Agenda Akhir Pekan
Siang ini kepenatan terasa semakin memuncak. Lengkap seminggu berjibaku dengan pelatihan. Duduk siang hingga sore. Sepulangnya pun harus berkutat dengan tugas-tugas. Sebagai mama muda pun juga tak boleh abai pada putri yang bulan ini akan genap sepuluh bulan.
Pak suami juga tidak bisa absen dengan segala hal yang penting di luar sana. Terlebih selepas Pilkada, wartawan harus selalu siap siaga. Berita harus dituliskan dan dimuat sesegera mungkin. Harus cepat namun tetap harus tepat. Rutinitas mereportase, menuliskan berita menjadikan perjumpaan dengan pak Suami terasa jarang-jarang.
Kebetulan hari ini, semenjak pagi pak Suami tidak kemana-mana. Tetapi bukan berarti alpa dari bekerja. Hasil wawancara semalam ditulis kembali. Sedari pagi berhadapan dengan telepon pintarnya. Setelah azan ashar, saya mencoba mendekati pak suami dan mengajaknya untuk keluar sebentar. Sekadar menghirup udara segar di akhir pekan.
Mulanya saya pikir tawaran ini akan ditolaknya. Tetapi tidak! Dengan senang hati pak Suami mengiyakannya. Pipi mengembang, saya tersenyum karena senang. Setelah siap, saya melayangkan pertanyaan, "mau kemana?". "Ke bawah, torang pi makan pisang goreng saja," Ke arah selatan dan kita akan pergi makan pisang goreng. Begitu penjelasannya.
Pisang Goreng Mulu Bebe dan Air Guraka
Saya menuju dapur memesan dua gelas air guraka tanpa susu ditambah dengan dua piring pisang goreng mulu bebe. Air guraka adalah minuman khas Ternate, yang terbuat dari jahe dan gula merah ini biasanya diberi topping kacang kenari. Minuman ini cocok diminum hangat-hangat.
Di beberapa daerah lain, ada juga minuman semacam ini. Hanya saja namanya yang berbeda. Ada saraba, ada juga bandrek. Tetapi saya belum tahu persis apa makanan pendampingnya. Dan mungkin juga topping yang digunakan berbeda-beda. Ya mungkin saja.
Tetapi di Ternate air guraka tak lengkap disuguhi dengan pisang goreng. Biasanya air guraka dan pisang goreng dijual di sekitar Tapak, lokasi reklamasi yang berdekatan dengan pantai dan juga di tempat-tempat wisata. Harga untuk satu piring pisang mulu bebek berkisar antara Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000 ribu. Pisang ini merupakan penganan favorit saya. Bentuknya panjang kecil, dan saat digoreng pisang diiris tipis-tipis. Renyah seperti keripik.
Dua puluh menit berlalu, pisang goreng dan air guraka datang menuju meja. Kami duduk di gazebo yang dekat dengan pantai. Mungkin karena masih pandemi pengunjung pantai bobane ici masih sepi. Awalnya hanya saya dan pak Suami. Setelah itu ada satu rombongan keluarga yang datang untuk mandi di kolam.
Tak sampai 15 menit, semuanya habis. Air guraka tanpa susu tak tersisa. Kacang kenari yang menjadi topping juga habis. Kenikmatannya semakin menjadi-jadi saat semilir angin pantai berembus. Pisang goreng mulu bebek dan air guraka melunasi segala penat. Kepenatan hilang berganti keceriaan.
Tidak berlama-lama, karena langit tetiba mendung. Lagi pula putri tercinta mungkin sudah bangun tidur. Mama muda mencuri waktu pergi bersama papa. Setelah membayar saya dan suami bergegas pergi. Balik ke arah utara, kembali ke rumah.
Di perjalanan pulang saya masih menyempatkan mencuci mata. Dengn leluasa juga bisa menghirup udara segar sembari menengok kebun-kebun warga. Ada banyak pohon cengkih dan pala, ada juga pohon kelapa. Saya sempat mengabadikannya. Sungguh akhir pekan yang menghilangkan penat. Saya bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H