebabkan agama memegang peran penting dalam pembentukan karakter dan kesadaran kolektif bangsa Indonesia. 

Tetapi, berkat usaha cerdas Jokowi untuk konsisten dan integritas, upaya untuk melumpuhkan kinerja Jokowi beserta kabinet yang dipimpinnya berhasil dipadamkan. Alih-alih Jokowi semakin mendapatkan simpati yang sangat besar, baik dari warga Indonesia ataupun bangsa-bangsa asing.          

Kesembilan, bekerja dengan cinta

Selain keyakinan dan iman, cinta merupakan energi yang luar biasa untuk mewujudkan kesuksesan. Orang yang jatuh cinta dan berada di lingkungan yang juga penuh cinta, bisa memiliki energi yang tidak pernah habis-habisnya.

Jokowi beserta ibu yang mencintai dan dihormatinya. Sumber: www.idntimes.com
Jokowi beserta ibu yang mencintai dan dihormatinya. Sumber: www.idntimes.com
Liburan Presiden Joko Widodo, bersama dengan keluarganya di Istana Bogor. Keluarga Jokowi tidak tinggal di dalam Istana, melainkan di paviliun yang berada di belakang Istana. Sumber: Twitter @Jokowi / akurat.co
Liburan Presiden Joko Widodo, bersama dengan keluarganya di Istana Bogor. Keluarga Jokowi tidak tinggal di dalam Istana, melainkan di paviliun yang berada di belakang Istana. Sumber: Twitter @Jokowi / akurat.co
Energi cinta itulah yang digunakan Jokowi dalam menjalani tugas negara sebagai presiden. Ia berasal dari keluarga yang penuh cinta dan saling mencintai. Ini sudah menjadi pondasi yang kuat bagi Jokowi untuk memantapkan diri dalam mewujudkan panggilan sejatinya untuk mengabdi pada rakyat. 

Selain dicitai keluarga, Jokowi juga sangat mencintai rakyat Indonesia. Hal ini yang membuat Jokowi terus memiliki energi untuk menuntun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan bermartabat. Tidak mengherankan, sebagian besar bangsa Indonesia mencintai Jokowi beserta keluarganya pula.  

Untuk mencapai kesuksesan, peliharalah cinta dalam keluarga dan lingkungan. Bila Anda kurang beruntung dalam memperoleh cinta dari keluarga atau lingkungan, milikilah sesuatu yang Anda cintai, misalnya: pekerjaan. Bila Anda bekerja di bidang yang Anda cintai atau sesuai dengan minat (bakat) Anda, maka Anda akan memiliki energi yang besar dalam bekerja. Implikasinya, pekerjaan yang sederhana bisa menghasilkan pencapaian yang luar biasa.           

Kesepuluh, optimisme

Optimisme merupakan sikap mental yang harus dimiliki seseorang yang ingin mewujudkan kesuksesan. Sikap optimis harus dikembangkan dan dipelihara dalam setiap situasi. Seorang pemimpin sejati harus memiliki optimisme yang terpelihara; tidak hanya di situasi yang aman, tetapi juga di situasi yang kritis.

Di antara jejeran calon presiden periode 2019-2024, Jokowi merupakan kandidat yang setia menyerukan optimisme. Hal inilah yang setia diserukan para The Founding Father Indonesia. Tanpa optimisme yang seniantiasa terpelihara, Indonesia tidak akan berdiri dan tidak mampu bersaing secara global. Apalagi, persaingan bangsa-bangsa di dunia sangat kompetitif. Tanpa pemimpin yang optimis dan menularkan optimismenya, impian untuk mewujudkan bangsa yang mandiri dan bermartabat; tidak akan terwujud menjadi nyata.


Memenangkan Jokowi

Bila mencermati pola perilaku orang sukses yang telah menjadi kebiasaan calon presiden periode 2019-2024, Jokowi merupakan kandidat yang kuat dan sangat tepat untuk memimpin satu periode lagi. Jokowi memiliki massa yang solid dan menggunakan cara-cara yang menjunjung etika dalam dukungan terhadap Jokowi. 

Dukungan Ikatan Alumni UI merupakan salah satu massa pendukung Jokowi yang menjunjung etika. Dalam aksi dukungan tersebut, tidak ada ujaran-ujaran kebencian, penghinaan, ataupun caci-maki terhadap kubu oposisi Jokowi.      

Kendati demikian, para pendukung Jokowi khususnya tim sukses pemenangan Jokowi, termasuk Balad Jokowi, tidak boleh lengah. Pujian-pujian terhadap Jokowi dalam situasi jelang pilpres merupakan jebakan yang sangat berbahaya. Sebab, simpati sebagian besar bangsa Indonesia terhadap Jokowi adalah akibat dari penghinaan dan caci-maki terhadap Jokowi.

Perempuan-perempuan tangguh yang tergabung dalam Balad Jokowi. Sumber: http://wartajatim.com
Perempuan-perempuan tangguh yang tergabung dalam Balad Jokowi. Sumber: http://wartajatim.com
Kesadaran politik bangsa Indonesia sebenarnya sangat rendah. Tetapi, ujaran kebencian yang terus-menerus tertuju pada Jokowi, menumbuhkan keingintahuan terhadap Jokowi. 

Meskipun dihujani penghinaan dan caci-maki, Jokowi tetap bekerja membangun bangsa. Hal inilah yang mengetuk hati sebagian besar rakyat Indonesia untuk bersimpati dan mendukung Jokowi. Bahkan, dukungan terhadap Jokowi juga mengalir dari bule-bule atau warga negara asing.

Tim sukses pemenangan Jokowi harus waspada pada pujian-pujian terhadap Jokowi. Bila terdapat ujaran kebencian, tanggapi dengan proporsional. Berikan fakta (data) yang valid untuk membantah fitnah yang kemungkinan besar akan terus menyerang Jokowi. 

Selain itu, tim sukses pemenangan Jokowi harus bergerak secara sistematis, terencana, dan terkoordinir. Meskipun pemilu baru berlangsung di bulan April, tim sukses Jokowi harus menjaga dan menggawangi proses pemilu. Jangan sampai upaya untuk memenangkan Jokowi kandas karena kecurangan pihak-pihak yang dipercaya untuk menjalankan proses pemungutan dan penghitungan suara.

Indonesia membutuhkan Presiden yang menggunakan politik pedagogi dalam menuntun bangsa untuk sukses. Dalam jejeran kandidat calon presiden, Jokowi yang memenuhi kriteria ini. Maka, pilihlah Jokowi. Kemenangan Jokowi adalah jembatan emas untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat.

Jokowi satu periode lagi!  

#BaladJokowiMaruf 

#BJM

#JabarJokowi

#JokowiDeui

#01JokowiLagi

#01IndonesiaMaju  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun