Mohon tunggu...
Sulaiman Addaroni
Sulaiman Addaroni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Sebagai Guru Favoritku

14 Agustus 2017   13:25 Diperbarui: 14 Agustus 2017   13:28 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Pondok Pesantren Al Islah

Renungan panjang yang harus ditelaah ulang oleh kita semua, betapa pentingnya peran ibu dalam rumah tangga. Iya nama yang singkat yaitu I-B-U. Penulis menyajikan ini karena semua yang ada saat ini adalah karena ibu.

Pengorbanan yang luar biasa itu menjadikannya sebagai pahlawan perempuan yang tiada duanya. Kalau kita kaji ulang dengan Firman Allah dalam surat Luqman ayat 14 yang artinya"

"Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun . Bersukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua mu. Hanya kepada Aku kembali mu" (Q.S; Luqman; 14).

Dari ayat ini, maka dapat kita  ibroh (pelajaran) secara jelas bahwa yang amat sangat berjasa dalam hidup kita adalah ibu. Penulis tidak menafikkan peran bapak secara langsung, meski dikatakan di dalam ayat ini adalah orang tua mu. Namun disisi lain juga kita harus tahu bahwa ayat ini secara khusus menyebut namanya dengan sebutan "ummu"menggunakan kata alif (hamzah) pada awal katanya. Melainkan artinya adalah ibu.

Begitu besar jasanya sehingga namanya pun di khususkan secara langsung oleh Allah, mulai dari mengandung hingga melahirkan sosok bayi mungil, yang kemudian merawatnya dengan asupan kasih sayang, menjaganya bagaikan itan permata yang tak ingin melihatnya luka sedikit pun. Semua itu adalah jasanya.

Memang peran ibu sangatlah penting dalam keluarga, bila ibunya baik maka anaknya pun akan menjadi baik, begitu sebaliknya. Begitu banyak pengorbanan yang ia berikan demi hanya sosok bayi yang ia rindukan di bumi ini.

Begitu pentingnya seorang ibu dalam rumah tangga, hingga mampu menjadikan rumah yang damai, sopan penuh dengan kenyamanan. Salah satu alasan yang membuat penulis mengatakan Ibu sebagai guru favorit-ku yaitu, ibu merupakan sosok manusia mulia sehingga tak kenal lelah untuk menjalankan tugasnya, mulai dari merawat sampai kepadanya menjaga dan mengajarkan bahasa sopan santun atau etika bermoral yang baik kepada lingkungan lainnya.

Penulis akan menggambarkan betapa ia menjadi seorang guru bagi anak-anaknya. Setiap kali kita tidak sadar akan apa yang telah di ajarkan kepada kita, mulai dari cara makan minum, mandi, berbahasa yang sopan kepada orang lain. Dan berbudi baik kepada siapa saja. Bukan itu adalah pelajaran berharga bagi seorang anak.

Bila semua itu kita pikirkan lagi maka tidak ada satu orang pun yang akan mengatakan guru sekolah mereka yang lebih favorit, melain ibu mereka yang akan lebih favorit lagi.

Pelajaran-pelajaran berharga yang diajarkan ibu merupakan hal yang patut di sukuri karena beliau kita mengenal apa yang ada dalam diri kita, terutama siapa yang mencipta diri ini.

Sejak kecil ibu adalah sosok manusia yang tak pernah mengenal lelah mengajrkan kepada nilai-nilai agama yang baik, mengajarkan segala hal yang baik dalam lingkungan hidup kita. Sehingga kita mengenal segala apa yang ada di lingkungan hiudp kita. Mungkin tidak semua ibu bisa mengajarkan ilmu pelajaran tapi ibu telah mengajarkan ilmu kehidupan yang sangat amat penting untuk anaknya dalam mengarungi bahtera kehidupan yang semakin buruk ini. Tidakkah pengorbanan itu semua untuk anaknya. Apalagi yang membuat kita menjadi buta sehingga kita mengatakannya guru yang tidak favorit.

Ketika problematika kehidupan melanda anaknya, ibu selalu menjadi garda depan untuk melindunginya, meski perih luka yang selalu di rasakannya. Semua itu hanya karena ingin melihat anaknya menjadi pelajar yang baik, bukan menjadi pelajar yang tidak terdidik.

Pendidikan yang diberikan oleh seoran ibu sangat amat penting, pendidikan kehidupan yang di ajarkan bagaikan perahu yang harus siap mengarungi samudera besar dalam menerjang ombak dan bahkan badai sekalipun. Agar perahu itu tidak roboh dan terombang ambing oleh kencangnya angin laut.

Begitu juga dengan ibu, ibu mengajarkan ilmu kehidupan yang harus mampu di pahami dan di implementasikan dalam kehidupan ini, ibu membekali anaknya dengan patuah-patuah agama agar tidak mudah terseret dengan gelombang kehidupan yang begitu ganas ini. Agar si anak selalu kokoh dan tegap dalam menjalani kehidupan yang amat berat ini. bukan kah itu merupakan pelajaran sesungguhnya.

Di lihat dari konteks ayat di atas yang menjadi guru pertama kali dalam kehidupan ini adalah ibu, karena ibu mampu menjadi garda depan yang selalu menemani dalam hal belajar mengajar. Maka sosok ibu merupakan panutan bagi semua anak-anak.

Mungkin banyak oran bilang Nabi Muhammad adalah suri tauladan yang paling baik, maka penulis akan mengatakan ibu adalah suri tauladan yang super paling baik. Penulis tidak mengatakan ini berlebihan akan tetapi sang baginda Nabi pun ta'zim kepda ibundanya yang mengajarkan tentang kehidupan meski hanya sebentar saja.

Bukan ada yang mengatakan surga ada di telapak kaki ibu. Kata sangat benar sekali, karena tanpa ibu seorang anak akan kesulitan untuk bertahan hidup. Bertahan bagaimana cara mengahadapi kehidupan ini. Oleh sebab itu di katakan bahwa "Ridollah fi Ridol wa lidain" dari konteks ini juga bisa di fahami bahwa ibu adalah utusan Tuhan yang sempurna yang mampu mengantarkan anak-anaknya menjadi baik atau buruk.

Peran penting sangat amat besar inilah yang akan mampu menjadikannya sebagai suri tauladan dan bahkan guru bagi anak-anaknya. Bila sosok ibu mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya maka anak-anaknya akan menjadi suri tauladan yang baik pula di kemudian harinyaa.

Lantas apa yang membuat kita ragu dengan mengatakan ibu sebagai guru favorit-ku, bukankah jiwa raganya sudah di pasrahkan untuk kita, bukan kah kita telah belajar banyak dari mereka, bukankah ibu telah mampu tampil pesona di depan anak-anaknya. Apalagi yang harus kita dambagakan dari guru sekolah kita. Ibu jauh lebih tahu karakter anaknya di bandingkan guru sekolahnya, karena sosok ibu hidup berdampingan selalu dengan anak-anaknya.

Bukan penulis mengatakan guru sekolah tidak baik, melainkan ada yang lebih baik. Penulis ingat ketika duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, ketika seorang kiyai menjadi kepala sekolah dan memberikan ceramah agama sebelum masuk kelas, beliau berkata "Guru yang paling utama dalam diri kalian adalah Ibu-mu, kemudian guru yang nomer dua adalah guru sekolah-mu dan selanjutnya guru yang seterunya adalah mertua-mu, dan lingkungan sekitar mu".

Memang apa yang beliau katakan ini benar bagi penulis, karena ibu adalah manusia yang pertama kali mengajarkan kita segalanya. Maka dar itui ibu merupakan murobbi (maha guru) yang pertama sebelum kita berada di di bangku sekolah.

Nilai-nilai yang baik yang di ajarkan ketika anak masih kecil itu lebih berharga daripada kecerdasan anak ketika melupakan guru utamanya.

Bukannya penulis menafikkan diri sebagai seorang laki-laki tapi ini adalah kenyataan pahit yang harus kita lihat, bila pelajaran utama anak ketika masih kecil salah maka kemungkin kecil kelasahan itu akan tertanam dalam diri mereka.

Dengan demikian, penulis menaruh perhatian besar kepada kaum adam agar mampu memilih bibit unggul yang sudah di sediakan Tuhan untuknya. Memilih bibit unggul itu tidak hanya dilihat dari kecantikannya, tahta, bahkan hartanya tapi agama yang baik yang akan lebih condong mengantarkannya.

Kita harus pahami semua bahwa bibit unggul tidak akan pernah tetandingi hasilnya dengan bibit yang sudah tidak layak pakai. Karena bibit unggul itu adalah perempuan yang baik, yang akan menjadi ibu bagi anak-anak, maka ibu itulah yang akan mampu menjadi guru yang baik pula, hingga mampu mengemban amanat yang amat sangat besar itu.

Mengakhiri tulisan ini, penulis berkata memilih dengan teliti adalah kunci dari sgalanya.

Wassalam......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun