Mohon tunggu...
Sukri MSos
Sukri MSos Mohon Tunggu... Dosen - Dosen /Tenaga pengajar

Sya adalah seorang dosen/tenaga pengajar di salah satu kampus Negeri di Aceh. Hobi berolahraga,munis dan memberikan pemahaman kpda org lain

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Kekuasaan dan Kehancuran"

8 Agustus 2022   13:23 Diperbarui: 8 Agustus 2022   14:15 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam peradaban Yunani dengan pemikir utama mereka seperti Plato dan Aristoteles meletakkan undang-undang negara dengan membagi masyarakat dalam tiga tingkatan, Pemikir (Filsuf), tantara dan rakyat at jelata (Kufi). Peradaban ini merupakan dasar dari semua peradaban yang berkembang di dunia. 

Namun karena kekuasaan yang tiada batas yang dimiliki oleh para elit telah menyebabkan hubungan atara penguasa dengan rakyat jelata seperti hakim dan yang dihukum dimana penguasa boleh melakukan apa saja terhadap rakyatnya dan rakyat jelata tidak memiliki hak apapun. Di samping itu fitnah, tipu daya dan zina yang begitu bebas telah menyebabkan peradaban tersebut hancur dan lenyap dari permukaan bumi.  

Peradaban Arab juga pernah hancur berkeping-keping sebelum Islam datang sehingga dilalap dengan masyarakat Jahiliyah. Mereka terpecah-pecah dan syahwat ragawi dan harga diri yang salah tempat telah merendahkan mereka ke titik yang paling hina.

Berdasarkan beberapa ringkasan peradaban di atas, bila kita mencari satu arah titik kehancuran dari peradaban tersebut akan mengarahkan kita bahwa hancurnya suatu bangsa, suatu komunitas adalah hubungan para elit dan rakyat jelata yang tidak seimbang. Para elit memiliki kekuasaan tiada batas sehingga mampu melakukan apa saja yang menguntungkan mereka.

Kepentingan para elit merupakan sesuatu yang mutlak harus terpenuhi, sedangkan kepentingan rakyat hanyalah sebuah imajinasi, hayalan dan bayang-bayang mimpi. Sehingga rakyat jelata hanya menjadi korban dan selalu menunggu karena adanya hembusan angin surga.

Disisi lain, bila ada ide dan kondisi yang menguntungkan para penguasa akan mendapatkan dukungan dan legalitas untuk dilakukan, tetapi jika menguntungkan rakyat akan dibiarkan habis seperti es tertimpa air hujan. Bahkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan para penguasa dari semua peradaban yang disebutkan di atas, rakyat jelata tidak memilki hak sama sekali.

Kepentingan rakyat hanya menjadi simbolisasi semata yang kemudian menjadi bahan berita. Sedangkan rakyat tetap pada kondisi yang tidak menguntungkan, namun selalu mengatasnamakan kepentingan mereka.

Kondisi sosial yang kita rasakan dewasa ini belumlah seperti kondisi runtuhnya peradaban-peradaban tersebut di atas.

Tetapi ramai diantara kita yang memilih tidak membaca dan mengambil sebuah catatan penting dari sejarah runtuhnya peradaban-peradaban tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun