Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa menutup-nutupi kebenaran dengan kedok melindungi orang atau demi lepentingan dia itu sendiri, merupakan manipulasi terhadap martabat manusia sebagai makhluk yang oleh Sang Pencipta dikaruniai akal budi. Mengelak dari kebenaran, tidak menyajikan apa yang benar, melainkan dengan sengaja memberi gambaran yang miring, yang telah dipermak, juga tidak dihalalkan apabila dijalankan dengan tujuan yang baik. Tujuan tidak menghalalkan sarana. Maksud baik tidak menghalalkan kebohongan.
Sikap itu adalah semacam paternalisme, seakan-akan pers mempunyai hak untuk menentukan apa yang boleh diketahui oleh masyarakat dan apa yang tidak. Sikap "kami memilih untuk anda" dan we know best what's good for the people bagi kita itu menunjukkan pandangan rendah terhadap pembaca, pandangan rendah mana juga merendahkan yang memandang demikian itu sendiri.
Masyarakat berhak untuk menentukan sendiri sikapnya terhadap realitas. Masyarakat berhak atas kebenaran yang enak dan yang tidak enak, yang sesuai dengan harapannya dan yang tidak, yang menunjang apa yang dianggap sebagai pendapat umum dan yang bertentangan dengannya.
Nah, dengan paparan sederhana di atas kiranya jelas harus bagaimanakah perilaku pers. Tak terkecuali dalam hal ini juga para pewarta warga. Kemajuan media informasi modern serta kebebasannya tidak dengan serta merta menyampingkan kebenaran. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Sabtu, 9 Juni 2018
Suko Waspodo Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H