Aku merasa kecil, tak lebih besar dari partikel atom. Semilir angin mungkin akan dengan mudahnya menghempaskan ku, ke dunia lain-antah berantah. Tetapi keteguhanku harusnya bisa membendung semua ketakjuban yang semu.Â
Labirin Cerita
Di Koin Biru - Icon kampus yang berada di dekat graha widya seakan menyeretku pada masa depan yang bahagia dan bersahaja. Semenjak berada disini, sebulan lalu semangat ini sulit terbendung. Aku ingin mencari siapa aku? Dalam ketidaktahuan-ku, aku merasa perlu, terus bergerak dan berbahagia dalam menggapai segala impianku.
Semangat ini bermula dari nuansa yang indah di sekeliling Wisma Tamu. Pepohonan yang rindang, dedaunan yang belum benar-benar kering saat matahari malu-malu menjulang. Semuanya menambah kesyahduan. Aku tidak tahu mengapa faktor eksternal ini semacam menjadi pelengkap semangatku.
Setiap Jumat pagi, dua minggu terakhir kemarin adalah momen berkualitas yang mungkin tidak bisa kudapatkan saat ketika sekadar bercengkrama di depan layar laptop. Apalagi ketika jaringan ngadat, emosi ku pasti tidak stabil.
Di Kampus juang ini, aku menemui banyak para maha pembelajar. Semangat ini seperti gesekan batang korek api pada kertasnya yang berwarna cokelat pekat. Aku bahagia. Bertemu dengan sang maha guru yang pemikirannya nampak lebih muda. Jauh berbanding terbalik dari usianya.
Menuju lorong waktuÂ
Kesan pertama saat kelas dimulai. Kami diantarkan pada masa 1985, mengenal Matsushita Electric Company.
Sejak tahun 1918, Matsushita berhasil membangun perusahaan, tepat pada usianya yang ke-23. Bermula dari membuat desain sebuah soket lampu yang kemudian berkembang menjadi lampu sepeda dengan batrei hingga pembuatan lampu bentuk oval dengan bohlam yang ciamik.
Setelah perang dunia ke-II, perusahaan ini mengembangkan beragam peralatan seperti mesin cuci, rice cooker, AC hingga televisi monokrom sampai pada televisi berwarna.
Berdasarkan informasi yang ditelusur secara online bahwasanya pada 2018 keuntungan perusahaan ini mencapai 72,37 miliar dolar Amerika dengan jumlah pekerja hampir 272.000 karyawan. Padahal usaha ini hanya bermula dari garasi rumah, dan hanya dibantu oleh istri dan tiga asisten saja.
Lalu Apa lesson learn-nya? Bahwa kita perlu menghargai sebuah proses perjalanan, entah itu dalam pembelajaran, pengembangan bisnis hingga hal-hal rumit lainnya.
Pengalaman adalah akumulasi dari berbagai macam keterampilan didalamnya mencakup proses yang tidak sekadar belajar secara verbal melainkan memerankan semua unsur perasa (afektif, kognitif dan psikomotirik). Selanjutnya melibatkan movement atau gerakan. Ditegaskan bahwa: implisit knowledge adalah tentang akumulasi pengalaman, perasaan dan praktik yang berulang. Kita bisa, karena terbiasa!
Pentingnya Berbagi
Tentang berbagi -- Malam yang larut di kota hujan. Kubuka lagi buku catatan merah muda, keberlanjutannya adalah tentang pengetahuan. "Knowledge is Power." Catatan ini menuliskan tentang wejangan Guru Besar dari mata kuliah yang sangat filosofis.
Pengetahuan merupakan hasil interaksi antara pengamat (Subjek) dan yang diamati (Objek) dibawah bimbingan akal budi. Sejatinya setiap kita perlu dengan semangat memelihara pengetahuan ini. Sederhananya dengan membagikannya.
Aku memilih cara paling sederhana: belajar mengelola beberapa informasi tertulis dalam buku merah muda dan menuangkannya dalam bentuk digital. Cara berbagi di era kekinian. Aku mencatat kata guru besar, "saintis perlu terlatih dalam mengelola informasi yang didapatkannya."
Disampaikan pula siklus pengetahuan dalam tampilan diagram yang berwarna-warni. "Mulanya dari create, selanjutnya organize, share, access dan use." Bagaimana informasi itu didapatkan hingga bisa dibaca atau digunakan lagi oleh pihak lainnya? Pengetahuan dan sains itu harus dikelola agar lebih mudah mengaksesnya, agar lebih optimal manfaatnya dan agar lebih banyak yang mengaksesnya.
Meski suasana sangat cerah, kurasakan ada hawa dingin yang masuk ke sela-sela kepala. Menyegarkan! Bukan karena ini di Kota Hujan. Wejangan guru besar membawa ke titik paling dalam. Kuresapi lagi kata, setiap kata saat menyusuri sepanjang jalan Agatis.
Diantara pohon-pohon yang menjulang aku menemukan setitik jawaban-Teruslah Belajar!
Catatan singkat saat mengikuti Kuliah Falsafah Sains bersama Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, M.S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H