Menikmati musik adalah aktivitas yang selalu menyenangkan dan bahkan membahagiakan serta tak lekang oleh waktu. Musik selalu mampu membuat suasana menjadi kian syahdu. Lagu bisa menghadirkan nuansa tertentu dan mampu membawa kita pada suasana tertentu pada suatu waktu di masa lalu.
Pertunjukan musik di mana pun senantiasa tak pernah sepi dari animo penonton. Pentas musik dangdut tak akan pernah lepas dari keterlibatan penonton yang riuh bergoyang.Â
Konser musik rock terasa hambar jika tak disertai atraksi headbanging penontonnya. Â Sementara itu sajian musik jazz senantiasa diikuti oleh lenggang-lenggok pemirsanya yang terhipnotis improvisasi. Sedangkan dendang lagu-lagu pop membawa penikmatnya ke suasana romantis syahdu.
Namun kali ini kita akan khusus mencermati keunikan musik rock, terutama era 70 hingga 90-an. Kala itu yang membahana tentu saja genre Hard Rock, Heavy Metal dan Pop Rock.Â
Siapa yang tidak kenal dengan group band Deep Purple, Rainbow, Led Zeppelin, Nazareth, Black Sabbath, Metallica, Firehouse, Skid Row, Reo Speedwagon dan yang lainnya. Untuk band-band lokal contohnya, kita punya God Bless, Superkids, Giant Steps, Power Metal, Power Slaves, Edane, Jamrud, Slank.
Musik rock tentu saja identik dengan musik yang terkesan bising dan khas dengan lengkingan gitarnya yang dahsyat.Â
Namun siapa menyangka bahwa yang melegenda dari lagu-lagu ciptaan yang mereka bawakan justru lagu yang berirama relatif lambat dan agak lembut yang selanjutnya kita kenal dengan sebutan Slow Rock. Masing- masing band legendaris zaman itu punya karya masterpiece-nya.
Tentu kita yang mengalami masa remaja atau muda di zaman itu tak asing dengan Soldier of Fortune (Deep Purple), The Temple of The King (Rainbow), Love Hurts (Nazareth), Stairway to Heaven (Led Zepplin), Nothing Else Matters (Metalica), Huma di Atas Bukit (God Bless), Ikuti (Edane), Pelangi di Matamu (Jamrud), Ku Tak Bisa (Slank) dan masih banyak lagi yang tentu tak mungkin kita sebut semuanya di sini.
Itulah 'Evergreen Slow Rocks', lagu-lagu Slow Rock yang menjadi legenda ibarat tumbuhan yang senantiasa hijau sepanjang masa. Menikmatinya dengan media apa pun senantiasa menyenangkan.Â
Keabadian dan keindahan Slow Rock bisa kita buktikan dengan masih digemarinya pula oleh generasi muda sekarang dan sepertinya hingga masa mendatang. Â Keindahan lagu yang diciptakan dengan ketulusan memang senantiasa membahagiakan untuk dinikmati. Musik adalah bahasa universal yang menyatukan hati; itu pasti.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 30 Juli 2018
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H