Mohon tunggu...
Suksma Ratri
Suksma Ratri Mohon Tunggu... Lainnya - Senior Communication Officer and Gender Focal Point - Solidaridad Network Indonesia

Solidaridad Indonesia adalah sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri untuk pemberdayaan petani mandiri dan adaptasi terhadap perubahan iklim di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari Pilihan

Langkah Sunyi Sang Penjaga Hutan dari Kampung Pesayan

30 Maret 2023   13:10 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:22 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Kampung Pesayan, Kecamatan Sambaliung di Kabupaten Berau, seorang laki-laki paruh baya bernama Yonus Sugian memiliki sebuah cita-cita sederhana: ingin mewariskan hutan yang rimbun kepada generasi penerusnya. 

Berangkat dari cita-cita ini, beliau kemudian melangkah dan memulai langkahnya untuk melestarikan sisa kawasan hutan yang ada di wilayah kampungnya. 

Kawasan hutan seluas 14 hektar ini berada di Area Penggunaan Lain (APL), dan telah menjadi sumber air bagi 200 keluarga yang tersebar di empat rukun tetangga di kampungnya. 

Laki-laki tangguh kelahiran tahun 1964 ini menghabiskan masa mudanya di Kalimantan Utara sebelum akhirnya menetap di Kampung Pesayan di Kalimantan Timur.

Yonus menyadari bahwa ketersediaan air bersih merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebelum tahun 2014, warga Kampung Pesayan mengandalkan pasokan air bersih dari sumur-sumur pribadi yang digali secara mandiri. 

Namun setiap kali musim kemarau tiba, sumur-sumur ini mengering dan menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Krisis air bersih ini menjadi sebuah masalah utama bagi warga setempat dan membuat Yonus tergerak untuk mencari solusinya. 

Tak jauh dari kampungnya, Yonus mendapati sebuah bukit berhutan yang memiliki sumber air bersih. Usaha untuk memanfaatkan sumber air bersih ini pun dimulai. 

Dengan bantuan pemerintah saat itu, Yonus berhasil membuat bak penampungan yang kemudian airnya disalurkan ke tandon-tandon di dekat permukiman warga dengan menggunakan mesin bertenaga surya. 

Ada sebanyak 15 tandon air yang disediakan, masing-masing dengan kapasitas 7,500 liter. Air yang sudah masuk ke tandon-tandon tersebut kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga dengan menggunakan sistem gravitasi hingga 200 keluarga pun bisa menikmati pasokan air bersih yang berasal dari sumber air lokal ini. 

Yonus tahu persis bahwa untuk dapat mempertahankan sumber air bersih ini, area berhutan di perbukitan tersebut tidak boleh terganggu dan justru harus terus dikelola serta ditambah kerimbunannya. 

Banyak yang berpikir bahwa mempertahankan APL bukanlah sesuatu yang rumit, namun pada kenyataannya, "Bukan hal mudah, karena gempuran untuk pemanfaatan area tersebut untuk kegiatan ekstraktif seperti pertambangan, perkebunan, ataupun kegiatan yang memiliki nilai ekonomis lainnya, datang bertubi-tubi." ujar Yonus. 

Tak jarang warga masyarakat pun melontarkan minat mereka untuk mendapatkan manfaat ekonomis dari kegiatan ekstraktif yang dianggap dapat memberikan keuntungan cukup besar. 

"Bukan hanya warga yang ingin peningkatan taraf hidup, tekanan dari investor dan pihak-pihak lain yang ingin memanfaatkan APL ini untuk tujuan bisnis juga banyak sekali," lanjut Yonus menjelaskan. 

"Tapi saya bergeming saja. Saya tetap menyatakan bahwa kawasan hutan ini harus dipertahankan dan dikelola demi kelestarian sumber air yang ada dan untuk kepentingan masyarakat sekitar." 

"Warga mungkin tidak sadar, bahwa sumber air bersih ini juga memiliki nilai ekonomis bagi mereka," kata Yonus, "Jika dihitung, keperluan air bersih untuk setiap keluarga per hari adalah 1 meter kubik. Sekarang kita asumsikan saja harga air bersih per meter kubik adalah seribu rupiah, maka untuk 200 keluarga akan diperlukan biaya sebesar enam juta rupiah. Itu hanya untuk pasokan air bersih saja." Yonus menjelaskan. 

"Enam juta per bulan untuk sekampung. Itu artinya setahun secara kolektif warga bisa berhemat hingga 72 juta rupiah. Dan jika dihitung konsumsi air bersih ini sejak tahun 2014, maka ketersediaan air bersih ini sudah meringankan biaya air bersih warga sekampung sebesar 576 juta rupiah." Jelasnya. "Ini bukan jumlah yang kecil, dan ini hanya perkiraan kasar saja karena ada kemungkinan beberapa keluarga mengonsumsi air bersih lebih dari 1 meter kubik per hari." 

Pemerintah Kampung Pesayan sendiri merasa sangat terbantu dengan usaha Yonus untuk menjaga kawasan hutan tersebut. Dukungan terhadap Yonus pun diberikan secara penuh oleh pemerintah kampung, sebab selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, air yang berasal dari sumber air ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang kesemuanya memiliki dampak positif terhadap perekonomian warga setempat.

Yang dilakukan oleh Yonus sejak tahun 2014 adalah mengajak warga setempat, yang kala itu banyak mengalami kesulitan ekonomi akibat PHK dari sebuah perusahaan kertas, untuk menanam tanaman pangan yang cepat menghasilkan.

Dengan susah payah Yonus mengajak kawan-kawan dan anggota keluarganya untuk tetap bertahan di Kampung Pesayan meskipun didera kesulitan ekonomi, dan mulai melakukan wanatani agar hutan yang ada di area kampung mereka tidak lenyap begitu saja. Mereka menamai kelompok wanatani mereka, Sei Mangkajang. 

Meskipun status lahan yang ada saat ini telah menjadi hak milik anggota Sei Mangkajang, namun mereka semua sepakat untuk tidak mengalihfungsikan lahan-lahan mereka menjadi lahan perkebunan atau pertambangan, dan tetap digunakan sebagai area hijau guna menjaga ketersediaan air bersih bagi warga Kampung Pesayan. 

Bukan perkara mudah bagi Yonus dan anggota Sei Mangkajang lainnya untuk merangkul warga dan menjaga lahan yang ada agar tetap menjadi lahan hijau. Beberapa anggota terpaksa menjual lahan milik mereka untuk memenuhi kebutuhan lain seperti untuk biaya sekolah anak-anak mereka. Namun para pemilik baru diajak untuk ikut serta merelakan lahannya menjadi area hijau demi kepentingan bersama. 

Menanam tanaman ekonomis tentu saja diperbolehkan, namun harus tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan, sehingga tanaman yang diperbolehkan adalah sejenis kelapa wulung, durian, dan petai. Telah ada sekira 4,000 bibit tanaman yang ditanam di area seluas 150 hektar tersebut. 

Kegigihan Yonus dan kelompoknya dalam mempertahankan kawasan hutan tersebut mendorong KPH Berau Tengah untuk memberikan dukungan dan memotivasi mereka untuk meneruskan usaha pelestarian yang telah dilakukan selama ini. 

Baru-baru ini Yonus dinominasikan sebagai penerima penghargaan Kalpataru. Namun sayang, beliau belum berhasil mendapatkan penghargaan tersebut.

Meskipun demikian, Yonus tak surut. Langkahnya untuk terus menjaga kawasan hutan tetap laju meskipun sunyi dari sorotan publik. Putri bungsunya yang kini tengah menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman sudah bertekad nantinya akan meneruskan perjalanan cita-cita ayahandanya untuk melestarikan kawasan hutan satu-satunya di Kampung Pesayan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun