Kunjungan ke Pabrik Tahu Jambula
Tahu goreng, bakso tahu, oseng-oseng tahu, tahu bakar dan aneka penganan tahu lainnya yang tak mungkin disebutkan satu per satu.Â
Tahu adalah teman tempe, yang juga merupakan hasil fermentasi kedelai. Tahu difermentasi dengan asam cuka, batu tahu dan garam. Sementara tempe dalam prosesnya melibatkan kapang Rhyzopus.
Tahu menjadi menu makanan pilihan masyarakat karena harganya yang merakyat. Tahu merupakan pangan sumber protein nabati. Dilansir hellosehat.com, dalam 100 gram tahu memiliki kandungan energi 80 kal, protein 10,9 gram, lemak 4,7 gram, karbohidrat 0,8 gram, serat 0,1 gram, kalsium 223 mg, natrium 2mg dan fosfor 183 gram.
Di Ternate terdapat beberapa pabrik tahu, satu diantaranya adalah pabrik tahu Jambula. Masyarakat sekitar lebih familiar dengan pabrik tahu Jambula karena letaknya yang berada di Kelurahan Jambula, Pulau Ternate. Namun sebenarnya tempat produksi tahu ini merupakan Industri Kecil Menengah (IKM), bernama UD. Kawisari.
Mulanya tertarik melihat bagaimana pengelolaan limbah di pabrik tahu. Mengingat saya, ibu Virla dan pak Bambang yang bekerja dalam satu atap bermaksud membuat alat khusus untuk meminimalisir limbah. Bukan tidak beralasan! Catatan media beberapa tahun silam terkait pembuangan limbah ke laut dikhawatirkan berdampak tak baik bagi lingkungan.
Namun sembari itu juga ingin menengok langsung proses pembuatan tahu. Meskipun terbilang sering pergi ke UD. Kawisari karena lokasinya yang dekat dengan rumah tetapi baru sore itu, saya melihat langsung proses produksinya. Dengan senang hati saya berkeliling diantara para pekerja yang sibuk bekerja.
Kedelai mula-mula dikering-anginkan. Biasanya juga ditampi dengan nampan besar sebelum masuk pada tahap penggilingan. Ini penyortiran. Tahu yang diproduksi memang harus dibuat dari biji kedelai pilihan.
Sebelum masuk pada tahap penggilingan, kedelai yang telah disortir direndam semalaman. Ada juga yang hanya merendamnya antara 2 sampai 3 jam. Tujuannya agar tektur kedelai menjadi lebih lunak dan memudahkan tahap penggilingan.
Di UD. Kawisari kedelai digiling menggunakan mesin. Satu hari bisa memproduksi satu ton atau 1000 kilogram kedelai. Kedelai-kedelai tersebut dipasok dari Surabaya dan diberi harga Rp. 12 ribu per kilogramnya. Kedelai yang sudah halus kemudian dididihkan dalam sumur besar.
Adonan yang tersaring merupakan ampas tahu. Sedangkan sari kedelai yang masih panas-panas didalam sumur ditambahkan air biang sedikit demi sedikit sambil diaduk secara perlahan.Â
Biasanya juga dipindahkan ke sumur berikutnya. Air biang yang ditambahakan tadi merupakan air sisa pengolahan tahu yang memiliki umur satu sampai dua hari.
Sari kedelai yang telah ditambahkan larutan pengendap atau air biang ini akan mengalami proses penggumpalan. Air asamnya dibuang dan adonannya bisa langsung dicetak. Proses pencetakkan juga menggunakan kain batis yang diletakkan di dalam cetakan papan berukuran kotak besar.
Cetakan yang berisi adonan tahu dikempa selama beberapa menit agar air yang tercampur dalam adonan benar-benar habis. Proses ini juga membantu membuat tekstur tahu menjadi lebih padat. Dan tahapan terakhir adalah pemotongan. Tahu dikeluarkan dari cetakan kemudian dipotong kecil-kecil menggunakan pisau tajam. Ukurannya kira-kira 6 x 4 cm.
Menurut penjelasan Hj. Mursih, jumlah tahu yang dihasilkan per hari tidak bisa ditaksir. Proses pembuatan tahu yang teramat panjang pun belum tentu bisa memberikan hasil yang memuaskan. Rata-rata sehari menghabiskan satu ton kedelai. Namun saat pandemi melanda, produksi diturunkan hampir separuhnya.
Mengulik Potensi Limbah Pabrik Tahu
Limbah pabrik tahu terdiri atas limbah cair dan ampas tahu. Di pabrik tahu Jambula, UD. Kawisari penanganan limbah belum dijalankan secara utuh. Limbah cair belum terkelola, hanya ditampung dalam bak penampung. Ampas tahu saja yang sudah dimanfaatkan oleh peternak sekitar sebagai pakan.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam diagram neraca masa proses pembuatan tahu menjelaskan bahwa bahan baku kedelai 60 kg memerlukan 2700 kg air untuk menghasilkan produksi 80 kg tahu. Yang mana limbah yang dihasilkan sebanyak 70 kg ampas tahu dan 2610 kg air.
Jika dikondisikan pada UD. Kawisari dengan input 1.000 kg kedelai per hari maka kurang lebih memerlukan 43.200 kg air untuk menghasilkan 1280 kg tahu dengan output limbah ampas tahu kurang lebih 1.120 kg ampas tahu dan 41.760 kg air yang juga setara dengan 41.760 liter air per hari.
Manfaat ampas tahu diantaranya dapat meningkatkan produksi broiler, meningkatkan produksi magot, untuk pakan ternak ikan, sapi, unggas, cacing tanah dan lainnya. Selain itu dapat dibuat tepung ampas tahu juga merupakan bahan baku pembuatan tempe gembus.
Domba yang diberi daun ubi jalar dan ampas tahu dapat meningkatkan bobot badan harian ternak domba lokal sebesar 55,8 g/hari sesuai hasil uji coba di desa Tanjung Sari (Hernaman Imana., et al, 2019).Â
Ampas tahu juga dapat bermanfaat sebagai pakan konsentrak ternak sapi dan meningkatkan kadar lemak sapi perah dibandingan dengan pemberian pakan konsentrat komersial (Devri et al., 2020 dan Laryska et al., 2013).
Limbah cair tahu memiliki kandungan zat organik yaitu karbohidrat, protein dan lemak, yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair. Zat--zat tersebut harus dipecah terlebih dahulu menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana dengan proses fermentasi agar dapat diserap oleh tanaman (Rasmito et., al, 2019).
Sementara Marian et al., (2019) mengungkapkan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (POC). Limbah tahu mengandung. Limbah tahu mengandung unsur hara N 1,24%, P2O5 5.54 %, K2O 1,34 % dan C-Organik 5,803 % yang merupakan unsur hara essensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica pekinensis).
Hal ini juga diakui oleh Ridhuan Kemas (2012) bahwa limbah cair dapat diolah menjadi alternatif biogas. Biogas merupakan salah satu energi terbaharukan yang dapat dikembangkan dari pemanfaatan limbah cair industri tahu (Subekti, 2011).
Beberapa gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa limbah tahu sangat potensial dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan baku biogas.Â
Jika kesemuanya atau salah satu diantaranya dapat diterapkan pada pabrik tahu UD. Kawisari mungkin dapat membuat bahagia masyarakat Jambula dan sekitarnya. Karena limbahnya sudah bukan lagi menjadi ancaman tetapi sebaliknya, menguntungkan!
Referensi:
Devri, Ayu Novtiana; SANTOSO, Handoko; Muhfahroyin, Muhfahroyin. Manfaat Batang Pisang Dan Ampas Tahu Sebagai Pakan Konsentrat Ternak Sapi. BIOLOVA, 2020, 1.1: 30-35.
HERNAMAN, Iman, et al. Aplikasi Penggunaan Daun Ubi Jalar Dan Ampas Tahu Sebagai Pakan Tambahan Untuk Meningkatkan Performa Domba Lokal Di Desa Gudang Kecamatan Tanjungsari. Media Kontak Tani Ternak, 2019, 1.1: 1-4.
kelair.bppt.go.id/Limbah dan kelair.bppt.go.id/Buku
Kumparan Cermat 2019. DLH: Pabrik Tahu di ternate belum kantongi IPCL 20 Agustus.2019.
Kumparan Cermat. 2019. Warga jambula Keluhkan Limbah Tahun yang dibuang ke Laut. 31 Juli 2019.
LARYSKA, Nabila; NURHAJATI, Tri. Peningkatan kadar lemak susu sapi perah dengan pemberian pakan konsentrat komersial dibandingkan dengan ampas tahu. Agroveteriner, 2013, 1.2: 79-87.
Liswahyuningsih, Etik. 2010. Pemanfaatan Limbah tahu (Ampas dan Cair) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pupuk Organik Pengganti Pupuk Kimia yang lebih Ramah Lingkungan, Yogyakarta
MARIAN, Elisabet; TUHUTERU, Sumiyati. Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk organik cair pada pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brasica pekinensis). Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science), 2019, 17.2: 134-144.
RASMITO, Agung; HUTOMO, Aryanto; HARTONO, Anjang Perdana. Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Cara Fermentasi Limbah Cair Tahu, Starter Filtrat Kulit Pisang Dan Kubis, dan Bioaktivator EM4. Jurnal IPTEK, 2019, 23.1: 55-62.
RIDHUAN, Kemas. Pengolahan Limbah Cair Tahu Sebagai Energi Alternatif Biogas yang ramah lingkungan. Turbo: Jurnal Program Studi Teknik Mesin, 2016, 1.1.
SUBEKTI, Sri. Pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas sebagai bahan bakar alternatif. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 2011, 1.1.
WAGIMAN, WAGIMAN. Identification of Potential Biogas Production from Tofu Wastewater with Upflow Anaerobic Sludge Blanket Reactor (UASB). Bioteknologi Biotechnological Studies, 2007, 4.2: 41-45.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H