Mohon tunggu...
Sukron Mazid
Sukron Mazid Mohon Tunggu... Penulis - (Moy) Mutiara Kyai Mojo

Berkelana sebagai sufistik kajian peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Haru Gadis Kecil Positif Covid-19

27 Desember 2020   18:30 Diperbarui: 27 Desember 2020   18:52 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: borobudurnews.com

Gadis bernama Irene Magdalena Gea (9), adalah gadis cilik yang masih duduk dibangku kelas 3 SD di Kecamatan Mertoyudan Magelang ini tinggal sendirian di rumah. Hal ini dikarenakan sang nenek harus isolasi di Rumah Sakit karena reaktif covid 19. Irene siswi disalah satu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mertoyudan ini sangat tegar, tabah, ikhlas dan sangat dewasa. Cobaan yang dialami gadis kecil ini seolah memberikan sebuah pelajaran arti hidup dalam kemandirian dan kesendiriannya.

Sikap dan perilaku yang sangat mandiri dan dewasa ini ditunjukkan oleh Irene, tatkala ada kunjungan dari Desa, Babinsa dan Kamtibmas untuk mengulurkan bantuan. 

Sebenarnya Irene tinggal bertiga bersama nenek dan pamannya di sebuah perumahan yang sederhana. Tetepi ketika neneknya di rawat di Rumah Sakit, pamannya menunggu sehingga Irene sendirian.

 Lalu pamannya juga harus di SWAB untuk memastikan terpapar atau tidak. Dikala seperti ini tentunya Irene harus isolasi mandiri di rumah sendiri, sembari menunggu hasil SWAB dari Rumah Sakit. Dalam kesendiriannya inilah Irene mampu bersikap dan berpikir dewasa.

Ketika ditanya dari Desa atau tetangga, Irene dengan tegar dan sikap dewasanya mengatakan tidur sendirian dan berani. Untuk mengisi waktunya sehari-hari ia habiskan dengan membaca buku-buku sekolah dan belajar. 

Di rumah kontrakannya tidak mempunyai Televisi padahal anak seusianya TV sebagai tontonan hiburan. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sendiri dicukupi oleh tetangganya. 

Begitu pula komunitas Gereja setempat juga memberikan bantuan untuk mencukupinya. Adapun tetangga sendiri terus memantau dan mengawasi kegiatan Irene selama isolasi sendiri. Agar anak betul-betul dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Di Jawa Tengah sendiri gagasan Gubernur untuk Jogo Tonggo memberikan pengaruh untuk saling memberi dan mengasihi bagi yang membutuhkan. Termasuk kesadaran tetangga Irene untuk mempraktikan konsep yang digagas oleh geburnur dengan saling menolong dan membantu.

Sementara dikutip dari borobudurnews.com bahwa Kepala Desa juga sudah sangat peduli, bahkan sampai Irene akan dibawa dan dirawat oleh Kepala Desa. 

Tetapi Kades akan menunggu hasil SWAB Irene untuk segera mengetahui terpapar atau tidak. Apabila tidak dan hanya isolasi mandiri saja akan langsung segera dibawa dan dirawat di rumahnya. Itulah bentuk kepedulian dari para tetangga dan kepala desa yang merasa iba atau tidak tega dengan kondisinya.

Aktifitas neneknya sendiri adalah berjualan kue bolang baling keliling ke kawasan perumahan dan kampong sekitar kontrakannya. Terkadang Irene selepas sekolah juga ikut dan membantu jualan neneknya memakai sepeda. Ini demi untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Inilah arti sebuah perjuangan hidup dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga segala upaya dan daya untuk terus berusaha. Di tengah cobaan pandemic yang belum berakhir ini, kita semua harus bisa memposisikan diri agar tetap bertahan baik bekerja dan prosedur sehat.

Sumber: borobudurnews.com
Sumber: borobudurnews.com
Kisah haru ini dimulai dari neneknya sakit lambung, kemudian sakit gigi bahkan beberapa kali bolak balik periksa ke Puskesmas. Selanjutnya menjalani SWAB di Rumah Sakit diantar oleh pamannya sekaligus sang paman juga di SWAB. 

Mereka berdua akhirnya di RS karena hasil neneknya rapid reaktif maka diisolasi sedangkan pamannya menunggu. Sambil menunggu hasil SWAB di RS, paman Irene memutuskan pulang dulu. Sang paman diperbolehkan untuk isolasi mandiri di rumah sehingga Irene tidak sendirian dan ada yang menemani kembali bersama paman.

Dari penuturan pamannya seperti dikutip borobudurnews.com bahwa sebenarnya Irene masih punya Ayah di Nias. Sedangakan ibundanya sudah meninggal dunia Tahun 2016. 

Ibundanya sebelum meninggal mengalami sakit luka bakar akibat ledakan sebuah kompor minyak tanah di Nias kala itu. Akhirnya sakit yang diderita akibat luka bakar tidak tertolong lagi sehingga meninggal dunia. 

Kemudian Irene diajak oleh pamannya untuk merantau ke Jawa. Sebenarnya sang ayah sudah tidak mengizinkan, tetapi karena pertimbangan agar sang nenek tidak kesepian dengan hadirnya cucu. Lalu sang ayah mengizinkannya. Ayah Irene sendiri masih di Nias bersama Kakak dan Adiknya. 

Perjuangan nan haru dari keluarga gadis kecil ini belum berakhir tatkala hasil dari SWAB yang dilakukan oleh Rumah sakit beberapa hari yang lalu sudah keluar bahwa Irene dan Neneknya positif Covid 19.

Kisah ini memberikan sebuah arti pentingnya kehidupan bahwa kita harus banyak bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah cobaan wabah yang melanda di bumi pertiwi, kita masih diberikan kesehatan dan kenikmatan yang sangat luar biasa. 

Bagaiman arti dari kehidupan Irene dan Keluarga membawa kita untuk tetap tegar, ikhlas dan sabar serta berpikir dewasa. Bahwa hidup di dunia adalah sementara, maka kita wajib untuk mengasihi dan menyayangi sesama. Serta harus saling tolong menolong kepada yang membutuhkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun