Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Perempuan Membaca "Tank Merah Muda"

25 April 2020   12:43 Diperbarui: 25 April 2020   13:11 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tank Merah Muda | dokpri

Pukul 07.00 WIT. Dua truk besar dan beberapa tentara berjejeran di jalan depan rumah. Semua warga harus berkumpul di jalan raya. Ibu-ibu, anak-anak dan lansia diserukan untuk segera naik ke truk. Kesemuanya akan di bawa ke asrama Sipur Lima di Rumah Tiga, letaknya tak jauh dari Poka. Kondisi keamanan yang tidak stabil mengharuskan warga untuk dibawa ke tempat pengungsian. Tanpa disadari, pagi itu, momen terakhir di rumah.

Dua minggu berada di tempat pengungsian. Terdengar kabar, hampir semua rumah di kompleks kami telah rata dengan tanah. Tak ada yang bisa diselamatkan, semua hanya tinggal puing kenangan. Mendengar berita rumah yang terbakar membuat mama jatuh pingsan. Bukan hanya tentang itu, kami juga kehilangan komunikasi dengan papa. Belum lagi kondisi di pengungsian yang cukup memperihatinkan. Stok pangan terbatas, hampir seminggu hanya bertahan dengan mie instan. Pengungsi di asrama Sipur Lima membludak.

Selang dua hari dari tersiarnya kebakaran itu, kami bertemu dengan papa di tempat  pengungsian.  Sebelumnya ada kabar simpang-siur, bahwa papa telah tiada. mama terpukul tak berdaya. Saya bisa merasakan bagaimana kondisi mama di masa itu. Sakit selepas melahirkan belum usai sudah ditimpali dengan berita yang menyedihkan.

Beberapa hari di tempat pengungsian, mama berusaha memulihkan diri. Mama dan papa mencoba bangkit. Anak-anak menjadi penyemangat bagi mereka. Saya mendengar kesepakatan bahwa kami akan pergi ke Ternate. Papa memang dibesarkan di Ternate. Ambon merupakan kota rantauan. Begitupun mama yang berasal dari pulau Jawa.

Mengungsi ke Ternate sembari mencoba mencari peruntungan, mengais rejeki dan berusaha untuk bangkit lagi. Tekad untuk pergi satu cara menelan dalam-dalam keterpurukan. Sejumput harapan didaraskan, semoga di Ternate masih ada keluarga yang bersedia menampung.

KM. Lambelu menjadi penghantar. Tentu bukan hanya kami, hampir semua pengungsi yang ada di kota Ambon kala itu ingin segera angkat kaki. Di pelabuhan manusia membludak. Semua berdesak-desakan, merebut naik ke gelanggang kapal. Bahkan tak sedikit yang nekat, menggunakan tali. Semuanya tentu ingin mencari tempat baru untuk memulihkan kondisi. Tak hanya ekonomi juga psikologi, yang ambruk karena konflik yang meluluh-lantahkan.

Perempuan dan Sejumput Rasa yang Tertinggal  

Menuntaskan pembacaan atas Tank Merah Muda secara tidak langsung menyisakan sejumput rasa. Salah satunya meningkatkan empati pada sesama perempuan. Bahwa ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi perempuan mulai dari ranah privat sampai publik. Sebagai perempuan seharusnya kita saling menguatkan.

Tank Merah muda juga meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk menulis dengan apa adanya. Banyak sekali pengalaman perempuan yang menarik untuk diceritakan. Tentunya cerita yang tertuang dalam tulisan akan menjadi bahan pembelajaran bersama dan dapat menginspirasi sesama perempuan.

Tak berbeda dengan masa pandemi, setiap cerita di dalam Tank Merah Muda menyadarkan bahwa virus-virus konflik, kekerasan, diskriminasi ras dan agama harus dientaskan. Hidup dalam kesetaraan adalah sebuah keniscahyaan. Perdamaian harus selalu menyala di setiap relung kehidupan. Kita harus saling toleransi dan menghargai agar kebahagian selalu terpatri dalam diri.

Sebagai perempuan, catatan sederhana ini merupakan apresiasi kepada para penulis Tank Merah Muda: Cerita-cerita yang Tercecer dari Reformasi. Dari tank merah muda, pembaca khususnya perempuan menjadi tergugah. Dengan membaca ini kami (perempuan) memahami bahwa masih banyak cerita-cerita yang tercecer yang seharusnya dipungut oleh perempuan dengan penanya. Sehingga kita dapat hidup abadi dengan tulisan-tulisan dari tangan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun