Sebagai perwujudan dari niat baik untuk saling asah, asih dan asuh, perkenankanlah pada kesempatan tulisan kali ini saya menyampaikan sedikit kritik dan saran agar tulisan kita, khususnya di Kompasiana, nyaman untuk dinikmati dan semakin bermanfaat. Karena saya belum pernah mendapat ‘anugerah’ HL dari admin Kompasiana maka janganlah saya dianggap menggurui dalam hal ini. Saya bukanlah penulis yang piawai namun sekedar ingin kita saling belajar dan mengajar.
Selama ini mungkin kita merasa baik-baik saja dengan tulisan kita dan merasa senang karena tulisan kita masuk HL atau TA dan dibaca ribuan orang. Namun apakah kita sudah menulis dengan kaidah penulisan ilmiah yang agak benar? Agak benar? Ya, cukup agak benar karena tulisan kita kan untuk Kompasiana saja bukan untuk penulisan skripsi atau lomba karya ilmiah.
Yang perlu kita cermati dalam karya tulisan kita (kecuali puisi) di kompasiana selain persyaratan yang telah ditetapkan oleh admin tentu juga penulisan menurut kaidah yang benar. Berikut ini saya sampaikan sebagian kaidah penulisan yang perlu diterapkan.
Penggunaaan huruf kapital pada huruf awal setiap kata di judul tulisan kita kecuali pada kata sambung.
Contoh penulisan judul: Surat Terbuka Rakyat Indonesia untuk Ibu Iriana Jokowi
Untuk penulisan judul ini biasanya sering juga dibenahi oleh admin tetapi kadang admin malahan melakukan kesalahan dengan mengubah huruf kecil pada huruf awal kata sambung dengan huruf besar. Saya berulang kali mengalami hal ini dan kemudian saya edit dengan mengembalikannya pada penulisan saya yang benar.
Ketentuan ini juga berlaku dalam penulisan sub judul di dalam artikel kita.
Penggunaan huruf kapital pada huruf pertama kata awal kalimat, nama, jabatan, sebutan dan nama daerah atau kota.
Penulisan dengan italic, huruf miring, diperlukan untuk penulisan kata dari bahasa asing dan bahasa daerah.
Penggunaan tanda baca yang tepat: titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru, tanda kutip dan sebagainya.
Ketentuan penggunaan tanda baca ini pasti sudah pernah kita pelajari dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Bahkan seandainya (maaf) kita hanya lulus SD sekalipun.
Penggunaan tanda baca yang benar bukan untuk hiasan tetapi untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud karya tulisan kita. Pasti sangat membingungkan bagi kita untuk memahami maksud penulis apabila suatu artikel, cerpen atau cermin ditulis dengan mengabaikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Silahkan anda cermati masih banyak sekali artikel atau tulisan non-fiksi serta cerpen maupun cermin di Kompasiana yang mengabaikan kaidah penulisan ini.
Penerapan huruf kapital dan tanda baca ini mungkin bisa diabaikan dalam penulisan puisi. Silahkan dicermati cara penulisan puisi-puisi saya yang mengabaikan tanda baca. Kita semua tahu bahwa dalam penulisan puisi ada unsur kebebasan.
Kita tentu tidak bisa mengharapkan para admin untuk mengoreksi karya tulisan kita. Ada baiknya kita sedikit belajar lagi tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kita menulis untuk berbagi informasi, pengetahuan dan menghibur orang lain, tentu seharusnya kita berusaha sebaik mungkin dalam menyajikannya.
Demikianlah sedikit ungkapan kritik dan saran saya. Bukan ingin sok pintar, namun sekali lagi, hanya ingin saling asah, asih dan asuh.
Salam kritis penuh cinta.
***
Solo, Senin, 4 Agustus 2014
Suko Waspodo
Ilustrasi: naufalaraminta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H