Namun sepertinya sulit menemukan titik temu tentang keberadaan tenun Tidore pada masa silam. Penelusuran dilanjutkan ke Museum Tekstil hingga Museum Arsip Nasional," kak Wani memberikan penjelasan.
 "Beruntungnya di Museum Arsip Nasional ditemukan foto kain bertuliskan dalam warna hitam dan putih yang tertulis Tidore/Halmahera. Sumbernya dari Museum Belanda. Ini semacam menjadi pelengkap. Karena berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan juga mengiyakan keberadaan tradisi menenun di tanah Tidore yang diduga telah hilang kurang lebih 70 -- 100 tahun lalu".
Juga penemuan kain tenun oleh salah satu warga Tidore. Sayangnya kain tenun tersebut sudah lusuh karena digunakan sebagai alas seterika.
Tak lalu berhenti di tengah jalan. Penyusuran menapaki jejak puta dino terus dilakukan oleh ibu Anita Gathmir, perempuan kelahiran Soa Sio Tidore yang lahir pada 14 Januari 1975.Â
Perempuan yang memiliki jiwa seni ini tak lain adalah anak dari  ibu (Alm) Hj. Afiah bt M. Abas putri asli Tidore yang mempunyai marga kaicil. Marga Kaicil ini ternyata serupa dengan marga yang disandang Sultan Nuku (Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Jou Barakati).
Ngofa Tidore Menenun Harapan
Puta dino terdiri dari berbagai motif. Kak Wani menjelaskan bahwa ada motif tua yaitu jodati yang berarti ketulusan hati, barakati yang memiliki arti diberkati atau diberkahi dan marsante yang berarti keberanian. Setelah itu ada motif mapolu atau mengayomi. Â
Selama produksi Ngofa Tidore juga pernah membuat motif dari CTI (Cita Tenun Indonesia). Terdapat beberapa motif yaitu motif sungsung (baru), motif laha-laha (baik), motif toadore (saya telah sampai), motif marimoi (mari bersatu) dan motif gomode mabuya (bunga cengkih).
Selain itu puta dino kayangan juga memiliki motif khas kesultanan Tidore berupa gambar kalajengking. Yang mana gambaran ini mengacu juga pada struktur bangunan kadaton kesultanan yang serupa dengan kalajengking.Â
Sekaligus merepresentasikan ketahanan kesultanan Tidore. Dan ada juga motif Amo. Motif ini dikembangkan dari kain yang diberikan salah satu tokoh Tidore, paman Amin.