Berfokus pada pemberdayaan penenun tradisional, kegiatan ini menghidupkan kembali seni tenun ikat dengan menggunakan pewarna alami yang bersumber dari hutan Tawang Serimbak.
"Saya bersyukur dan senang sekali bisa menerapkan ilmu yang saya peroleh dari pelatihan diversifikasi produk (dari Solidaridad). Pelatihan tersebut benar-benar memperluas wawasan saya, dan memotivasi saya untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih kreatif," kata Lidwina Rema, seorang penenun tradisional dari Ensaid Panjang yang kini menjajaki lebih banyak cara dan jenis produk untuk memenuhi minat wisatawan.
Ada juga elemen ekologis dalam hal ini. Sumber pewarna alami yang dipakai untuk tenun ikat di Ensaid Panjang bergantung pada aktivitas para peramban yang mengumpulkan berbagai jenis daun dari hutan.
Untuk Tawang Serimbak, daun engkerbang dan tarum diramban dan dikumpulkan dari hutan untuk kemudian dibawa kembali ke Rumah Betang di desa, untuk diolah oleh para perempuan menjadi bahan pewarna alami yang digunakan untuk produk tekstil.
Sembai, warga Desa Ensaid Panjang yang sehari-hari meramban di hutan mengatakan, "Hutan itu ibarat supermarket alam. Apa pun yang kami perlukan--makanan, obat-obatan, bahkan bahan baku untuk membangun rumah atau membuat perabot--tersedia semua. Kita bisa memanfaatkan sumber daya hutan secara bijak dan lestari. Dan sangat penting untuk tetap menjaga agar hutan dalam keadaan baik."
Ke depannya, kegiatan wanatani yang dijalankan diupayakan untuk membangun model ekowisata berkelanjutan, khususnya di kawasan hutan Tawang Serimbak yang subur dan hijau.
Namun, meski sudah teridentifikasi ada 140 titik potensi wisata di Kabupaten Sintang, masih perlu dilakukan sosialisasi dan komunikasi kepada warga setempat sebelum melaksanakan upaya ekowisata.
Oleh karenanya, pelatihan dan diskusi telah dilaksanakan untuk memfasilitasi hal-hal berikut:
- Persiapan kebijakan dan perangkat kelembagaan: Peserta berencana untuk membentuk badan pengelola, diawasi oleh kepala desa dan lembaga adat. Tujuannya untuk mengawasi musyawarah pengelolaan hutan, pengambilan keputusan, penetapan peraturan, dan menentukan peran anggota.
- Identifikasi atraksi budaya dan wisata: Mulai dari tenun ikat, tarian dan ritual tradisional, perayaan dan festival, hingga kegiatan seperti berkemah, wisata air terjun dan hutan, wisata jelajah, serta banyak lagi lainnya.
- Perumusan paket atau usaha pariwisata: Hal in bertujuan untuk menggabungkan pengalaman mendalam dan partisipatif seperti lokakarya tenun dan wisata kuliner.
- Penggabungan model permakultura: Model ini akan menjadi inti dari pendekatan ekowisata. Mempromosikan praktik pertanian organik dan terpadu di kalangan penduduk desa, sekaligus memastikan pariwisata berkelanjutan yang mengusung prinsip kelestarian alam dan lingkungan.