"Tuan adalah seorang militer, saya seorang dokter. Tuan harus membunuh banyak musuh sedangkan saya harus menyelamatkan banyak jiwa",Â
sekilas pernyataan CB saat diinterogasi kalangan militer NICA di Morotai. Pernyataan ini sekaligus menyiratkan betapa bertanggungjawab CB terhadap masyarakat pun juga kecintaannya terhadap profesi dokter. Â
Kepekaannya terhadap lingkungan pun mendorongnya untuk mendirikan cabang kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Kemudian selanjutnya bergegas bersama para remaja mendirikan cabang organisasi Muhammadiyah beserta Madrasahnya.
Sub Bahasan tentang Moloku Kie Raha merupakan bagian yang paling menarik, terdapat beberapa tulisan yang telah penulis cicipi terkait: Kapan Agama Islam Masuk ke Maluku Utara, Masyarakat Tionghoa di Maluku Utara dan Sejarah Pendidikan Maluku Utara.
Kepulauan Maluku dikenal dunia pada zama Dinasti Tang (618-906). Kawasan yang disebut dengan Mi-Li-Ki atau Mi-Li-Ku merupakan gugus pulau-pulau penghasil cengkih dunia, yaitu Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan. Ini termuatkan dalam tambo Dinasti yang menyatakan bahwa terdapat sebuah kawasan yang terletak di kawasan barat daya sebagai penentu arah Ho-Ling.Â
Orang-orang Tionghoa bertandang ke Maluku untuk berdagang rempah-rempah: cengkih ke wilayah India, Srilangka hingga ke pantai Timur Afrika. Namun dikarenakan harga cengkih yang cukup mahal. Pada abad ke-16, satu pon cengkih di Ternate bisa melambung hingga 32 ribu persen jika dijual ke Eropa. Hal ini juga membuat orang-orang Tionghoa tidak menyebarluaskan keberadaan wilayah rempah-rempah ini.Â
Namun pada abad ke 13, para pedagang Jawa, Melayu, Arab dan Gujarat mulai mengetahui daerah rempah-rempah ini hingga berakhir pada 1607 dimana VOC hadir dan mulai memonopoli rempah-rempah di Maluku. Meskipun demikian orang-orang Tionghoa turut memberikan kontribusi berupa pembauran di bidang bahasa yaitu penggunaan sapaan ci untuk kakak perempuan dan ko untuk saudara laki-laki yang lebih tua.
Di bidang bahasa, kata-kata engkong untuk kakek, ko untuk saudara laki-laki yang lebih tua dan ci untuk kakak perempuan, sudah menjadi istilah khas Ternate khas pembauran.
Sejarah Pendidikan di Maluku Utara, dimulai dengan didirikannya sebuah sekolah seminari dengan pengantar bahasa portugis oleh Galvao, Gubernur ke-7 yang ditempatkan Spayol dan Portugis di Ternate. Sekolah ini sejenis dengan sekolah yang didirikan kerjaan Sriwijaya pada zaman Hindu di Palembang.Â
Masa jabatan Galvao bermula dari tahun 1537 sampai 1540 dan dinyatakan telah memberikan kesejahteraan bagi rakyat Ternate baik di bidang pendidikan, ekonomi, pemerintahan dan sosial budaya.Â
Pada tahun 1602, VOC diinstruksikan Perlemen Belanda  untuk mendirikan sekolah dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya disamping menyebarluaskan agama Kristen Protestan. Sekolah berada di kawasan pemukiman Belanda, Willemstad. Sekolah ini mengajarkan cara berhitung, baca tulis, bahasa Belanda pada 12 murid pribumi dan anak-anak pegawai VOC.