Sampai pada tahun 1695 kondisi pendidikan Maluku Utara masih sangat terbatas. Di Ternate, jumlah sekolah dan guru masing-masing adalah dua buah; lima orang dengan jumlah murid sebanyak 54 orang. Sementara di Makian dan Bacan jumlah sekolah masing-masing hanya satu sekolah dengan guru masing-masing satu orang. Sedangkan murid hanya berjumlah 12 orang di masing-masing sekolah.Â
Pada masa pemerintahan Belanda didirikannya HIS untuk anak-anak pribumi dan sebuah ELS untuk anak bangsawan dan anak-anak orang Belanda. HIS berlokasi di Kenari Tinggi sedangkan ELS di jalan Chasan Boesoeirie. Saat pendudukan Jepang, sekolah ini dilikuidasi dan bekas murid HIS dan ELS ditampung di Sekolah Rakyat (volkschool).
Selanjutnya sekolah UZT (Utrechste Zending Vereniging) beroperasi di Galela, sekolah ini berjumlah dua buah dan masing-masing satu buah di wilayah perkampungan Kristen di Tobelo, Loloda, Jailolo, Kao, Sao dan Buli. Untuk menyuplai guru yang kompeten didirikanlah sekolah guru di Tobelo. Pada masa Neterland Indie selanjutnya didirikan SR di setiap kecamatan meskipun hanya sampai kelas 3.Â
Kemudian dibuat lagi  sekolah lanjutan dengan lama pendidikan tiga tahunan untuk kelas 4, 5 dan 6 di Ternate dan Tidore dengan nama Vervolg school (VS). Lanjutan VS adalah MULO (Middlebar school) setara dengan SMP saat ini yang pada masa itu hanya terdapat di kota Ambon dan Manado. Setelah perang dunia ke-2 usai barulah dibuat Algemene Middlebar School (AMS) yang setara dengan SMA, terdapat di Ambon.
Pada masa pergerakan, di Ternate didirikanlah beberapa sekolah. Tokoh-tokoh pergerakan seperti M.S Djahir dan Suryadi mendirikan Taman Siswa. Sedangkan pada tahun 1936 Al- Ahmad Syechan Bachmid membangun Islamiyah School, sekolah dasar dengan pengantar bahasa Indonesia.Â
Pergerakan Muhammadiyah juga mendirikan sekolah-sekolah agama masing-masing di Galela, Tobelo, Ternate dan Weda. Ustad Bahsoan juga mendirikan Madrasah dengan pengantar bahasa Indonesia dan Pendidikan Islam di Sanana. Selanjutnya Sekolah Guru (SGB) dan sebuah sekolah lanjutan tingkat SMA dan SMP dibangun Pemerintah RI pada dekade 1950-an.
Pendirian Universitas Khairun menjadi klimaks penceritaan tentang Sejarah Pendidikan di Maluku Utara oleh M. Adnan Amal. Unkhair di Ternate menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang lahir di Indonesia bagian timur. Adapun tujuan didirikannya Unkhair adalah untuk mencetak para sarjana dan memback-up perjuangan Maluku Utara dalam memperoleh status propinsi.
Begitu sekiranya potret tentang Chasan Boesoirie, seorang Dokter Pejuang. Dan juga penceritaan tentang Warga Tionghoa di Ternate yang telah memberikan representasi kekayaan dan kejayaan bumi Moloku Kie Raha.Â
Negeri penghasil rempah-rempah yang menjadi primadona bagi bangsa penjajah. Begitupun sajian pohon masa lalu yang pada ranting-rantingnya bisa ditemukan dengan jelas darimana pendidikan di Maluku Utara bermula.Â
Sungguh penuturan yang dikemas begitu mendalam oleh sosok M. Adnan Amal menghentakkan kita pada heroisme masa silam. Tanpa mengenal batasan-batasan para pejuang mampu berdiri kokoh di garda depan untuk memajukan daerah bahkan bangsa dan negara tercinta.
Memorial Lecture sebuah Apresiasi Karya