Jika dibandingkan dengan kompasianer lain yang konsisten one day one article. Maka dalam setahun kurang lebih 300 tulisan yang sudah bisa ditayangkan. Seandainya, saya bisa!!!
Paling tidak saya bisa berbahagia karena punya ruang untuk menyampaikan gagasan, pendapat, ulasan maupun memberikan tanggapan dari berbagai peristiwa. Alih-alih sebagai pewarta warga, yang atas nama diri sendiri bisa melaporkan peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Tapi itulah yang dikehendaki Kompasiana. Keterlibatan aktif warga akan diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
Tren jurnalisme warga seperti ini sudah terlebih dahulu mewabah di banyak negara maju sebagai lahirnya web 2.0 yang memungkinkan masyarakat pengguna internet (netizen) menempatkan dan menayangkan konten dalam bentuk teks, foto dan video.
Pengalaman Manis di Kompasiana
Sebagai pemula yang pada tahun lalu masih berada pada level debutan, saya memberanikan diri mengikuti Kompasiana Blog Competition.Â
Kompasiana bekerjasama dengan JNE, mengangkat tema: "Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri." Terbersit untuk menuliskan UMKM di kota Ternate yang bergeliat mengembangkan potensi rempah-rempah yaitu cengkeh dan pala sebagai oleh-oleh khas.
Modalnya sebuah riset sederhana. Mengunjungi langsung lokasi produksi salah satu UMKM yang menawarkan beragam oleh-oleh khas Ternate yang berasal dari cengkeh dan pala.Â
Mengumpulkan informasi rekam jejak UMKM yang bernama Qonita Production mengantarkan tulisan saya terpilih. Masuk 8 besar dan mendapatkan reward uang tunai Rp. 2,5 juta.
Namun sampai pada titik itu, kebahagian sesungguhnya adalah karena mampu menyebarluaskan informasi potensi UMKM lokal kita untuk menunjang kemajuan ekonomi di daerah tercinta, Ternate.