Ternyata, Mas Rovicky mengapresiasi ide monumen virtual itu karena menurut beliau monumen virtual akan memenuhi kebutuhan di masa mendatang, bukan hanya kebutuhan saat ini. Karena beberapa monumen yang dibuat di masa lalu, kadang hanya tinggal menjadi sebuah bagian sejarah, sedangkan pesan utamanya terlupakan. Sedangkan pertimbangan saya, monumen virtual akan lebih abadi, dibaca oleh banyak orang pesannya, tersebar luas, bisa sebagai knowledge management sekaligus knowledge transfer. Dari sisi biaya relatif tidak mahal, dan bisa mengikuti perkembangan teknologi, dan bisa jadi media sharing dengan ahli lain yang berkompeten.
Saat ini, Mas Rovicky sudah memulai dengan Dongeng Geologi-nya, apakah akan diikuti oleh geologist yang lain? Tidak mudah memang, dan sangat mungkin untuk dilakukan, membuat Monumen Virtual Gempa yang mungkin kita butuhkan. [kom09]
http://sulastama.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H