Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Plesiran Menikmati Keindahan Ternate (1)

17 November 2019   21:43 Diperbarui: 17 November 2019   21:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokpri) Pose depan Gerbang Benteng Fort Oranje Ternate

14 September 2019, matahari belum benar-benar naik, masih pagi sekali--saya bergegas ke Bandara Sultan Babullah Ternate. Kebetulan, pada 17 September akan diselenggarakan Seminar Internasional FANRes di Ternate. Saya dipercayakan Panitia untuk menjemput Prof. Dr. Sedarnawati Yasni, M.Agr dan suaminya, Prof. Dr. Ir. Gendut Suprayitno, MM. Karena sebelumnya itinerary Prof Sedarnawati sudah saya terima dari kerabat beliau yang tak lain adalah Dosen saya Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si melalui pesan whatsapp.

(dokpri) Kedatangan Prof Suprayitno & Prof Sedarnawati di Bandara Sultan Babullah
(dokpri) Kedatangan Prof Suprayitno & Prof Sedarnawati di Bandara Sultan Babullah
Pukul 07.20 WIT, bermodalkan foto profil WA, saya mendekati pintu kedatangan dan mencoba mengenali Prof Sedarnawati. Beruntunglah di pagi itu Prof nampak memakai kerudung merah yang sama persis dengan foto profil WA. Kami berjabat tangan dan berkenalan. Meskipun kelihatan capek, Prof Sedarnawati dan suaminya terlihat masih punya semangat yang luar biasa. Betapa tidak, Seminar Internasional adalah tujuan kedua mereka. Yang utama adalah baronda atau jalan-jalan menikmati Ternate.

(dokpri) Menu Makanan di Rm Al-Hikmah
(dokpri) Menu Makanan di Rm Al-Hikmah
Setelah dari Bandara kami menyempatkan untuk Sarapan di Rumah Makan Al-Hikmah. Menu yang menjadi andalan adalah Nasi Kuning Ternate dan Lontong Sayur. Seingat saya, kami memesan nasi kuning dan dua porsi lontong sayur ditambah dengan satu piring pecal pisang.

Lontong sayur perpaduan lontong dan sayur nangka bersantan, ada tambahan ikan masak kering kayu dan kerupuk. Sedangkan pecal pisang adalah makanan dari pisang rebus yang diiris-iris dan dilumuri dengan kuah kacang. Namun kebanyakan wisatawan menyukai Naskuter atau Nasi Kuning Ternate. Mengapa? Mungkin karena perpaduan kunyit, daun pandan dan segarnya santan menyatu dalam kelembutan nasinya. Entahlah!

Setelah perut terisi kami mulai merancang perjalanan--pagi hingga siang sebelum check in di hotel pukul 13.00 WIT. Alih-alih sebagai tour guide, saya pun tak sungkan-sungkan menawarkan rute pertama: melawat ke Benteng Oranje yang terletak tak jauh dari rumah makan Al-Hikmah.

Selain saya, Prof. Suprayitno dan Prof. Sedarnawati ada juga pak Burhan yang mengendarai mobil juga Bu Husna. Pak Burhan dan Bu Husna merupakan rekan Dr. Suprayitno dan Prof Sedarnawati. Kalau tidak salah ingat berdasarkan penuturan Prof. Sedarnawati, Bu Husna sempat bersama-sama satu rombongan dalam perjalanan wisata ke Eropa beberapa waktu lalu dengan mereka. Karena tinggal di Ternate, Bu Husna pun tidak ingin melewatkan kesempatan berkumpul bersama. Bu Husna antusias datang ke bandara pagi-pagi untuk menjemput rekannya.

Perjalanan dari RM. Al-Hikmah menuju Benteng memakan waktu kurang lebih lima menit. Benteng Fort Oranje merupakan salah satu  benteng terbesar di Ternate yang terletak di Jl. Hasan Boesoeri Gamalama, Ternate. Benteng ini didirikan oleh Cornelis Matclief de Jonge pada 26 Mei 1607. Benteng yang memiliki lokasi cukup strategis ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun oleh bangsa Portugis.

(dokpri) Pose di papan informasi Benteng Oranje
(dokpri) Pose di papan informasi Benteng Oranje
Sampai di pelataran Benteng, Prof. Suprayitno dan Prof. Sedarnawati segera turun dari mobil dan bergegas mengabadikan moment perdana menikmati salah satu keindahan cagar budaya Indonesia. 

(dokpri) Tendangan bahagia di Pelataran Benteng Fort Oranje
(dokpri) Tendangan bahagia di Pelataran Benteng Fort Oranje
Beberapa spot dibidik dengan apik oleh Prof. Suprayitno. Suami Prof. Sedarnawati ini cukup riang gembira, bahkan beliau turut mengatur posisi kami agar kelihatan tetap cantik di hadapan kamera. Selain memotret beliau juga jago berselfie.

(swafoto) Depan Gerbang Benteng Fort Oranje
(swafoto) Depan Gerbang Benteng Fort Oranje
Untuk spot Benteng Oranje sudah terkumpul beberapa foto. Namun yang berkesan adalah foto langit biru beserta kumpulan awan cerah di pagi itu. Prof. Suprayitno bilang, udara di Ternate cukup segar berbeda dengan ibukota yang pengap dan juga bikin penat begitupun dengan biru langitnya, syahdu.

(dokpri) Suasana pagi di pelataran Benteng Fort Oranje
(dokpri) Suasana pagi di pelataran Benteng Fort Oranje
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Masjid Al-Munawwar kami mampir sebentar di Masjid Kesultanan Ternate. Letaknya cukup dengan Kedaton Kesultanan Ternate, kurang lebih enam sampai sepuluh menit dari Benteng Oranje. Tidak lama-lama, hanya mengambil beberapa foto dan kemudian melanjutkan perjalanan.

(dokpri) Masjid Kesultanan Ternate
(dokpri) Masjid Kesultanan Ternate
Masjid Sultan Ternate yang terletak di bagian Utara Kota Ternate tepatnya di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa-Sio menjadi bukti kejayaan Kesultanan Islam tempo dulu. Masjid dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu dengan bahan perekat dari campuran kulit kayu pohon Kalumpang. Arsitekturnya mengambil bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang limas, dimana tiap tumpang dipenuhi dengan terali-terali berukir.

(dokpri) Masjid Kesultanan Ternate tampak samping
(dokpri) Masjid Kesultanan Ternate tampak samping
Masjid ini berbeda dengan masjid pada umumnya karena aturannya yang tegas. Aturan tersebut berupa larangan memakai sarung atau wajib menggunakan celana panjang bagi jemaahnya dan larangan bagi perempuan untuk beribadah di masjid ini. Mengingat sejak dahulu, masjid memang menjadi salah satu tempat yang dianggap suci dan harus dihormati oleh masyarakat Ternate. Larangan bagi kaum hawa untuk beribadah di masjid ini didasarkan pada alasan untuk menjaga kesucian masjid, yaitu supaya tempat ibadah ini terhindar dari ketidaksengajaan perempuan yang tiba-tiba saja datang bulan (haid).

(dokpri) Halaman depan Masjid Raya Al-Munawwar Ternate
(dokpri) Halaman depan Masjid Raya Al-Munawwar Ternate
Tak berlama-lama, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Masjid Raya Al-Munawwar Ternate. Bu Husna menyebutnya: Masjid Terapung. Bukan tanpa alasan, lokasi Masjid memang berdiri di atas tanah reklamasi, tepat di pesisir pantai dekat Taman Nukila. Melewati pasar Bahari Berkesan, sekitar lima menit dari Benteng Orange sampailah kami di halaman depan Masjid Raya Al Munawwar. 

Masjid yang memiliki luas 9512 m2 ini mampu menampung 15000 jamaah sekaligus. Kehadiran Masjid yang diarsitekturi Ir. H. Helmy Al Amary ini merepresentasikan visi Kota Ternate yaitu Kota Madani. Hampir 95% dari 650 ribu lebih penduduk Ternate adalah pemeluk agama Islam. Dan kebetulan Sabtu pagi kala itu, ada acara khitanan massal. 

Pelataran masjid dipenuhi anak-anak lelaki yang sedang memakai sarung. Pemandangan indah, ramai nan lucu. Di arah berbeda Prof.Suprayitno, Prof Sedarnawati dan Bu Husna terlihat sibuk mengabadikan momen di halaman belakang masjid yang berdekatan dengan pantai. Indah sekali bukan?

Tak sampai setengah jam di Masjid Al-Munawwar, kami melanjutkan pejalanan menuju selatan Kota Ternate. Prof. Suprayitno ingin sekali mencari durian, maklum saja waktu itu memang berpapasan dengan musim durian. Keinginan itu memuncak karena sedari tadi mobil dipenuhi aroma durian yang cukup menyengat. 

Pak Burhan mengakui belum sempat membersihkan mobil dan kebetulan tamu yang diantar seharian kemarin juga menggondoli durian satu ikat di dalam mobil. Karena itulah ketika Prof. Suprayitno, Prof Sedarnawati dan Bu Husna mengelilingi masjid; saya, pak Burhan dan pak Rizal pun sibuk membubuhi kopi di setiap sudut mobil. Tujuannya untuk meredam bau yang menyengat.

Sempat membaca artikel bahwasanya kopi memiliki kafein yang mana kafein tersebut mengandung atom nitrogen yang dapat meningkatkan kemampuan karbon menyerap sulfur. Walhasil, bubuk kopi ataupun ampas kopi dapat menghilangkan bau tak sedap. Peneliti dari Seoul National University, Han Seouk yang dikutip seva.id pernah menyebutkan bahwa kopi mengandung senyawa heterosiklik yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang, seperti rasa sedih dan ketenangan saat mencium aromanya. 

Jadi jika menggunakan kopi sebagai pengharum kabin mobil, maka suasana berkendara akan menjadi lebih nyaman, terutama bagi yang sensitif dengan bau-bauan. Sudahkah anda mencoba?

Kembali pada perjalanan yang menyenangkan. Kami hendak bergegas ke selatan kota Ternate tepat pada pukul 10.30. Namun sayangnya, pak Burhan menggantikan posisinya dengan pak Rizal karena ada kesibukan lainnya. Kemudi beralih kendali tetapi perjalanan mengelilingi Ternate harus tetap dilalui dengan riang hati. Pak Rizal bilang ada beberapa tempat yang menjajakkan durian: di depan Danau Laguna, Ngade dan di sepanjang jalan di kelurahan Fora. Tetapi serta-merta pak Rizal mengarahkan lokasi yang akan kita kunjungi yaitu kelurahan Fora.

(dokpri) Benteng Kalamata Ternate
(dokpri) Benteng Kalamata Ternate
Mobil berjalan melaju,  melewati Taman Nukila dan Landmark Kota Ternate. Sebelum sampai di Fora, kurang lebih 10 menit dari Masjid Al Munawwar, pak Rizal berhenti tepat di depan Benteng Kalamata. Prof. Suprayitno, Prof. Sedarnawati, Bu Husna dan juga saya segera turun dan gercep mengambil beberapa foto. 

(dokpri) momen take picture di Benteng Kalamata
(dokpri) momen take picture di Benteng Kalamata
Prof. Suprayitno kaget bukan kepalang karena dari arah belakang benteng terlihat jelas pulau Tidore dan Maitara, beliau mengungkapkan keinginannya untuk melancong kesana.

(dokpri) Bagian belakang Benteng Kalamata
(dokpri) Bagian belakang Benteng Kalamata
Benteng yang dibangun Portugis pada tahun 1540 ini awalanya bernama Santa Lucia. Benteng yang dibangun Fransisco Serao ini bertujuan untuk menghadapi serangan Spanyol dari Rum, Tidore. Benteng yang didesain menyerupai empat penjuru mata angin ini memiliki empat bastion berujung runcing dan memiliki lubang bidik. Keindahan pulau Tidore dan Maitara pun tampak jelas karena letak benteng ini berada di garis pantai menghadap kedua pulau tersebut.(*)

(dokpri) Pose manis di Benteng Kalamata
(dokpri) Pose manis di Benteng Kalamata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun