Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebih Kreatif dengan Menekankan Makna

8 Juni 2018   17:46 Diperbarui: 2 Agustus 2018   16:08 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: HidayahArt

Mengapa manusia berperilaku kreatif? Motivasinya bermacam-macam, namun ada satu yang mendalam, yaitu dorongan untuk mencari makna bagi kehidupannya. 

Ia bertindak menyimpang dari kelaziman, berani melakukan sesuatu yang tidak populer, menempuh risiko - ini semua digerakkan oleh satu nilai kehidupan yang diyakininya. Melalui tindakan kreatif nilai itu diwujudkannya, tercetus keluar.

Di dalam lubuk hati orang kreatif sebenarnya terkandung sedikit atau banyak unsur-unsur idealistik. Kalau kreasinya ternyata kemudian membawa keuntungan, material atau sosial, tidaklah selalu bahwa pada awalnya pencarian keuntungan itu yang menjadi motif utamanya. 

Kita dapat menyiratkan kenyataan ini dalam kata-kata falsafah sebagai berikut: dalam cetusan kreativitas terpantullah kemuliaan manusia, karena pada momen-momen tersebut ia tidak mempersoalkan apa yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dirinya. Pertimbangan tersebut untuk sementara disisihkan oleh sinar-sinar rahasia dari lubuk hatinya.

Kalau penghayatan semacam itu dibawa ke taraf tindakan yang lebih bersifat sehari-hari, mungkin kita akan mengenalnya dalam ungkapan cara yang lebih berseni. Renungkanlah sejenak. 

Kalau kita sebenarnya cukup untuk menyajikan suatu pesan dengan tulisan dan huruf-huruf cetak saja, mengapa kita merasa tergerak untuk menghiasnya dengan gambar, foto, atau sentuhan artistik lain, sehingga pesan itu tampak lebih berseni? 

Melalui upaya memperkaya penyajian itu sebenarnya kita ingin menekankan suatu makna (dalam hal ini mungkin makna hidup bersama). Namun dalam ikhtiar untuk menekankan makna tersebut, lahirlah suatu bentuk yang lebih kreatif dari biasa, suatu denyut pembaruan yang spontan, tanpa pamrih.

Kasus tersebut di atas dapat kita jadikan tumpuan dalam pemecahan masalah. Setiap kalai kita mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: "Baik, inilah cara pemecahan yang tampaknya paling langsung dan gamblang. Tetapi sebentar kutunda. 

Tidak adakah cara lain yang lebih berseni, lebih manusiawi, lebih mencitrakan diri pribadiku?" Inilah pertanyaan yang mungkin bisa membawa dimensi baru dalam pemecahan masalah, atau mengundang kreativitas. Dalam buku-buku tentang desain, kita jumpai istilah elegant solution (pemecahan yang elegan - kena tetapi juga sekaligus indah), yang sejalan dengan prinsip tersebut di atas.

Sebagai ilustrasi sederhana kita dapat mengambil bidang keamanan dan ketertiban. Ketika sedang berlangsung shooting sebuah film, bagaimanakah caranya untuk mencegah gangguan yang mungkin timbul dari kerumunan manusia yang menonton? 

Kita dapat memakai pola kamtib yang kaku dan keras. Ini sudah biasa. Tetapi kalau kita memikirkan cara yang lebih berseni, perhatian dari kerumunan manusia tersebut dapat dialihkan melalui atraksi lain. Dapat dilibatkan seorang pelawak, artis, atau bintang film, atau tokoh penghibur lain, dan melalui mereka diberikan layanan yang simpatik bagi kerumunan massa tersebut. Ini pun merupakan bentuk promosi tidak resmi bagi film yang sedang dibuat.

Dalam bidang pemasaran barang dan jasa, biasanya yang paling menonjol adalah pertimbangan efisiensi dan laba. Meskipun ini suatu kelaziman, kenyataan hasilnya bisa berbeda. Sikap yang terlalu komersial justru menutup pintu pengembangan produk, karena dibatasi oleh rabun dekat dari pemasar tersebut. Ia melupakan bahwa bidang garapannya adalah kepuasan konsumen secara menyeluruh. 

Bila pemasar itu mulai mempertanyakan manakah cara-cara yang yang lebih berseni untuk memuaskan kebutuhan konsumennya, terbukalah pintu untuk ide-ide kreatif yang pada akhirnya membawa keuntungan usaha yang lebih terjamin. 

Contohnya adalah bagaimana produk alat-alat jahit dirancang dan dipromosikan dengan tema "gembira menjahit", memperindah kehidupan keluarga dengan keterampilan menjahit, dan lain-lain pendekatan yang simpatik.

Bisa kita jumpai juga dalam bidang kuliner, sebagai contoh misalnya kuliner mie ayam pangsit bakso. Cara penyajian makanan ini sebenarnya sederhana saja, cukup mie ditempatkan dalam mangkuk, potongan kecil-kecil olahan daging ayam, pangsit serta asesoris lainnya ditambahkan di atasnya lalu bakso dengan kuah disajikan terpisah atau dicampur. 

Kita sudah bisa menikmati kelezatannya yang sering membuat ketagihan. Tetapi akhir-akhir ini ada cara penyajian baru dimana mie disajikan dengan mangkuk terbuat dari pangsit goreng yang selanjutnya bisa kita makan juga juga mangkuk unik tersebut. Bukankah ini juga suatu tindakan kreatif berseni dalam penyajian? Tentu saja hal ini akan berdampak pada makna lebih dalam cita rasa.

Adalah kebiasaan kita semua untuk melihat suatu permasalahan sebagai hal yang mendesak (urgent), dimana pemecahan yang langsung tampak di depan mata itulah yang diambil. Edward de Bono menyarankan agar kita selalu dapat membedakan antara mana-mana yang mendesak dan yang penting. 

Ada hal-hal yang tidak mendesak tetapi penting (important). Kalau kita memperlakukan sesuatu sebagai hal yang penting, maka kreativitas atau cara berseni pun lebih mendapat tempat. Selanjutnya dalam jangka panjang upaya itu akan memberikan buah jauh lebih banyak.

Demikianlah paparan sederhana (lagi) tentang bagaimana kita mampu melakukan sesuatu, memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu lebih kreatif dengan menekankan makna. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kreativitas kita.

Salam kreatif penuh cinta.

***

Solo, Jumat, 8 Juni 2018

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun