Mohon tunggu...
SULFA SETI
SULFA SETI Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger pro

Pro banget

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Simak Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Kejadian Pediculosis Capitis di Pesantren Tradisional Surabaya

27 Agustus 2024   05:24 Diperbarui: 27 Agustus 2024   05:27 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Di Indonesia, sekitar 15% anak-anak yang masih dalam usia sekolah mengalami Pediculosis capitis (Pratiwi, 2022). Pediculosis capitis adalah masalah kesehatan yang umum ditemui di lingkungan pesantren (Khasanah et al., 2022). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa dari 287 sampel di Pesantren Miftahul Ulum, Jember, sebanyak 214 santriwati (74,6%) mengalami Pediculosis capitis (Putri, Argentina & Azhar, 2019). Sementara itu, di Asrama Putri Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, 75% dari total 697 santriwati dari 930 santriwati mengalami Pediculosis capitis (Syafika, Asih & Dewi, 2021). Dampak kesehatan yang muncul akibat gigitan atau hisapan Pediculosis capitis adalah timbulnya rasa gatal pada kulit kepala.

Metode penelitian

Penelitian ini menerapkan metode observasional analitik dengan desain case-control. Total sampel dalam penelitian ini adalah 92, yang terdiri dari 46 santri dengan Pediculosis capitis sebagai kelompok kasus, dan 46 santri tanpa Pediculosis capitis sebagai kelompok kontrol.

Hasil Penelitian

Dalam penelitian mengenai kejadian pediculosis capitis pada santri pesantren tradisional di Surabaya, telah dianalisis berbagai faktor yang berpotensi mempengaruhi penyebaran kutu rambut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku keramas dan penggunaan kerudung ketika rambut basah berpengaruh signifikan terhadap kejadian pediculosis capitis, sementara penggunaan barang bersama tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai masing-masing variabel.

1. Perilaku Keramas

Penelitian ini menemukan bahwa frekuensi keramas yang rendah berhubungan langsung dengan peningkatan risiko pediculosis capitis. Santri yang jarang mencuci rambut cenderung memiliki akumulasi kotoran dan minyak yang menciptakan lingkungan yang ideal untuk kutu rambut berkembang. Selain itu, teknik keramas yang tidak efektif, seperti tidak menyisir rambut secara menyeluruh setelah mencuci, juga berkontribusi pada masalah ini. Oleh karena itu, perilaku keramas yang baik dan rutin merupakan faktor penting dalam pencegahan pediculosis capitis.

2. Penggunaan Kerudung Ketika Rambut Basah

Penggunaan kerudung ketika rambut masih basah berpengaruh signifikan terhadap kejadian pediculosis capitis. Penumpukan kelembapan di area kepala karena penggunaan kerudung dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan kutu rambut. Kelembapan yang tinggi menyebabkan lingkungan yang lebih ideal bagi kutu untuk bertahan dan berkembang biak. Dengan demikian, penggunaan kerudung saat rambut basah menjadi faktor penting yang mempengaruhi risiko infestasi kutu rambut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun