Namun meskipun begitu sebagai peternak, kebutuhan pangan dalam hal ini daging ayam dan sayur mayur sudah tidak menjadi beban. Pangan harian keluarga dapat diambil langsung dari kebun dan kandang. Meskipun pandemi, dapur masih tetap mengepul. Makan tak hanya dengan nasi, ada temannya juga ayam paniki (ayam bumbu santan) dari kandang sendiri.
Ayam yang sudah afkir atau ayam yang sudah tidak produktif dapat dimanfaatkan keluarga Maquaponik Farm misalnya untuk menu makan sehari-hari. Seperti di sore kemarin, saya membeli dua ekor ayam kampung. Satu ekor ayam kampung dapat diolah menjadi menjadi satu panci sup. Menu tersebut dapat dinikmati oleh satu keluarga. Paling tidak kebutuhan pangan asal protein hewani sudah tidak dipikirkan, #keluarga tangguh masih dapat terwujud di kala pandemi karena kebutuhan gizi terpenuhi.
Maquaponik Farm melalui produknya Ayam Kampus juga tak sekadar business oriented tetapi juga mendukung bidang edukasi. Hal ini tidak terlepas dari profesi owner sebagai pengajar yang memiliki basic keilmuan mumpuni di bidang peternakan. Beberapa mahasiswa telah melakukan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dan penelitian di Maquaponic Farm.
Seperti Mirza yang ditemui sore kemarin menyampaikan bahwa sudah beberapa minggu ini melaksanakan penelitian di Maquaponic Farm. Mirza mengambil kajian genetika kuantitatif dan produksi. Judul yang diangkat yaitu "Kajian morfometrik terhadap produktifitas ayam buras". Begitu katanya sambil mencampur pakan untuk memberi makan ayam kampus.
Kita akhiri saja! Sup sudah menunggu untuk disantap. Aroma pala dan lada menguar dari dalam panci. Setelah suapan pertama mendarat tak ada lagi keraguan akan kelezatannya. Ayam Kampus memang gurih dan kenyal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H