21 Juli 2020 adalah kali pertama berkunjung ke lahan Kompi. Tentunya bukan sekadar berkunjung. Saya mengajak teman-teman dari Pertanian untuk melakukan survei. Mengingat saya tak punya keahlian tentang bertani. Kebetulan pak Mahdi juga ibu Firla bergelut di bidang Agronomi semasa kuliah dulu. Jadi tak salah mengajak beliau berdua, agar bisa mendiagnosa kondisi sawi di lahan Kompi.
Berdasarkan pengamatan, diduga sawi yang ditanami terserang hama tanah atau karena pemberian pupuk yang tak tepat sasaran. Meskipun mulanya menggunakan pupuk kompos organik namun ternyata jika keliru dalam tata cara pemberian bisa berakibat fatal. "Kondisi tanah juga ikut berpengaruh" ujar Pak Mahdi. Perlu dilakukan uji pH tanah. Saya yang hanya punya dasar ilmu peternakan mengangguk terkesima mendengar penjelasan tentang budidaya tanaman hortikultura.
Beranjak dari permasalahan itu kami membentuk tim kecil untuk melakukan pengabdian masyarakat pada Kompi Grup. Kata Kompi sendiri ternyata merupakan akronim dari Kelompok Petani. Tim pengabdian adalah Dosen dari Fakultas Pertanian Unkhair terdiri dari saya, Sulasmi, Firlawanti, Mahdi Tamrin, Rosita, Fadila Tamnge, Abu Rahmat dan Gunawan Hatari juga Abdu Syukur.
Banyak tawaran program untuk mengawali pengabdian. Namun pilihan jatuh pada Sosialisasi dan Pelatihan Teknik Budidaya Pascapanen Tanaman Hortikultura pada Kelompok Tani Kompi Grup, Kelurahan Sasa Kota Ternate. Mungkin seperti itu judulnya.
Pelaksanaan Sosialisasi dan PelatihanÂ
28 Juli 2020, sosialisasi dan pelatihan berlangsung. Untuk sesi ini kami menjagokan ibu Firla untuk membawakan materi tentang tentang teknik budidaya dan Pak Abu Rahmat untuk menyampaikan teknik pascapanen. Kegiatan yang direncanakan pukul 15.00 WIT, dimulai pukul 16.00 WIT dan dihadiri oleh semua anggota Kompi Grup juga Kak Mul selaku pemilik lahan.
Materi pertama tentang teknik pascapanen. Pak Abu Rahmat menjelaskan detail teknik pascapanen tanaman sayuran khususnya tanaman yang berdaun. Ternyata penanganan untuk tanaman berdaun tidak mudah karena sifatnya yang mudah patah dan hancur. Semua anggota Kompi Grup mengamati dengan saksama.
Pak Amat sapaannya menjelaskan bahwa sayuran akan menjadi lebih berkualitas ketika ditangani dengan baik saat pemanenan. Selanjutnya untuk awal penjualan  kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa target pasarnya. Hal ini juga berpengaruh pada pengemasan produk. Misalnya jika hendak memasarkan di swalayan, tentunya kita harus mengikuti grade yang ditentukan oleh pasar. Yang terpenting sayuran harus dicuci bersih dan dikemas dengan rapi. Harga ditentukan oleh kemasan dan kebersihan produk, kurang lebih begitu.
Sementara ibu Firla di sesi kedua memaparkan teknik budidaya tanaman hortikultura. Dimulai dari penggarapan tanah, penyemaian hingga penanaman. "Jarak tanam juga perlu diperhatikan saat penanaman" begitu penjelasan singkat ibu Firla. Tidak banyak yang disampaikan, karena selanjutnya waktu disisihkan untuk praktek langsung di lahan pertanian.
Saat berada di lokasi petani milenial anggota kompi grup terlihat sangat antusias. Ada yang langsung mempraktikkan bagaimana memanen sayuran kangkung sesuai dengan pemaparan pak Amat. Di sudut lain terdengar diskusi tentang pemeliharaan kesuburan tanah, teknik pemupukan dan lain sebagainya.