Mohon tunggu...
pungipung
pungipung Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Selebriti

.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ironi Sepekan Ini

15 Mei 2010   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:12 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu lalu salah satu wanita terbaik negeri ini “disingkirkan” oleh presidennya sendiri. Semua tahu kemampuannya, semua tahu kredibiltasnya, semua tahu reputasi dan prestasinya. Tapi bukan itu yang dibutuhkan presiden.  Wanita itu dianggap kerikil bagi kekuasaannya sehingga harus diamankan.
Untuk menyamankan kekuasaan, kita harus harus memberikan rumput yang gemuk bagi sekutu kita, bukan ilalang. Mungkin begitulah pikir bapak presiden (semoga pikiran beliau benar saat itu).

Apa mau dikata, Presiden sudah mengambil sikap. Presiden sudah memutuskan untuk menukar idealisme dengan pragmatisme. Menukar kejujuran dengan kepalsuan. Menukar kepentingan bangsa dengan kepentingan sekelompok orang. (Saya pun berharap semoga dalam waktu dekat ini beliau tidak menukar otak menteri keuangan yang cerdas dengan otak keledai.)

Menoleh ke belakang, timbul prasangka jangan-jangan drama angket Century hanyalah akal-akalan kelompok itu saja. Inilah tujuan sebenarnya atas kengototan mereka selama ini. Berdalih untuk menyelamatkan uang negara, membela kepentingan rakyat, bukan karena dendam pribadi bla bla bla, mereka berteriak lantang ingin pengusutan segera atas kebijakan bail-out Century. Lalu di akhir cerita, kita sama-sama tahu, mereka tersenyum mesra dengan mundurnya menteri keuangan kita. Momen yang mereka sebut sebagai sebuah kesejukan politik. Jadi, apakah kemarin itu hanya sandiwara? Inikah rupa panggung para aktor itu?

Kemudian dibentuklah sekretariat bersama itu. Katanya untuk menyamakan persepsi di tubuh koalisi sebelum memasuki ranah kelembagaan di DPR. Jadi sebelum dibahas di dewan, semua permasalahan akan dibahas di setber terlebih dahulu. Ya ya ya ya, jika nanti ada masalah lagi akan diselesaikan dulu disini. Setelah ada hasil baru akan dibawa ke forum dewan. Oh ya sebelumnya akan dibagi dulu peran masing-masing orang. Siapa berperan apa, lalu muncul kapan dimana. Biar tampak rapi diskenariokan dulu klimaksnya. Jadi di akhir cerita ada hasil yang kelihatan dramatis. Masyarakat nanti akan menilai bahwa anggota dewan masih punya kerjaan di senayan. Katakanlah ini juga panggung para aktor dalam bentuk yang lain.

Satu bonus lagi yang didapat. Bisa dipastikan rating siaran TV nya bos Surya Paloh ama Aburzal Bakrie bisa ikut naik. Nanti "royalti" nya bisa dimakan bersama. Lumayan kan.

Itulah dagelan  para aktor yang terbungkus dengan kiasan rapi. Mau yang kasat mata? Ternyata ada juga di negeri ini. Mari kita tengok para artis yang berbondong-bondong mendaftar ikutan pilkada. Nah kalo yang ini aktor sungguhan kan. Kira-kira nanti juga maen sandiwara gak ya klo kepilih?

uhuk uhuk uhuk

Yah, inilah sedikit kenyataan yang saya lihat dalam seminggu terakhir. Jadi bagaimana? Merasa tersindirkah kita dengan kisah fiksi diatas? Tidak juga tidak apa-apa. hehehehe.....

Tulisan lain tentang rupa-rupa ulah pejabat kita:

ibu menteri dengarkan curhat kami

anggota-dewan-tak-harus-semuanya-pintar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun