Mohon tunggu...
Suksma Ratri
Suksma Ratri Mohon Tunggu... Lainnya - Senior Communication Officer and Gender Focal Point - Solidaridad Network Indonesia

Solidaridad Indonesia adalah sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri untuk pemberdayaan petani mandiri dan adaptasi terhadap perubahan iklim di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merajut Asa di Mail Jampong, Kalimantan Barat

11 September 2024   10:50 Diperbarui: 15 September 2024   17:19 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yohana Fitriana Yanti (foto: YPSDKK)

Yohana Fitriana Yanti adalah seorang ibu rumah tangga berusia 47 tahun sekaligus seorang petani perempuan dari desa Mail Jampong di kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ia dan Putri, anak gadisnya, baru-baru ini bergabung dengan kegiatan proyek Pathways to Prosperity (P2P) yang dijalankan oleh mitra pelaksana Solidaridad, YPSDKK (Yayasan Pemberdayaan Sumber Daya Keling Kumang). 

Yohana menjadi petani karena orang tuanya juga petani. Ia memiliki lahan seluas 4 hektar; ia menanam kelapa sawit di lahan seluas 2 hektar, dan padi serta sayur musiman di 2 hektar sisanya, sementara suaminya lebih suka mengelola kebun karet. Putrinya juga memiliki kebun seluas satu hektar. 

Yohana dan Putri bergabung dengan proyek P2P untuk meningkatkan keterampilan mereka dan untuk mendapatkan pengalaman baru. "Semoga dengan memiliki keterampilan tambahan akan berdampak positif pada penghidupan saya dan pendapatan rumah tangga kami," kata Putri.

Kerajinan manik-manik dari nyelik batu (foto: YPSDKK)
Kerajinan manik-manik dari nyelik batu (foto: YPSDKK)
Yohana adalah alumnus sekolah lapangan (SL) petani Solidaridad, tempat ia belajar banyak tentang praktik pertanian yang baik. Ia merasa bahwa dengan menjadi petani, ia dapat menjamin ketersediaan pangan bagi keluarganya. "Saya tidak perlu membeli beras dan sayur karena saya dapat memanfaatkan hasil kebun saya. Dan kelapa sawit memberi saya penghasilan tambahan," tutur Yohana. 

Namun, menjadi petani tidaklah selalu menyenangkan. Banyak tantangan yang harus dihadapi. "Sangat melelahkan, karena harus berjuang melawan panas, hujan, dan debu setiap hari. Penghasilan juga tidak dapat diprediksi," ujar Yohana. Tidak heran ketika ia menghadiri sosialisasi proyek P2P, Yohana berharap dapat belajar tentang cara menambah penghasilannya.

Yohana menunjukkan hasil kreasinya (Foto: YPSDKK)
Yohana menunjukkan hasil kreasinya (Foto: YPSDKK)
Selain bertani, Yohana juga tertarik dengan kerajinan manik-manik karena ia sangat menyukai produk dan aksesoris manik-manik. Melalui pelatihan kejuruan yang diselenggarakan oleh YPSDKK, Yohana bersama Putri, gadis berusia 25 tahun yang pulang setiap dua minggu dari bekerja di perusahaan yang jauh jaraknya dari rumah, memperoleh keterampilan khusus dalam membuat produk manik-manik. 

"Membuat produk manik-manik merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Saya juga dapat menghabiskan waktu dengan putri saya dengan lebih berkualitas. Kegiatan ini juga berpotensi untuk menambah penghasilan rumah tangga," ungkapnya. Yohana dan Putri yakin bahwa keadaan akan membaik setelah adanya jaringan pemasaran untuk produk mereka.

Putri (foto: YPSDKK)
Putri (foto: YPSDKK)
Menjadi bagian dari proyek P2P membuat Yohana menyadari bahwa sebelum bergabung, ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawainya. "Sekarang, setiap ada waktu luang, kami selalu berpikir bagaimana memanfaatkannya dengan bijak dan produktif." Ia dan Putri juga menyadari bahwa bergabung dengan kegiatan P2P memberi mereka manfaat yang cukup signifikan, 

"Secara ekonomi, saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Secara sosial, saya punya lingkaran pertemanan baru sekarang. Saya juga mendapatkan pengetahuan baru. Dan berbicara tentang lingkungan, saya jadi lebih menghargai hasil alam, terutama nyelik batu, bahan untuk membuat manik-manik. Saya sangat termotivasi untuk aktif melestarikan dan mengolahnya." ungkap Putri. 

Proyek P2P memberi peluang untuk membuka lapangan kerja baru dan penciptaan usaha rumahan. Namun, untuk membangun usaha rumahan, kata mereka, dibutuhkan dukungan pengadaan bahan dan peralatan lain yang diperlukan.

"Yohana dan Putri memulai dari nol. Mereka tidak memiliki keterampilan kejuruan. Kami melatih dan bekerja sama dengan mereka untuk memastikan mereka memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan," kata Hera, dari YPSDKK. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun