Berdasarkan beberapa ringkasan peradaban di atas, bila kita mencari satu arah titik kehancuran dari peradaban tersebut akan mengarahkan kita bahwa hancurnya suatu bangsa, suatu komunitas adalah hubungan para elit dan rakyat jelata yang tidak seimbang. Para elit memiliki kekuasaan tiada batas sehingga mampu melakukan apa saja yang menguntungkan mereka.
Kepentingan para elit merupakan sesuatu yang mutlak harus terpenuhi, sedangkan kepentingan rakyat hanyalah sebuah imajinasi, hayalan dan bayang-bayang mimpi. Sehingga rakyat jelata hanya menjadi korban dan selalu menunggu karena adanya hembusan angin syurga.
Disisi lain, bila ada ide dan kondisi yang menguntungkan para penguasa akan mendapatkan dukungan dan legalitas untuk dilakukan, tetapi jika menguntungkan rakyat akan dibiarkan begitu saja tanpa dukungan dan legalitas dari para penguasa, dibiarkan begitu saja tanpa respon yang baik dan habis seperti es tertimpa air hujan. Bahkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan para penguasa dari semua peradaban yang disebutkan di atas, rakyat jelata tidak memilki hak sama sekali.
Kepentingan rakyat hanya menjadi simbolisasi semata yang kemudian menjadi bahan berita. Sedangkan rakyat tetap pada kondisi yang tidak menguntungkan, namun selalu mengatasnamakan kepentingan mereka.
Kondisi sosial yang kita rasakan dewasa ini belumlah seperti kondisi runtuhnya peradaban-peradaban tersebut di atas. Tetapi ramai diantara kita yang memilih tidak membaca dan mengambil sebuah catatan penting dari sejarah runtuhnya peradaban-peradaban tersebut.
Oleh
Sukri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI