Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam "Opening Ceremony" IGF 2018 di Benteng Vastenburg Solo

10 Agustus 2018   09:41 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:10 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival Gamelan berskala internasional, International Gamelan Festival (IGF) 2018 dengan tema 'Homecoming', resmi dibuka di Benteng Vastenburg Kota Solo, Kamis (9/8/2018) malam. Berkenan untuk membuka festival adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy didampingi oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, dan Direktur Festival IGF, Rahayu Supanggah. Mereka bersama-sama memukul kendang sebagai tanda dimulainya ajang "mudik"-nya gamelan ini.

Malam Opening Ceremony, diawali dengan dikumandangkannya Gendhing Ketawang Puspowarno, dilanjutkan gelaran komposisi Karawitan hasil kolaborasi para komponis yang telah mencapai puncak penjelajahan artistik Gamelan. Mereka adalah Rahayu Supanggah (Solo), Wayan Yudane (Bali), dan Taufik Adam (Jakarta).

Sajian Gendhing Ketawang Puspawarna, sebagai pembuka perhelatan akbar ini, melibatkan puluhan pengrawit dan pesinden andalan Solo seperti Peni Candra Rini, Endah Laras, Cahwati, serta sinden sekaligus dalang cilik Woro Mustiko Siwi. 

Di bawah komando tangan dingin maestro gamelan, Rahayu Supanggah, gending klasik tersebut berhasil membawa penonton pada pengalaman magis. 

foto: dokpri
foto: dokpri
Selesai menikmati karya Panggah dilanjutkan karya Wayan Yudane yang menggarap musik gamelan dengan gaya baru. Kakhasan gamelan Bali dipadu dengan penyajian nuansa modern, membawa penonton dalam suasana sakral sekaligus indah.  

Kemudian penonton diajak menyaksikan sajian Taufik Adam yang lebih berwarna. Ia mengawinkan gamelan dengan instrumen musik daerah lain salah satunya Bajawa, Flores. Komposisi pergelaran pembuka yang melibatkan lebih dari 50 orang ini juga diiringi sedikit tarian sebagai visualisasi karya mereka.

foto: dokpri
foto: dokpri
Seusai penampilan karya tiga komponis tersebut, acara malam pembukaan dilanjutkan dengan penampilan Southbank Gamelan Players dari Inggris. Kelompok gamelan yang berasal dari Inggris ini semalam menyajikan Gendhing Gambyong Pareanom lengkap dengan tariannya sebagai pembuka penampilan mereka. Selanjutnya beberapa komposisi gamelan karya mereka sendiri disajikan dengan apik. Kemudian untuk semakin memeriahkan penampilan, mereka menyajikan beberapa lagu dan tembang dengan iringan gamelan, berturut-turut Dendang Semarang, Bintang Kecil, Caping Gunung dan Bengawan Solo.

foto: dokpri
foto: dokpri
foto: dokpri
foto: dokpri
Pagelaran Opening Ceremonial IGF 2018 semalam ditutup menjelang tengah malam oleh penampilan bintang tamu kedua, Djaduk Ferianto & Kua Etnika dari Yogyakarta. 

Kelompok musik yang selalu memadukan unsur pentatonik Gamelan Jawa di dalam setiap karyanya ini, semalam menyajikan empat komposisi karya mereka sendiri, yaitu Nirwana, Bromo, Siklus dan Ronggeng To Latinos.

Kua Etnika mengawali penampilan dengan Nirwana. Usai Nirwana, Bromo menjadi repertoar berikutnya. Interaksi Kua Etnika dan penonton terasa kental dengan dialog-dialog yang disampaikan Djaduk di jeda antar repertoar.

foto: dokpri
foto: dokpri
Pada repertoar ketiga dia mengajak semua penoton dan tamu undangan untuk mendoakan korban gempa di Lombok. Hadirin berdiri dan berdoa dengan diiringi lantunan komposisi berjudul Siklus. "Konsep Siklus ini semacam circle di dalam doa,"  ucapnya sebelum memulai lagu.

Penampilan dilanjutkan dengan nomor bertajuk Jawa Dwipa. Dalam pengantarnya, Djaduk menceritakan, lagu ini merupakan komposisi lama yang dia interpretasi ulang.

foto: dokpri
foto: dokpri
Sajian Kua Etnika ditutup dengan repertoar berjudul Ronggeng To Latinos. Nomor ini dibuat Djaduk berkaitan dengan pengalaman membuat musik untuk tarian karya ayahnya, Bagong Kussudiardja. 

Karya tersebut berdasarkan novel karya Ahmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Seperti judulnya, pada nomor ini ada warna latin, yang berpadu dengan gamelan dan alat musik lain.

Demikianlah, malam opening ceremonial IGF 2018 berlangsung dengan indah dan meriah serta  disaksikan sekitar dua ribu orang memenuhi hampir seluruh bagian dalam Benteng Vastenberg Solo. Selamat menikmati IGF 2018 selama sepekan di Solo. 

Berikut ini beberapa foto yang menampilkan kemeriahan acara semalam.

Pintu utama Benteng Vastenburg
Pintu utama Benteng Vastenburg
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Tampak hadir, budayawan Romo Mudji Sutrisno SJ
Tampak hadir, budayawan Romo Mudji Sutrisno SJ
Southbank Gamelan Players
Southbank Gamelan Players
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Disediakan 2 layar besar untuk kenyamanan penonton.
Disediakan 2 layar besar untuk kenyamanan penonton.
Bersama Romo Mudji Sutrisno SJ
Bersama Romo Mudji Sutrisno SJ
Bersama Garin Nugroho
Bersama Garin Nugroho

Salam damai penuh cinta.

(foto-foto: dokumentasi pribadi)

***

Solo, Jumat, 10 Agustus 2018

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun