Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Money

Optimalisasi Peran BNI dalam Pembangunan Sosial Berbasis Kearifan Lokal

4 Agustus 2015   21:34 Diperbarui: 4 Agustus 2015   21:34 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kartu Debit BNI disain batik (Foto dari: http://www.bni.co.id))

 

Dalam sejarah perekonomian Indonesia, pengabdian BNI tidak diragukan lagi. Dari tahun ke tahun, BNI semakin inovatif dan maju dalam prestasi. Tanpa kenal lelah, BNI memajukan kesejahteraan sosial dan kemakmuran bangsa di Bumi Pertiwi. Kualitas pelayanan BNI semakin mencerminkan sebuah sistem perbankan yang dinamis, kokoh, dan memiliki daya saing setara bank di negara-negara maju. Bersama BNI, bangsa Indonesia semakin optimis dalam menyambut kejayaan di era globalisasi.

BNI dan Prestasi

Di antara bank-bank di Tanah Air, BNI termasuk bank yang berani keluar dari zona aman. Inovasi BNI tidak hanya terbatas dalam lalu-lintas finansial semata, melainkan berperan aktif dalam pembangunan sosial berbasis kearifan lokal. Hal ini dikukuhkan dengan program ‘Kampoeng BNI’ yang telah dirintis BNI sejak tahun 2007. Melalui program ‘Kampoeng BNI’ (KBNI), BNI secara aktif membina masyarakat dalam memanfaatkan potensi alam dan budaya lokal.

Dengan adanya KBNI, masyarakat bisa mendapatkan bantuan berupa penyaluran kredit lunak dengan sistem klaster. Selain itu, melalui KBNI, BNI berperan aktif dalam distribusi produk industri (pertanian/kerajinan) dan memperluas wilayah pemasaran produk lokal. Dengan demikian, BNI telah berperan dalam membuka lapangan kerja baru dan memajukan ekonomi mandiri di daerah.

KBNI membentangkan sayap di beberapa daerah di Indonesia, antara lain: KBNI Peternakan Sapi Subang, KBNI Budidaya Jagung Ciamis, KBNI Budidaya Ulat Sutera Bantul, KBNI Tenun Songket Ogan Ilir, KBNI Nelayan Lamongan, KBNI Jagung Solok, KBNI Seni Kamasan Klungkung, KBNI Kain Sutera Sengkang Wajo, KBNI Mebel Sumedang, KBNI Kain Sasirangan Banjarmasin, KBNI Pemberdayaan Perempuan Bogor, KBNI Ikan Nila Ponorogo, KBNI Tenun Ikat Sumba Waingapu, KBNI Tenun Silungkang - Sawahlunto, KBNI Kain Ulos Samosir - Sumatera Utara, KBNI Kain Tapis Lampung Selatan, dan KBNI Tenun Pandai Sikek Bukittinggi.

Selain KBNI, BNI juga memiliki program unggulan ‘Bina Lingkungan’. Dalam Bina Lingkungan, BNI berperan aktif dalam memberikan bantuan sosial bagi korban bencana alam, memberikan bantuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, memberikan bantuan dalam peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, memberikan bantuan dalam pengentasan kemiskinan, memberikan bantuan dalam pengadaan Energi Terbarukan, bantuan dalam pengadaan hutan kota, dan berjejer terobosan lainnya. BNI juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang konsisten dalam pembangunan sosial. Berkat BNI, penduduk Indonesia memiliki harapan untuk mencapai kesejahteraan sosial tanpa kehilangan kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Inilah prestasi BNI yang tidak ternilai harganya dan dicapai BNI di usia 69 tahun pada 5 Juli 2015. Bahwa BNI tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tapi juga menuntun masyarakat dalam mengelola sumber daya kehidupan, mengembangkan semangat kekeluargaan yang menjadi ciri khas kearifan lokal bangsa Indonesia, dan memajukan pembangunan sosial yang ramah lingkungan.

Menjaga dan Melestarikan Kearifan Lokal

Di tengah dominasi budaya asing yang sangat kuat dalam era globalisasi dan bangsa yang mengalami gegar budaya (culture shock), BNI menjadikan produk budaya khas Indonesia dalam menyempurnakan mutu pelayanan.

Sejak tiga tahun yang lalu, BNI menjadikan ornamen batik sebagai disain kartu debit. Inovasi ini memang sederhana, tapi sangat bermakna. Sebab, batik bukan sekadar produk budaya, melainkan warisan leluhur Indonesia yang sarat filosofi. Melalui batik, para leluhur Indonesia mewariskan nilai-nilai kemanusiaan dari zaman ke zaman.

Tidak hanya disain produk semata yang mengadopsi corak batik, BNI juga berupaya memajukan industri batik melalui program KBNI yang telah terselenggara dengan baik, seperti KBNI Batik Pekalongan, KBNI Batik Lasem Rembang, dan KBNI Batik Wiradesa. Selain KBNI, dalam mengembangkan industri batik, BNI juga menjalin Mitra Binaan seperti SAMUDRA ART (Kerajinan Batik Tulis Lasem) di Jawa Tengah, BATIK NATURAL COLOUR di Yogyakarta, BATIK PRAYITNO di Pekalongan, BATIK TALE di Jawa Barat, dan OLIVE BATIK di Malang. Dengan demikian, BNI bukan sekadar menjual ‘batik’ sebagai ‘strategi marketing’ semata, melainkan berperan langsung dalam menuntun perajin batik untuk mencapai kesejahteraan dan menjaga kelestarian kain batik di Tanah Air.  

 

Ibu Ani Yudhoyono meresmikan Kampoeng BNI Batik Wiradesa Pada Hari Batik, 3 Oktober 2011


(Foto: www.pinterest.com/pin/259097784783717340/).

 

Kampoeng BNI Batik Wirodesa

Pameran Kampoeng BNI Nusantara 2014 pada 17-20 Juli 2014 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan.

(Foto: http://ganlob.com/wp-content/uploads/2014/07/Kampoeng-BNI-04.jpg

 

KBNI Tenun Sumba dan KBNI Batik Tulis Lasem
Pameran Kampoeng BNI Nusantara 2014 pada 17-20 Juli 2014 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan.
(Foto:http://ganlob.com/wp-content/uploads/2014/07/Kampoeng-BNI-05.jpg)

 

KBNI Sasirangan Banjarmasin dan KBNI Tenun Ikat Bukit Tinggi

Pameran Kampoeng BNI Nusantara 2014 pada 17-20 Juli 2014 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan.

(http://ganlob.com/wp-content/uploads/2014/07/Kampoeng-BNI-08.jpg)

 

Dalam pelayanan nasabah, di sebagian besar gedung BNI di Pulau Jawa yang saya jumpai, profesional atau praktisi BNI juga menggunakan batik pada hari-hari tertentu. Hal ini menghadirkan suasana yang akrab dengan masyarakat Jawa. Komunikasi dengan nasabah semakin efektif. Sebab, BNI berupaya menyetarakan suasana bank dengan mindset penduduk lokal. Hal ini meneguhkan bahwa BNI memiliki keistimewaan dengan bank-bank lain khususnya bank-bank di luar negeri. Bahwa BNI tidak hanya memiliki peran strategis dalam lalu-lintas finansial, tapi juga sebagai bank yang berupaya menjaga dan melestarikan kearifan lokal dalam pelayanan dan produk perbankan.     

 

Seragam batik BNI (Foto dari: http://www.seragambatikmumtaz.com/2014/05/batik-karyawan-bikin-kompak.html)

 

Dalam mensukseskan Gerakan Non Nasional Tunai, BNI turut memproduksi uang eletronik (e-money) yang dinamakan ‘TapCash’. Uniknya, disain TapCash menampilkan ornamen wayang. Sebagai nasabah yang menetap di Yogyakarta dan akrab dengan budaya Jawa, saya sangat bangga. Upaya BNI dalam mengadopsi wayang sebagai disain TapCash (e-money) merupakan salah satu langkah yang terlihat sederhana, tapi memberi pengaruh penting dan mempertahankan eksistensi budaya Jawa di Tanah Air. Dan memang, dalam membuat perubahan progresif, kita tidak harus selalu melakukan hal-hal besar, melainkan kita bisa melakukan hal-hal sederhana dengan cara yang istimewa. TapCash dengan disain wayang secara simbolik menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara marginal di tengah-tengah pusaran globalisasi yang penuh dominasi, melainkan sebuah bangsa yang memiliki budaya unggul dan terbuka pada perubahan yang progresif.    

 

Kartu TapCash BNI edisi reguler Java Jazz Festival 2014

(foto dari: pbs.twimg.com/media/BhOMgzICUAAl5jN.jpg)

Dengan menjadikan produk budaya sebagai bagian dari ornamen atau disain dalam kemasan produk, secara simbolik BNI telah mengenalkan produk budaya Indonesia yang bernilai ekonomi pada masyarakat global, konsumen, dan meningkatkan kecintaan pada budaya lokal. Inovasi yang boleh disebut sederhana, tapi membuat perbedaan yang sangat besar. Sebab, tidak ada negara lain yang menandingi kekayaan budaya di Indonesia, termasuk Eropa dan Amerika.

Peluang BNI di Era Otonomi dan Kabinet Kerja

Pada 17 Agustus 2015 yang akan kita jelang di bulan ini, kemerdekaan Indonesia akan genap berusia 70 tahun. Tapi, hingga sekarang banyak rakyat di daerah-daerah pelosok Indonesia yang masih belum merasakan ‘arti kemerdekaan’. Jutaan rakyat di daerah-daerah terpencil masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Di Pulau Jawa, kemajuan BNI telah merambah pada Gerakan Nasional Non Tunai. Tapi di daerah perbatasan tersebut, mata uang rupiah masih langka. Di daerah Maluku, Papua, dan Halmahera cenderung juga masih langka untuk ditemukan bank. Akibatnya, pembangunan sosial di daerah-daerah tersebut sangat tertinggal.       

Memang, tanggung jawab dan kendali utama pengelolaan pembangunan sosial sebenarnya terletak pada kabinet pemerintahan. Tapi, terlalu banyak yang harus dibenahi pemerintah, termasuk ‘tugas rumah’ yang ditinggalkan kabinet-kabinet pemerintahan sebelumnya. Padahal ‘pemerataan’ pembangunan sosial terutama di sektor ekonomi, sudah tidak bisa ditunda lagi. Melihat potensi dan hasil inovasi BNI, agaknya kita tidak berlebihan memiliki harapan agar BNI membentangkan sayap selebar-lebarnya dalam optimalisasi program-program pembangunan sosial yang telah dilaksanakan BNI.

Sesungguhnya, seluruh daerah di Indonesia telah memiliki potensi lokal yang bernilai ekonomi dan mampu menghidupi masyarakat setempat. Namun, kelangkaan lembaga finansial yang mampu membina, mengelola, dan mendistribusikan produk, mengakibatkan banyak masyarakat di daerah, tetap hidup dalam keadaan miskin. Produk-produk sumberdaya kehidupan yang mereka hasilkan, diambil-alih pihak yang tidak bertanggung jawab dan dengan harga yang sangat rendah. Akibatnya, masyarakat Indonesia di daerah tersebut, tetap kesulitan untuk mewujudkan ekonomi mandiri. BNI bisa menjadi ‘agent of change’ dalam pemberdayaan potensi lokal dan SDM yang belum digali tersebut.

Di era otonomi daerah dan rejim pemerintahan Kabinet Kerja, peluang BNI untuk berperan aktif dalam pembangunan sosial berbasis kearifan lokal semakin terbuka lebar. Otonomi daerah membuat pembangunan sosial di daerah tidak lagi ‘terlalu’ birokratis dan dikendalikan ‘pemerintah pusat’. Di sentral pemerintahan, kita memiliki Presiden Joko Widodo yang demokratis dan berusaha keras dalam pemerataan pembangunan sosial.


Bapak Joko Widodo (kiri) semasa masih menjabat sebagai Walikota Solo dalam pencanangan program "Hutan Kota BNI" tahun 2012. Kini, Bapak Joko Widodo menjabat sebagai Presiden RI. 

(FOTO ANTARA/Andika Betha/http://img.antaranews.com/new/2012/10/ori/20121001BNI-Hutan-Kota-300912-ab-1.jpg)

Melalui media massa, kita pun sering menyaksikan hujan kritik pada Joko Widodo yang dinilai belum bisa merealisasikan pemerataan pembangunan sosial sebagaimana yang telah dijanjikannya semasa proses pemilu dan ditetapkan dalam kebijakan publik. Bahkan, tidak sedikit politisi yang menilai Bapak Joko Widodo gagal dalam mengemban tugasnya. Penilaian negatif ini tentu sangat berlebihan, seolah-olah mengandaikan Bapak Joko Widodo sebagai ‘tukang sulap’ yang bisa melakukan perubahan dalam waktu singkat. Selain itu, sebagian besar pembangunan sosial yang tengah usahakan Bapak Joko Widodo merupakan program pembangunan sosial yang ‘tidak dilaksanakan’ rejim-rejim pemerintahan sebelumnya dan ditinggalkan sebagai beban Kabinet Kerja. Peran aktif BNI dalam pembangunan sosial (khususnya untuk wilayah daerah) akan membantu meringankan beban Kabinet Kerja.             

Pembangunan sosial di daerah (di luar wilayah pemerintahan pusat/di luar kota) akan menurunkan potensi peledakan populasi di kota dan menurunkan laju urbanisasi. Bisa kita saksikan, dari tahun ke tahun, pembangunan di kota khususnya di Pulau Jawa, semakin tidak tertata dengan penduduk yang semakin padat. Setiap tahun selalu ada bangunan bank atau gerai ATM yang baru. Tapi di sebagian besar daerah di luar Pulau Jawa atau di luar kota, masih banyak rakyat yang perlu melewati perjalanan puluhan jam dan menghadapi ‘tantangan alam’ untuk mendapatkan layanan bank.

Memang, kondisi alam di luar kota atau di luar Pulau Jawa, banyak yang tidak kondusif bagi pendirian cabang bank. Namun, pepatah China menyebutkan bahwa: “kritis berarti peluang”. Maka, kondisi daerah terpencil yang tidak kondusif bagi lembaga perbankan adalah situasi kritis, tapi sekaligus peluang bagi BNI untuk mengembangkan pasar di daerah. Memang tidak akan mudah, tapi tidak ada hal yang tidak mungkin. Semua pencapaian agung dalam peradaban selalu diawali langkah dari zona kritis. Jika BNI tidak meraih peluang itu, maka cepat atau lambat, peluang pengembangan perbankan di daerah tersebut, pasti akan direbut bank atau lembaga finansial asing. Hal ini bukanlah prediksi yang mustahil terjadi. Bahkan, di kawasan kota yang menjadi pusat pengembangan bank negeri, bank asing telah menjamur dan memiliki daya saing tinggi dalam merebut pasar lokal. Tentu bukan sesuatu yang mustahil bila investor asing membangun bank dan sistem keuangan di daerah. Sebab, di balik kondisi yang kritis di daerah, banyak kekayaan alam dan budaya Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi. Misalnya, di Entikong yang kaya dengan hasil pertanian dan hasil hutan. Tapi, karena perbankan Indonesia belum berkembang pesat di kawasan ini dan minimnya distribusi produk dalam negeri di wilayah ini, masyarakat Entikong menjual produk mereka ke Malaysia. Bila pemerintah tidak segera meratakan pembangunan sosial sampai ke wilayah ini, maka tidak menutup kemungkinan sistem keuangan dan pasar di wilayah ini akan direbut investor asing.

Sebagai bank yang sangat berpengalaman, BNI dapat mempelopori pembangunan atau menambah jumlah bank di daerah terpencil. Selain bekerja sama dengan pemerintah, langkah penting yang perlu dilakukan BNI tentu menjalin kerja sama dengan lembaga konstruksi, transportasi, dan teknologi informasi. BNI tidak lagi fokus menjalin mitra yang berorientasi pada sektor finansial semata, melainkan menjangkau lembaga profesional di bidang infrastruktur. Bila BNI telah memiliki kejelasan konsep yang mapan dan didukung lembaga tersebut, saya yakin pemerintah daerah pasti akan menyambut BNI untuk membuka cabang di daerah-daerahnya. Dengan berdirinya dan meratanya cabang BNI di daerah, maka terbuka peluang besar untuk mengembangkan KBNI dan Mitra Binaan BNI secara lebih luas.

Semoga BNI bisa bermekaran di daerah-daerah luar Pulau Jawa atau luar kota. Keberadaan BNI di daerah-daerah akan meningkatkan kelancaran transaksi dan memajukan perekonomian. Agar masyarakat di daerah bisa memasarkan produk pertanian (industri), terbukanya lapangan kerja di daerah, dan menurunkan tingkat laju urbanisasi. Pembangunan sosial akan lebih tertata dan ramah lingkungan.

Selain pengembangan cabang dan pemberdayaan potensi lokal di daerah, BNI dapat mengadopsi unsur-unsur budaya daerah dalam penyempurnaan pelayanan. Indonesia memiliki warisan budaya yang tersebar di 17.000 lebih pulau. Keragaman budaya ini sangat potensial untuk ditransormasikan BNI dalam peningkatan mutu layanan, sebagaimana BNI telah mengadopsi budaya Jawa. Keragaman budaya di Indonesia akan memberi peluang besar bagi BNI untuk mengembangkan kebaruan (novelty). Sehingga, BNI akan memiliki perubahan-perubahan yang indah. Hal inipun akan memberi efek yang bagus untuk meningkatkan kinerja profesional BNI. Di mana para profesional BNI tidak lagi menawarkan produk perbankan dengan kemasan sama dari tahun ke tahun, melainkan penuh warna dan terbarukan. Dan memang, demikianlah budaya Indonesia yang bukan hanya dibangun satu warna budaya dominan, melainkan ratusan warna yang membentuk pelangi harmoni dalam naungan Bhinneka Tunggal Ika.  

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa BNI merupakan salah satu bank di Indonesia yang menjadikan kearifan lokal Indonesia bagian dari kesempurnaan mutu layanan. BNI merupakan mitra pemerintah yang potensial dalam upaya pemerataan pembangunan sosial. Optimalisasi peran BNI dalam pembangunan sosial akan memberi kontribusi yang sangat besar bagi Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi-Jusuf Kalla dan rakyat Indonesia. Karena itu, masyarakat Indonesia dan pemerintah perlu mendukung inovasi BNI. Agar eksistensi BNI semakin kokoh sebagai bank yang tidak hanya memberikan layanan finansial semata, melainkan berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan terdepan dalam prestasi.                       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun