Mohon tunggu...
Sulahudin Al Ayubi
Sulahudin Al Ayubi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta

Berfokus menulis berupa opini, sudut pandang, dan pengalaman pribadi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Penjual Buah yang Terdampak Pandemi Covid-19

13 April 2021   09:30 Diperbarui: 13 April 2021   09:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Pedagang Buah Ibu Sumarni adalah salah satu dari banyaknya orang yang terdampak Covid-19 yang mana ia adalah tulang punggung keluarga yang setiap hari berusaha untuk tetap mengais rezeki dari pekerjaan yang telah ia jalani sejak tahun 2006 tersebut. Covid-19 sempat meredupkan keuntungan yang sudah seperti biasa ia target per hari supaya keesokan harinya Ibu Sumarni dapat mengkira-kira jumlah buah yang akan di beli lagi dari pusat agar ketersediaan buah untuk dijual pada esok hari bisa siap sempurna.

Hal ini dikarenakan berkurangnya masyarakat yang melakukan aktivitas diluar rumah. Karena sempatnya diadakan himbauan lockdown dari pemerintah menyebabkan sepinya pengendara di jalan tersebut dan mengakibatkan penjualan Ibu Sumarni turun derastis dan terkena rugi juga dari buah yang tidak laku terjual dan akhirnya membusuk.

Sejak akhir bulan April pemerintah kota yogyakarta telah menerapkan sistem lockdown di seluruh daerah supaya angka persebaran Covid-19 bisa diminimalisir namun hal tersebut juga menjadi pertanda buruk bagi para pedagang kaki lima seperti yang dialami Ibu Sumarni tersebut.

Namun tidak sampai di situ saja, ibu Sumarni tetap melanjutkan berdangangnya seperti biasa karena inilah satu-satunya pekerjaan yang bisa ia jalani. Ibu Sumarni berjualan dengan cara yang berbeda yaitu dengan mengurangi pembelian buah dari pusat supaya dapat terjual habis sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat yang belum stabil. Walaupun keuntungan pasti lebih minim namun itulah kenyataan yang harus ia terima pada kondisi yang belum memungkinkan untuk berniaga secara normal ini.

Keseharian Ibu Sumarni dalam menjual buah tersebut dimulai pukul 8:00 WIB dengan dibantu putranya yang kesehariannya mengantar Ibu Sumarni untuk berkulakan buah dan membuka warung di pinggir jalan. Dimulai pukul 6:00 WIB Ibu Sumarni dan putranya sudah berada di pemasok buah untuk membeli beberapa buah yang hendak mereka jual, selanjutnya mereka menyiapkan  warung di pinggir jalan sampai pukul 8:00 WIB dan mulailah Ibu Sumarni berjualan. Kadang-kadang Ibu Sumarni juga digantikan oleh putranya dalam melayani pembeli buah bila ada sesuatu yang harus dikerjakan Ibu Sumarni di luar lingkup perdagangan seperti memasak, mencuci pakaian dan kegiatan rumah tangga lainnya.

Ibu Sumarni mengatakan bahwa rezeki sudah ada yang mengatur dan tugas kita hanyalah berusaha dan terus berusaha dan jangan mudah patah semangat karena dalam menjalani suatu pekerjaan pasti tidak selamanya untung, ada kalanya kita mengalami kerugian supaya kita juga bisa merasakan bagiamana rasanya menderita seperti yang dialami orang-orang diluar sana yang sudah beberapa kali mencoba namun terus saja gagal. 

Tuhan pasti tahu apa yang terbaik bagi kita jadi sepatutnya kita menghargai upaya yang telah kita jalani tanpa harus mengeluh secara berlebihan. Dan kenyataannya bulan ini orang-orang sudah mulai beraktivitas seperti dulu lagi namun dengan menerapkan protokol kesehatan ketika mereka akan pergi, ini secara langsung juga memberi manfaat agar kita menjadi lebih bersih lagi setiap harinya supaya kita selalu terhindar dari penyakit-penyakit yang sudah pasti tidak diinginkan oleh kita semua.

Ibu Sumarni tampak biasa saja dalam menjalani pekerjaan ini walaupun sedang dilanda pandemi yang entah kapan berhenti ini. Ia seakan-akan tidak menghiraukan berapapun keuntungan yang ia dapatkan asalkan tetap bisa menafkahi keluarga setiap harinya. Ibu Sumarni telah belajar dari efek pandemi ini bahwasannya yang kita butuhkan di dunia ini yaitu sekedar menjalani hidup seperti biasanya dan selalu bertakwa kepada Tuhan agar setelah kita meninggalkan dunia ini kita bisa mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang ada di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun