"Kadang-kadang jika hasilnya belum terlihat, memang minat kami mungkin kurang, dan banyak dari  kamipun tampak acuh tak acuh. Namun, setelah menyaksikan kemajuan positif dan merasakan sendiri manfaatnya, kami cenderung menjadi lebih sadar dan mau ikut mengembangkan diri dengan minat yang tulus," aku David, seorang petani anggota Koperasi Bondo Sepolo yang pada awalnya kurang tertarik dengan metode pertanian regeneratif yang diperkenalkan.
MENDORONG PENGGUNAAN KOMPOS DAN PUPUK ORGANIK SEBAGAI ALTERNATIF
Bagi petani swadaya, sarana dan produk pertanian merupakan tantangan tersendiri, terutama karena pupuk bersubsidi hanya dapat diakses oleh koperasi. Kerangka kerja pertanian regeneratif mendorong produksi pupuk organik. Peternakan, khususnya sapi, memainkan pertan ganda dalam produksi pupuk organik dan pengelolaan gulma. Namun tingginya harga sapi menimbulkan hambatan finansial, sehingga mendorong beberapa pihak untuk mencari alternatif produksi kompos dengan menggunakan bahan organik lokal. "Sejak mengikuti sekolah lapangan petani yang diselenggarakan oleh Solidaridad, saya mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang praktik perkebunan berkelanjutan yang mengadopsi prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. Sebelumnya, kami sangat bergantung pada pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman, namun kini kami menyeimbangkannya dengan metode organik untuk menjaga kualitas tanah agar berkelanjutan. Selain itu, kami juga menjadi lebih bijak dalam penggunaan pestisida dan mematuhi aturan penggunaan yang tepat," jelas Daniel, petani swadaya warga desa Merarai Satu di Kabupaten Sintang.
ISPO, maka kami harus mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam hal tersebut untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika mengizinkan pengambilan limbah pabrik," kata Rizaldi, kepala pabrik.
Membangun rumah kompos merupakan salah satu metode yang diperkenalkan kepada petani swadaya sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis. Dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia, seperti tandan kosong kelapa sawit yang diperoleh dari pabrik terdekat, para petani diajarkan cara membuat kompos. "Rumah kompos ini menjadi angin segar bagi kami, para petani kelapa sawit di kawasan hulu Sintang. Keterbatasan akses jalan raya seringkali menyulitkan dan memakan biaya besar untuk mendapatkan pupuk yang diperlukan. Kompos yang kami hasilkan bisa menjadi bahan pertimbangan solusi bagi petani yang melakukan budidaya kelapa sawit dan juga tanaman lainnya," kata Darius Anu, ketua Koperasi Raja Swa di Desa Bangun. Solidaridad memfasilitasi Koperasi Raja Swa untuk membangun rumah kompos majemuk yang mampu menampung hingga 28 ton kompos fermentasi. Untuk menjamin pasokan tandan buah kosong, Raja Swa menjalin perjanjian kerjasama dengan PT Agro Andalan, pabrik bersertifikasi keberlanjutan di Kabupaten Sekadau. "Kami menyambut baik inisiatif kerjasama pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit yang melimpah, seperti tandan kosong yang menggunung di pabrik. Untungnya, dengan bimbingan kami, koperasi kini bersedia untuk mengolah limbah pabrik menjadi kompos. Namun ada beberapa aspek yang perlu ditekankan dalam kerja sama ini, seperti metode pengambilan atau pengangkutan, distribusi, dan pengolahan limbah. Karena pabrik kami sudah bersertifikatPENDAMPINGAN BERKESINAMBUNGAN
Ketika para petani memulai tahap penanaman kembali, staf lapangan Solidaridad dengan cermat memantau insiatif tersebut secara berkesinambungan, membantu mengatasi tantangan-tantangan seperti kesenjangan informasi, kendala keuangan, dan potensi risiko yang mengintai. Transisi ini bukannya tanpa hambatan, khususnya pada kelapa sawit, tanaman yang tidak dapat sepenuhnya dikonversi ke metode organik. Namun demikian, didorong oleh potensi pertanian regeneratif, para petani kini melaporkan peningkatan yang signifikan dalam kesehatan dan produktivitas tanah di kebun mereka.
regenagri, dan jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan tersebarnya kisah sukses mereka. Perjalanan ini bukan hanya tentang sertifikasi keberlanjutan, tapi ini merupakan seruan bagi petani swadaya untuk mulai juga menjadi petani karbon, sejalan dengan tujuan keberlanjutan yang lebih luas di bidang pertanian. Kisah dari Kalimantan Barat ini adalah tentang bagaimana pertanian regeneratif membuka jalan menuju masa depan yang berketahanan dan berkelanjutan. Billy Hasbi, Head of Programme Operations di Solidaridad Indonesia mengatakan, "Secara umum, untuk komoditas global, penekanan yang didorong oleh pasar sangatlah penting. Jika pasar memerlukan praktik regeneratif, kami akan mengusahakan agar semua produsen bergerak ke arah pengadopsian pertanian regeneratif, terbukti dengan keberhasilan mereka memperoleh sertifikasi dari regenagri,"
Saat ini ada 2,000 petani swadaya binaan Solidaridad yang telah mendapatkan sertifikasi pertanian regeneratif dariBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H