Mohon tunggu...
SULFA SETI
SULFA SETI Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger pro

Pro banget

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Bebas Stunting

24 Juli 2023   00:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   00:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Selasa, 18 Juli 2023 dilaksanakan kuliah pakar di Auditorium UNUSA Kampus B dengan tema seimbangkan gizimu, sehatkan badanmu, cerahkan masa depanmu. Pemateri dalam acara tersebut adalah Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes yang sangat luar biasa. Pesertanya dihadirin oleh rektor, dosen dan mahasiswa UNUSA. 

Dalam pemaparan materi yang disampaikan Dr. Rita bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple burden permasalahan gizi. Prevalensi stunting di indonesia berada di posisi ke 155 dari 151 negara yang ada di dunia. Stunting adalah kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan (janin-bayi-anak-hingga usia 2 tahun) yang menyebabkan anak gagal tumbuh dan gagal kembang. Gagal tumbuh seperti tinggi badan anak lebih pendek dari usia anak yang seusianya dan untuk gagal kembang dapat dilihat dari tingkat tingkat kecerdasan anak rendah, respon lambat, dan sering gagal fokus. Beberapa penyebab stunting diantaranya anemia ibu hamil, ibu hamil KEK, dan balita gizi kurang. Pertambahan tinggi badan dan prosentase lemak pada anak dapat terjadi pada usia diatas 5 tahun. 

Perubahan metabolik pada stunting terkait risiko obesitas dan PTM. penyakit tidak menular dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya: kurang aktifitas fisik, kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi tinggi gula, konsumsi tinggi natrium/garam, obesitas, obesitas sentral, prevalensi merokok usia lebih 15 tahun, dan konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir.   

Hubungan konsumsi gula berlebih dengan PTM jika kadar glukosa darah meningkat, selanjutnya Produksi insulin meningkat yang akan mencetuskan terjadinya peradangan, selanjutnya mempengaruhi kesehatan pembuluh darah  dan glukosa berlebih menjadi makanan mikroba patogen dalam usus karena itu jumlahnya meningkat menekan microbiota usus sehingga terjadi gangguan pencernaan dan metabolik. 

Hubungan konsumsi garam dengan PTM, apabila terlalu banyak konsumsi garam dapat terjadi peningkatan tekanan darah dan kerusakan fungsi sel endothelial sehingga dapat mengakibatkan risiko penyakit jantung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun