Aku rasa  hati bukanlah piring
Dibanting lantas pecah berkeping-keping dan tak bisa utuh lagi.
Tuhan tidak menciptakan kita serapuh itu kawan,
Kita dibekali dengan logika, kemampuan berpikir jauh menatap masa depan dan pilihan-pilihan
Ketika kita sakit hati, pilihan kita memaafkan atau tidak?
Berpikir apakah kita harus tetap berada dihidup orang yang menyakiti kita atau pergi dan berlalu begitu saja.
Aku lebih menyukai menyebut hati bak Puzzle.
Ya, Puzzle Hidup...
Bisa dijatuhkan berkali-kali lalu hancur berantakan,
Tapi...
Kita bisa menyusunnya kembali...
Sejatinya mungkin tak mudah.
Tapi lantas tak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?
Mungkin kita perlu waktu lama atau bahkan nyatanya kita butuh bantuan seseorang untuk kembali menyusunnya
dan kembali menjadi utuh...
Satu hal yang pasti adalah selama kita hidup kepingan Puzzle itu harus disusun.
Baik banyak atau sedikit, tak ada Puzzle campur aduk yang bermanfaat dan bisa dinikmati.
Semua Puzzle baru bisa menjadi utuh bila kita mau mencoba dengan sabar menyusun tiap kepingan yang terserak.
Kelak saat waktu kita menyusun Puzzle kita itu habis, semoga gambar yang telah disusun selama ini sudah cukup layak.
Layak bagi-Nya dan menjadi berkat untuk orang lain.
Puzzle Hidup sejatinya harus terus disusun.
Selamat menyusun Puzzle Kehidupan bersama Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H