Mohon tunggu...
Sulastri
Sulastri Mohon Tunggu... Akuntan - "The best preparation for tomorrow is doing your best today" 💜

Mahasiswi Program Study Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Terlalu

17 Mei 2020   14:26 Diperbarui: 17 Mei 2020   14:26 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gimana mau cepat berakhir masa PSBB ini.

Kalau masih banyak yang otaknya gak dipakai malah mikirin diri sendiri .
Management McD malah bikin acara countdown penutupan di Sarinah Jakarta.
Kan Egois!

Bisa saja keadaan tambah parah, PSBB tambah lama.
Disaat semua kita sedang prihatin. Berupaya untuk bersatu & berkorban melawan pandemi ini.
Justru masih banyak ternyata manusia2 bebal & egois yang gak punya empati .
Yang sok eksis , yang gak menghargai pengorbanan para tenaga medis yang bertarung nyawa melawan virus Covid.

Manusia lebay  sok sentimentil ini malah kumpul nongkrong bareng untuk sesuatu yang gak penting banget.
Sok mengenang sejarah , norak !!?
Ini pelecehan terhadap pemerintah, aparat, warga yang  taat & tersiksa karena PSBB, serta keluarga korban Covid-19!

Seharusnya mereka semua harus dikarantina 14 hari agar tidak  menambah dalam duka negeri ini.
Kenapa kita kok susah sekali untuk patuh dan taat ya?

Sebenarnya, social distancing atau physical distancing telah diatur dalam UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Namun, istilah yang dipakai dalam UU ialah PSBB Pembatasan Sosial Berskala Besar. Ketentuan itu termuat dalam Pasal 59 .

Padahal setiap pelanggaran ada sanksi hukuman!
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 dan atau menghalang-halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di pidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

Kita memang gak ada takut-takutnya.
Ada bom meledak aja , kita malah ngumpul, mantau, fotoin pula.
Ada demonstrasi sampai rusuh lempar-lemparan batu aja kita malah jualan.
Gimana mau takut sama Corona,
Sama Tuhan aja kita gak takut.
Justru yang "menggadaikan" Tuhan juga banyak.

Ntahlah........

Kalau begini terus...
Ngapainlah para dokter, perawat, paramedis itu semua di Rumah sakit sana.
Sesak menahankan pengap dibalik baju "kebesarannya"
Berminggu-minggu tak pulang kerumah.
Tak bisa ketemu keluarganya, pasangan hidupnya, kekasih hatinya, ayah ibunya, anak-anaknya.

Yang lebih memilukan, mereka bertarung nyawa untuk merawat orang sakit.
Sementara anaknya sendiri yang sakit cuma dirawat pembantunya.
Kalian enak aja nongkrong bareng mengenang masa lalu . Kan Egois!

Yang termasuk sabar dan baik hatilah kalian para pejuang kesehatan itu.
Tapi kalau kek gini caranya, tak ada saling kerjasama dari masyarakat , Jika tak ada ketegasan dari pemerintah .
Tak ada pengawasan, tak ada penindakan atas pelanggaran.

Gimana kalau paramedis itu bisa saja bersuara dan bilang gimana kalo kutinggal pulang aja.
Lebih baik aku mengurus anak dan keluargaku dirumah.
Mau mati , matilah kalian situ, tak perduli aku.

Hayooo.... jangan Egois! Semua kena dampak, tapi jangan jadi merasa paling terdampak.

Kalau tidak bisa membantu, lebih baik tinggal dirumah. Jangan menambah-nambah angka positif setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun