Kehancuran Dan Kekuasaan
(cikal bakal dari syahwat ragawi dan syahwat kekuasaan)
Diantara kita manusia yang hidup di zaman sekarang tidak semua ingat namun pasti pernah mendengar berita yang pernah menghebohkan dunia menjelang tahun 2012. Iya, itu adalah tentang ramalan yang pernah dibuat oleh suku maya bahwa dunia akan kiamat di tahun tersebut (2012). Bahkan Industry film Hollywood sudah merilis sebuah film tentang kiamat yang di ramalkan oleh suku maya tersebut yang  berjudul '2012'.
Di satu sisi, kita sebagai umat yang hidup di akhir zaman sebenarnya banyak diuntungkan. Karena kita disajikan dengan berbagai sejarah dan cerita suatu bangsa dan komunitas yang pernah hidup sebelum  kita, yang seharusnya dengan sejarah tersebutlah menjadi cikal bakal dan iqtibar dalam upaya kita membangun sebuah peradaban yang maju dan berkelanjutan demi kemaslahatan umat.
Bila kita membuka lembaran sejarah peradaban sebuah bangsa dan komunitas masa lalu, kita begitu banyak disuguhkan dengan peradaban-peradaban yang begitu hebat dan pernah beryaja dimasanya. Seperti peradaban Romawi, Persia, India, Yunani dan Peradaban Arab.
Peradaban Romawi misalnya, merupakan sebuah peradaban yang sangat terkenal dan sangat luas pengaruhnya, khususnya di Eropa. Pada masa itu mereka telah menjadi negara adidaya dimana kekuasaannya sampai ke Timur Tengah. Namun Bangsa Romawi memiliki dua persoalan yang sangat genting. Pertama, persoalan  sosial masyarakat yang membagi mereka menjadi dua bagian, majikan dan budak. Majikan memiliki kekuasaan yang tiada batas terhadap budak sampai bisa membunuh tanpa harus ada alasan dan kekuasaan ini mendapat legalitas dari negara. Persoalan kedua adalah konflik sosial dengan agama, dimana pemuka-pemuka agama Nasrani ketika itu memiliki kekuasaan yang cukup besar sehingga jika bukan atas nama agama semuanya harus dihancurkan.
Peradaban Persia yang mengagungkan sang raja memiliki darah ketuhanan untuk itu memiliki kekuasaan yang tiada batas. Raja dan para pejabatnya bebas membuat aturan-aturan politik dan berbagai kebijakan. Kondisi ini menimbulkan kekacauan dalam struktur pemerintahan sehingga melahirkan sifat  menjilat dan menyembah diantara komunitas demi sebuah tujuan yang diinginkan. Dari keserakahan kekuasaan tersebut telah menghancurkan peradaban mereka yang sangat luar biasa. Sedangkan rakyat terus tertindas oleh kebijakan dan aturan politik tersebut.
Peradaban India yang dimulai pada tahun 1003 SM merupakan sebuah peradaban yang sangat maju dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi, namun entitas mereka menjadi hilang karena aturan dan urutan kastanya. Aturan kasta ini telah merusak peradaban tersebut dengan kekuasaan yang dimiliki oleh kasta tertinggi yang boleh melakukan apa saja terhadap kasta terendah.
Kasta Brahma yang memiliki kekuasaan dan kedudukan tertinggi telah membuat undang-undang dan politik dengan negara yang disebut dengan Manusastra. Undang-undang ini telah memberikan kekuasan yang sangat besar kepada mereka, sedangkan kasta Sudra tidak memiliki hak apa-apa, bahkan hak terhadap dirinya.
Dalam peradaban Yunani dengan pemikir utama mereka seperti Plato dan Aristoteles meletakkan undang-undang negara dengan membagi masyarakat dalam tiga tingkatan, Pemikir (Filsuf), tantara dan rakyat jelata (Kufi). Peradaban ini merupakan dasar dari semua peradaban yang berkembang di dunia. Namun karena kakuasaan yang tiada batas yang dimiliki oleh para elit telah menyebabkan hubungan atara penguasa dengan rakyat jelata seperti hakim dan yang dihukum dimana penguasa boleh melakukan apa saja terhadap rakyatnya dan rakyat jelata tidak memiliki hak apapun. Â Di samping itu fitnah, tipu daya dan zina yang begitu bebas telah menyebabkan peradaban tersebut hancur dan lenyap dari permukaan bumi. Â
Peradaban Arab juga pernah hancur berkeping-keping sebelum Islam datang sehingga dijuluki dengan masyarakat Jahiliyah. Mereka terpecah-pecah dan syahwat ragawi dan harga diri yang salah tempat telah merendahkan mereka ke titik yang paling hina.
Berdasarkan beberapa ringkasan peradaban di atas, bila kita mencari satu arah titik kehancuran dari peradaban tersebut akan mengarahkan kita bahwa hancurnya suatu bangsa, suatu komunitas adalah hubungan para elit dan rakyat jelata yang tidak seimbang. Para elit memiliki kekuasaan tiada batas sehingga mampu melakukan apa saja yang menguntungkan mereka.
Kepentingan para elit merupakan sesuatu yang mutlak harus terpenuhi, sedangkan kepentingan rakyat hanyalah sebuah imajinasi, hayalan dan bayang-bayang mimpi. Sehingga rakyat jelata hanya menjadi korban dan selalu menunggu karena adanya hembusan angin syurga.
Disisi lain, bila ada ide dan kondisi yang menguntungkan para penguasa akan mendapatkan dukungan dan legalitas untuk dilakukan, tetapi jika menguntungkan rakyat akan dibiarkan begitu saja tanpa dukungan dan legalitas dari para penguasa, dibiarkan begitu saja tanpa respon yang baik dan habis seperti es tertimpa air hujan. Bahkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan para penguasa dari semua peradaban yang disebutkan di atas, rakyat jelata tidak memilki hak sama sekali.
Kepentingan rakyat hanya menjadi simbolisasi semata yang kemudian menjadi bahan berita. Sedangkan rakyat tetap pada kondisi yang tidak menguntungkan, namun selalu mengatasnamakan kepentingan mereka.
Kondisi sosial yang kita rasakan dewasa ini belumlah seperti kondisi runtuhnya peradaban-peradaban tersebut di atas. Tetapi ramai diantara kita yang memilih tidak membaca dan mengambil sebuah catatan penting dari sejarah runtuhnya peradaban-peradaban tersebut.
Oleh
Sukri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H