Mohon tunggu...
sulas sky
sulas sky Mohon Tunggu... Blogger -

Penulis/Semestalover/Backpacker/Bloger/Agriculture/PLANTBOOK /Malalamen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

3/30 Hari Menaklukan Fajar (Hujan dan Mimpi)

25 Mei 2016   01:19 Diperbarui: 25 Mei 2016   17:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalah telak. Hari ke 3 menaklukan fajar  hasilnya masih NIHIL.Bukan fajar malah hujan yang datang selebat-lebatnya. Terdengar hebat namun tak mampu membangkitkan semangat.

Dari guyuran yang terdengar bergema di atap, tubuhku tak mampu bangkit malah  dia sibuk merayu mata untuk kembali menikmati mimpi yang mendatangkan seseorang yang ku rindukan sebagai tokoh utamanya.  Cinta yang menyapa hati di dongengkan hujan membawa kepada keindahan cerita dalam dunia maya  yang seperti nyata.

Mimpi ketika fajar memang selalu Indah. Bersambung dan terhubung pada dimensi waktu yang tak berujung. Dirinya datang menyapa dan mengurangi kadar kerinduan, bahkan bicara dan bersentuhan, bercerita, tertawa bersama dan pergi ke mana-mana. Aku menikmatinya hingga tak terasa ada janji yang teringkari.

Mimpi dan Fajar seolah-olah kompak hari ini, mencemari nama baik didunia nyataku. Apa daya sudah terlanjur dan sia-sia saja bersedih untuk itu. Fajar yang tak terkalahkan terima kasih untuk mimpi hari ini. Indah sekaliiiiii....

Ada sebuah cerita yang nyata namun tak bisa diceritakan begitu saja. Kisah dengan segenap kegamangan dan kerumitan, tentang rindu tak tertahankan yang harus ditahan. Tentang rasa yang tetap harus disembunyikan ditempat yang tak bisa ditemukan. Kita dipertemukan berkali-kali dalam dunia mimpi dan ku biarkan ini  hanya sebatas pertemuan  mimpi. Hanya mimpi yang mampu memahami kisah ini. Hanya mimpi yang boleh tahu tentang semua ini.

Jangan biarkan rasa penasaran membunuhmu teman. Ini bukan sesuatu yang akan ku ceritakan, kemudian kau berikan ucapan selamat. Ini sesuatu yang harusnya kau tidak boleh tahu. Maaf aku putuskan menjadi sesuatu yang misteri untuk ini.  

Entahlah. Sisi nyataku berjuang melawan fajar dan sisi jiwaku berjuang untuk sesuatu yang datang didalam mimpi. Sisi logikaku berjuang melawan kehidupan yang dimana-mana sudah dicemari dengan uang dan waktu yang terbuang.  Ujung mana yang harus di simpulkan terlebih dahulu?... bukankah kehidupan hanya tentang menanti ketetapan. Bagaimana kita sebagai ciptaan dipertemukan dengan berbagai kebahagian, kemudian ditempa kesedihan dan kekecewaan yang datang bergantian. Sepertinya setiap siklus pagi sejak dimulai datangnya fajar adalah kesempatan yang datang berulang-ulang. Selalu ada fajar esok hari, terlepas dia datang bersama hujan ataupun mentari bahkan bersama mimpi dia tetap setia datang lagi dan lagi setiap hari.

Rasa adalah cita dan cinta yang terlahir dari murninya empati dan simpati. Misteri tentang fajar yang tidak mudah takluk membawa jiwa kepada jawaban atas segala pertanyaan. Bahwa diri hanyalah sebatas ciptaan. Tahu diri adalah jalan pulang terbaik, jangan melawan cukup usahakan kemudian iklaskan. Apapun yang terjadi hari ini adalah ketetapan yang sudah disepakati pada suatu pertemuan 4 mata yang hilang dalam memori namun terngiang meski samar dalam kilas balik dari waktu fajar ke  waktu fajar . Selamat pagi cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun