Tulisan ini dibuat oleh Suleman Arison Rajagukguk, S.P., Dr. Dewi Kurniati, S.P., M.M., Dr. Dra. Eva Dolorosa, MM., M.Sc. yang sedang menempuh pendidikan Magister Agribisnis di Universitas Tanjungpura.
Desa Labian Iraang, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, menjadi contoh nyata bagaimana upaya pelestarian lingkungan dapat diintegrasikan dengan penguatan ekonomi masyarakat melalui program Model Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UPSA). Program yang diinisiasi oleh BPDAS Kapuas ini beroperasi sejak 2023 hingga 2025 dengan dua tujuan utama: memulihkan kawasan hutan kritis yang terdegradasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui aktivitas agribisnis berbasis keberlanjutan.
Sebagai bagian dari Heart of Borneo, Kabupaten Kapuas Hulu adalah wilayah strategis yang menyimpan kekayaan hayati sekaligus menghadapi tantangan ekologis akibat deforestasi dan pengelolaan sumber daya alam yang kurang optimal. UPSA hadir sebagai model inovatif untuk menjawab tantangan ini, terutama di Desa Labian Iraang. Pelibatan Kelompok Tunas Harapan sebagai mitra lokal menjadi kunci keberhasilan program, dengan pendekatan agribisnis berbasis tanaman keras dan semusim yang memberikan manfaat ekologis sekaligus ekonomis.
Kegiatan adalah Kegiatan Model Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UPSA) Tahun 2023-2025 dengan pelaksana Kelompok Tunas Harapan yang bersumber dari dana Pemerintah melalui BPDAS Kapuas yang terletak di Desa Labian Iraang Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu dengan jenis tanaman keras adalah durian, petai, Jengkol dan tanaman semusim adalah jahe merah, kucai, labu dan cabe. Pendekatan ini terdiri dari tiga komponen utama:
Rehabilitasi Lahan Kritis di kawasan hutan yang mengalami degradasi di desa ini direhabilitasi dengan menanam berbagai jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi. Tanaman keras seperti durian, petai, dan jengkol dipilih karena kemampuannya memberikan manfaat jangka panjang melalui hasil panen buah sekaligus berfungsi sebagai pelindung ekosistem hutan. Sementara itu, tanaman semusim seperti jahe merah, kucai, dan cabai dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan langsung yang lebih cepat kepada masyarakat.
Dukungan Teknis dan Modal untuk masyarakat yang terlibat dalam Kelompok Tunas Harapan menerima berbagai dukungan baik finansial dan teknis, termasuk pelatihan tentang teknik penanaman, pengelolaan hama, dan pemanfaatan lahan. Selain itu, kelompok ini mendapatkan bantuan berupa alat pertanian, pupuk, herbisida, dan upah harian selama masa penanaman dari pemerintah melalui BPDAS Kapuashal ini di ungkapkan Ketua kelompok, Bapak Fransiskus Ronggai mengatakan "kegiatan UPSA ini sangat membantu perekonomian masyarakat, karena masyarakat dapat memanfaatkan kawasan hutan untuk menanam tanaman yang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi, yaitu pemulihan lahan kritis dan juga penambah penghasilan berupa hasil hutan bukan kayu. masyarakat mendapatkan bantuan berupa upah harian, peralatan pertanian berupa cangkul, parang, dll. serta mendapatkan bantuan pupuk dan herbisida. sehingga masyarakat mendapatkan dampak ekonomi saaat ini melalui updah dan mendapatkan manfaat dari tanaman seperti tanaman jahe merah dan kucai yang sudah panen".
Penguatan Kapasitas Agribisnis Kelompok Tunas Harapan juga menekankan pentingnya penguatan kapasitas agribisnis. Pendekatan ini mencakup pelatihan dalam pengolahan hasil panen, pemasaran produk, serta diversifikasi usaha untuk menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih kuat bagi masyarakat.
Keberhasilan Awal: Panen dan Nilai Ekonomi
Hasil awal dari program UPSA di Desa Labian Iraang menunjukkan capaian yang menggembirakan. Beberapa tanaman semusim seperti kucai dan jahe merah telah memberikan hasil nyata bagi anggota kelompok. Berikut adalah detail hasil panen dan nilai ekonominya:
Kucai: Produksi mencapai 150 kg per tahun dengan harga jual Rp25.000 per kg, memberikan pendapatan tahunan sebesar Rp3.750.000.
Jahe Merah: Produksi sebesar 90 kg per tahun dengan harga jual Rp50.000 per kg, menghasilkan pendapatan tahunan Rp4.500.000.
Meski hasil tersebut masih tergolong sederhana, ini menjadi indikator positif untuk keberlanjutan program. Dengan peningkatan produktivitas dan diversifikasi pasar, potensi keuntungan dari agribisnis ini dapat terus meningkat.
Namun, kendala seperti serangan hama masih menjadi tantangan, khususnya pada tanaman cabai dan labu yang gagal panen di tahun pertama. Situasi ini menekankan pentingnya strategi pengendalian hama yang lebih baik dan peningkatan manajemen pertanian.
Peluang Agribisnis Masa Kini
Sebagai bagian dari transformasi agribisnis di desa, UPSA tidak hanya bertujuan untuk mengelola hasil panen mentah tetapi juga mengembangkan nilai tambah melalui inovasi produk. Berikut beberapa peluang agribisnis yang relevan di masa kini:
Pengolahan Produk Herbal jahe merah, salah satu komoditas utama dalam program UPSA, memiliki nilai ekonomis tinggi di pasar produk herbal. Di tengah meningkatnya permintaan global untuk minuman kesehatan, peluang untuk memproduksi serbuk jahe instan, teh jahe, atau minuman siap minum berbahan dasar jahe merah sangat besar. Dengan teknologi sederhana, masyarakat dapat memproduksi produk olahan ini untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan regional.
Pengembangan Produk Organik dapat dikembangkan melalui kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat terus meningkat, mendorong tingginya permintaan terhadap produk organik. Dengan memanfaatkan metode pertanian berkelanjutan seperti penggunaan pupuk organik dan pestisida alami, Desa Labian Iraang dapat memasarkan hasil tanamannya sebagai produk organik bersertifikasi yang memiliki nilai tambah di pasar.
Selain hasil agribisnis, Desa Labian Iraang juga memiliki potensi untuk mengembangkan ekowisata berbasis pertanian. Wisatawan dapat diajak untuk merasakan pengalaman menanam dan memanen tanaman lokal, sembari mempelajari praktik pertanian ramah lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya mendiversifikasi sumber pendapatan masyarakat tetapi juga mempromosikan pentingnya pelestarian lingkungan.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun program UPSA telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan ekonomi masyarakat, pelaksanaannya tidak luput dari berbagai tantangan, berikut tantangan yang dialami masyarakat.
Kendala utama dalam program ini adalah serangan hama yang berdampak signifikan pada hasil panen. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan penerapan metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang melibatkan kombinasi pendekatan mekanis, biologis, dan kimia yang ramah lingkungan.
Meski permintaan terhadap kucai dan jahe merah cukup tinggi, ketergantungan pada pasar lokal dapat menjadi risiko jika pasokan melampaui permintaan. Oleh karena itu, penting bagi kelompok tani untuk menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk pasar regional dan nasional, dengan memanfaatkan platform digital.
Pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai tambah masih menghadapi kendala teknologi. Pengadaan mesin sederhana untuk pengolahan jahe merah atau pengemasan produk kucai kering dapat membantu meningkatkan nilai jual hasil tani.
Strategi Pengembangan ke Depan
Untuk mengoptimalkan dampak positif UPSA, beberapa langkah strategis dapat diambil dengan membangun merek dagang lokal melalui Penguatan Branding, seperti "Produk Tunas Harapan" yang dapat mencerminkan kualitas dan keberlanjutan hasil pertanian desa. Peluang lain juga dapat dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan koperasi, distributor, atau bahkan industri makanan dan minuman akan membantu membuka pasar yang lebih luas.
Selain memberikan manfaat ekonomi langsung, program UPSA telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Labian Iraang. Pembinaan intensif oleh BPDAS Kapuas, baik dalam pengelolaan tanaman maupun pemasaran, telah membangun kepercayaan diri dan kapasitas masyarakat untuk mengelola sumber daya alam secara mandiri. Lebih jauh, program ini juga membuka peluang pekerjaan bagi anggota kelompok tani, baik melalui upah harian maupun pengelolaan lahan jangka panjang.
Program UPSA di Desa Labian Iraang adalah bukti bahwa pendekatan berbasis pelestarian lingkungan dapat sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan memadukan tanaman keras dan semusim, masyarakat tidak hanya memulihkan ekosistem hutan tetapi juga menciptakan stabilitas ekonomi melalui agribisnis yang berkelanjutan. Tantangan yang ada dapat diatasi dengan strategi yang tepat, terutama melalui diversifikasi produk, akses pasar yang lebih luas, dan dukungan teknologi.
Bapak Kusnadi sebagai pegawai yang mendampingi Kelompok mengatakan "UPSA ini merupakan program pemerinta yang bertujuan untuk memulihkan kawasan hutan dengan tanaman semusim dan tanaman tahunan, selaian memulihkan lingkungan, kegiatan ini diharapkan menjadi tambahan pendapatan petani melalui upah dan panen hasil tanamanan semusim seperti kucai, Â cabe, labu dan jahe merah. kedepan diharapkan masyarakat juga mendapatkan dari hasil panen tanaman tahunan seperti durian, jengkol dan petai sehingga ekonomi masyarakat terutama masyarakat sekitar kawasan hutan akan lebih meningkat". Program ini murapakan model yang dilaksanakan secara nasional di beberapa wilayah yang menjadi salah satu program kerja Kementerian Kehutanan Republik Indonesia untuk pembangunan berkelanjutan di kawasan pedesaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H