Mari berkenalan dengan Parsudi dan Basuki, dua orang petani sawit swadaya dari Desa Bukit Indah, kecamatan Bulik, kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.Â
Parsudi yang dikenal di desanya sebagai sosok pekerja keras dan memiliki komitmen tinggi, menjelaskan awal mula dirinya terlibat dalam kegiatan pemetaan lahan yang dilaksanakan oleh Solidaridad melalui proyek NISCOPS fase kedua, "Dulu saya belum mendapatkan kecukupan informasi terkait status lahan sawit saya. Namun, ketika kegiatan pemetaan lahan dari Solidaridad ini mulai diperkenalkan, saya melihat aspek manfaat yang cukup besar.
 Salah satunya untuk membuat perencanaan lahan, terkait pemeliharaan jalan blok, jalan panen, dan pemeliharaan parit. Dari peta yang dihasilkan, petani mendapatkan kemudahan dalam perencanaan perawatan. Tentu lebih efisien juga untuk perawatan jalan dan drainase," ujar Parsudi dengan antusias.
Sementara Basuki, ketua koperasi Makmur Sejahtera, baru kali ini melihat ada kegiatan pemetaan lahan sawit swadaya yang merupakan kerja sama antara organisasi masyarakat sipil dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten.Â
"Awalnya saya skeptis. Namun setelah memperhatikan dan mengikuti tahapan pemetaan dari mulai sosialisasi, pelatihan, dan bagaimana cara menggunakan perangkat pemetaan, saya bisa melihat perbedaan yang signifikan. Misalnya, kami jadi bisa mengetahui bagian lahan mana yang membutuhkan pemupukan lebih banyak, dan mana bagian yang lebih rentan terhadap banjir," ujar Basuki.Â
Beliau juga menyatakan bahwa pemetaan dapat membantu petani dalam merencanakan identifikasi lahan yang berpotensi untuk diversifikasi, untuk pengusulan STDB (surat tanda daftar budidaya), sarana dan prasarana, serta pengajuan program peremajaan sawit rakyat (PSR).Â
Tujuan dari kegiatan pemetaan yang dilakukan oleh Solidaridad adalah untuk membantu petani swadaya mengelola lahan mereka secara lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan menggunakan teknologi peta digital dan aplikasi berbasis GIS (geographical information system), kegiatan ini memungkinkan petani untuk memastikan letak lahan mereka secara akurat, memantau kondisi tanah, serta mengelola pemupukan dan irigasi secara optimal.Â
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petani swadaya seperti Parsudi dan Basuki adalah akses terhadap teknologi dan pelatihan.
"Awalnya, perangkat dan aplikasi ini tampak rumit. Tetapi dengan adanya pendampingan dari petugas lapangan yang memiliki keahlian, kami mulai terbiasa dan dapat memanfaatkan teknologi ini dengan lebih baik," ungkap Parsudi.Â
"Akses data yang terbatas, seperti peta dasar Agraria Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN)/dan kawasan hutan menjadi kendala tersendiri dalam proses pemetaan. Namun, bersama Solidaridad kami dapat memperoleh data tersebut," Basuki menambahkan.Â