4. Hindari konflik di waktu istimewa
Selama hampir sehari, anak belajar di sekolah, lalu bermain dengan teman-temannya. Ketika orang tua pulang kerja dan sampai di rumah, hendaknya menghindari konflik dengan anak. Misalnya, sang ayah pulang kerja mendapati anaknya langsung bertanya, “Sudah mengerjakan PR belum?” dengan muka datar. Seorang anak tentu merindukan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Wajah yang ceria dan sapaan yang hangat akan memberi pengaruh yang dalam kepada anak.
5. Banyak banyaklah mendengar tentang cerita anak anak
Seseorang biasanya akan bercerita kepada orang lain ketika menghadapi masalah. Seorang anak akan bercerita kepada temannya saat menghadapi masalah, baik masalah di sekolah maupun masalah di rumah. Di sinilah pentingnya peran orang tua, selain sebagai ayah-ibu juga sebagai teman. Jadikan anak sebagai teman sehingga anak akan mau bercerita kepada orang tua ketika ia tertimpa masalah. Seorang anak yang pendiam dan terlihat baik-baik saja, pasti juga memiliki masalah. Orang tua harus aktif berkomunikasi dengan anak agar orang tua bisa mengarahkan dan membimbing anak untuk menyelesaikan masalahnya.
Itulah beberapa tips untuk menjaga quality time antara orang tua dan anak. Lalu bagaimana peran guru (atau sekolah) dalam hal tersebut? Setiap guru dan sekolah tentu memiliki program masing-masing.
Saya sendiri terkadang berbincang-bincang dengan siswa untuk mengetahui bagaimana interaksi siswa dengan orang tuanya di rumah. Saya bertanya apa pekerjaan orang tua, pukul berapa orang tua pulang kerja, dll. Setelah liburan panjang, saya bertanya apa kegiatan bersama keluarga selama liburan?
Saya menyimpan beberapa foto tempat wisata yang pernah saya kunjungi dan terkadang beberapa siswa melihatnya, lalu mereka pun bertanya-tanya tentang obyek wisata tersebut.
Setelah saya jelaskan, biasanya mereka tertarik dan mengajak untuk berlibur ke tempat wisata tersebut. Saya menanggapinya dengan antusias, tapi saya menyarankan mereka mengajak keluarganya. “Nanti pas liburan ajak bapak-ibu piknik ke sana,” begitu saran saya kepada mereka, boleh dibilang semacam provokasi agar mereka bisa berlibur bersama keluarga.
Saya pernah memberikan tugas kepada siswa yang melibatkan orang tua. Tugasnya sangat mudah: Bertanyalah kepada orang tua tentang hubungan antara pepohonan dan banjir.
Waktu itu materi yang dipelajari tentang berita dan laporan. Dan beberapa waktu sebelumnya beberapa wilayah di kabupaten memang dilanda banjir.
Saya meminta mereka menulis apapun jawaban orang tuanya. "Tulislah apapun jawaban dari orang tua kalian," kata saya waktu itu. "Kalau orang tua menjawab 'Tidak tahu', tulislah 'Tidak tahu',” demikian tekan saya pada mereka.
Dengan pertanyaan yang mudah tersebut, saya ingin para siswa berkomunikasi, bertanya, belajar bersama orang tua. Dengan pertanyaan tersebut, saya juga ingin mengetahui bagaimana tanggapan orang tua ketika anaknya bertanya terkait tugas sekolah.
Setelah tugas dikumpulkan, saya membaca beberapa hasil pekerjaan para siswa. Dan hasilnya sebagian besar siswa melaksanakan tugas dengan baik. Orang tua mereka memberikan jawaban dan dituliskan oleh mereka. Namun, ada beberapa tanggapan orang tua yang kurang diharapkan oleh mereka.
Saya bertanya bagaimana tanggapan orang tua kalian saat kalian bertanya? Pertanyaan itu saya ajukan kepada para siswa yang jawaban atas soal tugas tidak diberikan oleh orang tua atau jawabnnya seperti “Tidak tahu.” Anak-anak itu menjawab jujur.