Bubur ayam pesanan saya datang tak lama kemudian. Bubur ayam di sini sedikit berbeda dengan bubur ayam Bandung di jln Ronggowarsito maupun Pasar Rumbai karena bubur ayamnya agak encer. Di dalam buburnya ada telur setengah matang dan di atasnya ditaburi dengan suwiran ayam, seledri dan bawang goreng. Bubur ayam ini disajikan dengan semangku cakwe. Saya pun kemudian menikmati sarapan pagi dengan bubur ayam ini, rasanya enak.
Pesanan saya yang lain adalah ceker. Ini merupakan makanan yang baru pertama saya temui, biasanya saya makan ceker goreng atau  peyek ceker. Ternyata ceker yang dimasak seperti ini enak juga, kalau ke sini lagi mungkin saya akan memesan ceker ini lagi.
Saya juga sempat menikmati lumpia udang. Menurut Hery, rasa lumpianya sangat enak, sedangkan menurut saya lumpianya juga enak, cocok buat cemilan.
Setelah selesai makan, kami pun kemudian membayar sarapan pagi kami. Untuk makan berempat sampai kenyang [kalau tidak dibilang kekenyangan], kami cukup membayar 143 ribu rupiah. Sekilas relatif mahal kalau dibandingkan dengan kedai kopi yang lain, namun terasa sepadan kalau melihat kelezatan makanan, kecepatan pelayanan dan kenyamanan suasana serta nama besar Kimteng. Pelayanan lumayan cepat karena pembagian tugas, ada yang menerima order , tukang hitung sampai tukang bersih bersih . Sedangkan kenyaman suasana di dukung oleh perluasan kedai yang dulunya dua pintu menjadi 3 pintu, sehingga pengunjung tidak terlalu sesak, riuh dan penuh asap rokok seperti sebelumnya.
Pada hari kerja banyak pembeli dari kalangan pemda dan menggunakannya sebagai tempat diskusi bisnis dan politik. Bagi pecinta kuliner rasanya sayang kalau di Pekanbaru sampai melewatkan kesempatan singgah di Kedai Kopi ini. [kom09]