Artikel ini merupakan bagian kedua dari dua artikel dengan judul yang sama. Bekal apa yang harus dibawa oleh anggota koperasi agar koperasi tetap terjaga kemurnian cita-citanya.
Sebagai pemilik koperasi dalam dimensi kebersamaan ada 2 dikotomi yang paradox. Di satu sisi koperasi harus lebih maju di sisi lain koperasi harus memberikan manfaat yang lebih besar pada seorang anggota secara individual. Kedua pemikiran ini haruslah berjalan seimbang, koperasi harus lebih maju dan kesejahteraan anggota juga meningkat.
Menjadi masalah berikutnya saat koperasi semakin membesar tentu tidak semua anggota akan mendapatkan benefit dan profit yang sama atas kemungkinan partisipasi yang berbeda. Sebagai contoh koperasi besar beranggotakan ratusan ribu orang, maka ekspektasi antar anggota tentu berbeda. Si Fulan misalnya telah lama bergabung menjadi anggota dan telah memiliki banyak simpanan, ia akan memiliki harapan yang lebih besar daripada anggota baru dengan simpanan lebih kecil.
Bagi yang awam koperasi mungkin masih melihat setiap orang harus mendapatkan hak yang sama baik dalam terminologi kualitatif maupun kuantitatif. Prinsip yang dipakai adalah keadilan yang sama tetapi keadilan ini juga harus dirumuskan lebih detail, tentu akan berbeda profit dan benefit anggota yang partisipatif dengan anggota biasa atau bahkan anggota yang jarang aktif.
Semakin tajam pengertian anggota terhadap segmentasi dan struktur keanggotaan maka akan semakin baik pola benefit dan profit bisa dirumuskan. Jika kita mau jujur maka saat ini masih sangat sedikit koperasi yang mampu merumuskan benefit dan profit dengan berjenjang sesuai dengan segmentasi dan struktur keanggotaan.
Baca jugaÂ
Akan sangat baik jika koperasi yang besar merumuskan pola benefit dan profit pada setiap segmen dan struktur keanggotaan sehingga harapan anggota bergabung pada satu koperasi bisa terwakili secara clear.
Pemberian benefit dan profit bisa disusun dalam berbagai kategori partisipasi misalnya lama keanggotaan, besarnya simpanan, partisipasi mengajak anggota baru, besarnya pembiayaan yang diterima, keterlibatan anggota pada satu koperasi dan berbagai indikator lain.
Muncul pertanyaan apakah ini perlu? Apakah ini tidak menambah keruwetan? Jawabnya ini sangat perlu. Ya awalnya menambah keruwetan atau membuat pusing, tetapi hanya di awal saja. Begitu sistem bisa dibuat oleh koperasi untuk mengantarkan kesejahteraan anggota maka anggota koperasi akan semakin sejahtera.
Ingat, seseorang menjadi anggota koperasi bukan hanya ingin lebih sejahtera secara ekonomi, tetapi juga pada sosial dan budayanya.
Anggota yang akan berangkat RAT tentu harus tahu betul masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh anggota dan layak untuk diselesaikan masalahnya oleh koperasi. Anggota yang berangkat RAT harus tahu betul bagaimana koperasi menjadi lebih maju.
Syarat-syarat ini akan terpenuhi jika anggota mendapatkan pendidikan koperasi yang semakin baik dan inilah tugas berat kita sebagai pelaku koperasi.
(Tulisan kedua dari 2 tulisan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H