Mohon tunggu...
Sukrisno Santoso
Sukrisno Santoso Mohon Tunggu... wiraswasta -

Guru Bahasa Indonesia di SMPIT Mutiara Insan Sukoharjo. Menyukai buku, kopi, dan puisi. Menulis "Catatan Kecil" di www.sukrisnosantoso.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilarang Membaca Novel Saat Belajar

16 Agustus 2016   21:49 Diperbarui: 16 Agustus 2016   21:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menjawab, “Tidak boleh membaca, jadinya membaca novel hanya hari Sabtu dan Minggu.” Mereka boleh membaca pada hari Sabtu dan Minggu karena merupakan libur pekanan. Hari Sabtu masuk untuk kegiatan ekstrakurikuler saja.

“Lebih penting Matematika,” tambah yang lain. Di sini, terlihatlah dengan jelas kedudukan pelajaran Bahasa Indonesia dibandingkan pelajaran lain di mata sebagian orang tua.

“Disuruh belajar,” kata siswa lainnya.

Mendengar jawaban itu, saya merasa geli. Jadi, dalam pandangann sebagian orang, yang namanya belajar yaitu mengotak-atik angka atau menulis sesuatu di buku tulis. Aktivitas membaca cerita tidak dianggap sebagai aktivitas membaca. Pandangan tersebut terasa menggelikan sekaligus memprihatinkan menurut saya.

Jadi, membaca novel itu tidak dianggap sebagai aktivitas belajar.

“Kalau kalian belajar Matematika, yang dipelajari ya angka-angka. Kalau kalian belajar Bahasa Indonesia, yang dipelajari ya kata-kata,” demikian kata saya kepada mereka sambil menengadahkan harap agar mereka lebih sering membaca buku.

Pandangan seperti ini –bahwa membaca buku cerita tidak dianggap belajar-- masih dianut sebagian orang tua –atau bahkan malah guru? Seorang teman bercerita bahwa ada sebuah sekolah yang di perpustakaannya tidak ada novel dan para siswanya tidak diperbolehkan membaca novel. Novel dianggap sebagai barang hiburan yang membuat anak menjadi malas. Lebih banyak keburukan dalam membaca novel daripada kebaikannya.

Menghadapi persoalan tersebut, saya pun tak bisa berbuat banyak. Yang bisa saya lakukan ialah menularkan kecintaan membaca kepada para siswa saya. Saya memberikan contoh dengan membaca buku saat waktu luang di sekolah dan membawa buku-buku bacaan ke sekolah –kadang juga saya bawa ke kelas.


 ***
 Sukoharjo, 16 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun