Mohon tunggu...
Suko Harsono
Suko Harsono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Inilah saya, apa adanya !

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bromo: Andai Saja Pemerintah (Lebih) Peduli Akan Hal Ini

26 Januari 2015   14:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_393288" align="aligncenter" width="624" caption="Danau Ranu Kumbolo yang berada di jalur pendakian ke Puncak Gunung Semeru, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, seolah menjadi magnet tersendiri bagi para pendaki. Tampak puluhan tenda milik pencinta alam memenuhi salah satu sisi danau, Rabu (5/6/2013) pagi. (KOMPAS/DEFRI WERDIONO)"][/caption]

Hari itu, Sabtu, pukul setengah satu malam. Kami berenam berangkat menuju lokasi yang sebelumnya sudah kami rencanakan: Bromo, sebuah kawasan yang menjadi jujugan para traveler dari berbagai daerah baik dari dalam maupun luar negeri. Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya dan para pecinta alam umumnya, nama Bromo sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga mereka.

Malam itu kami menembus dinginnya Malang dengan sebuah Jeep yang sengaja kami sewa untuk menuju sebuah tempat yang menyimpan berbagai keindahan alamnya. Perjalanan dari Kota Malang menuju Bromo kurang lebih memakan waktu sekitar 3-4 jam tergantung jenis kendaraan yang digunakan dan “kelihaian” sang pengemudi. Mungkin bagi yang belum pernah ke Bromo, mereka akan membayangkan indahnya sunrise di Penanjakan, Lautan Pasir di bawahnya dan lain sebagainya. Tapi tidak bagi saya. Perjalanan ketiga kalinya bagi saya ini membuat saya tidak ingin berekspektasi berlebihan.

Oh iya, sekedar informasi, ada dua moda transportasi yang dapat digunakan untuk menuju kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) ini. Pertama, sepeda motor dengan segala konsekuensinya, mengingat medan menuju tempat ini cukup berat bagi yang belum pernah sama sekali. Biasanya yang menggunakan sepeda motor adalah para club motor-yang menggunakan motor “laki”. Namun tidak sedikit orang yang menggunakan motor bebek. Moda transportasi kedua bisa menggunakan Jeep/Hard Top dengan cara menyewa. Menurut saya moda ini yang paling mudah. Kita tinggal duduk di dalam mobil dan akan sampai tujuan. Sopir Jeep di sini sudah sangat “familiar” dengan kondisi medan di sepanjang perjalanan karena mereka setiap hari melewati jalur itu. Pokoknya semua beres, meskipun harga sewanya lumayan.

Tapi bagi yang sudah pernah mungkin akan berpikir ulang untuk menuju ke sana. Ya, sepertinya sudah menjadi rahasia umum bahwa medan untuk menuju Bromo tidaklah mudah. Sepanjang perjalanan ketika sudah memasuki kawasan pintu masuk TNBTS kita akan disuguhi jalan yang “aduhai”. Mulai dari jalanan yang sudah beraspal tapi berlubang di sana-sini sampai yang berupa makadam (jalan yang sudah dibeton tapi sudah hancur tak berbentuk). Belum lagi ketika hujan turun, jalanan ini menjadi sangat licin, kubangan air di mana-mana yang pasti sangat menyusahkan bagi mereka yang belum pernah menuju kawasan ini. Butuh pengalaman khusus pastinya.

Benar saja, selama perjalanan kami disuguhi kondisi jalan yang porak-poranda di sana-sini. Di perjalanan kami juga bertemu dengan rombongan Jeep lain yang sedang berjuang "menaklukkan" jalanan yang rusak. Ada yang sampai Jeep-nya mogok. Padahal kondisinya gelap gulita di malam hari. Ini sangat ironis. Sebuah kawasan taman nasional yang menyedot perhatian masyarakat dunia, -dilihat dari banyaknya “bule” yang datang ke tempat ini, namun tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai, jalan khususnya.

Padahal jika TNBTS ini dikelola lebih baik lagi saya yakin akan membawa dampak yang lebih baik. Jumlah kunjungan misalnya, akan semakin bertambah sehingga pendapatan negara bisa naik. Juga perekonomian masyarakat sekitar bisa terangkat.

Sekali lagi, ini bukanlah masalah bisa atau tidak. Tapi mau atau tidak mau. Pemerintah melalui dinas yang terkait dapat melakukan koordinasi untuk mengelola TNBTS lebih baik lagi, khususnya akses jalan menuju ke sana. Mohon diperbaiki. Beberapa tahun yang lalu saya sudah mengunjungi tempat ini, namun ketika terakhir kali ke sana tidak ada yang berubah. Kondisi jalan hancur di sana-sini. Kubangan lumpur di mana-mana. Prihatin saya.

Kebetulan juga ketika kami pulang, ada sekelompok anak muda yang sepertinya baru saja mengunjungi Bromo menggunakan sepeda motor, ada beberapa laki-laki dan perempuan. Salah satu perempuan di antaranya ada yang sedang terkapar karena jatuh dari motor akibat kondisi jalan yang buruk.

Apakah ini akan menunggu sampai ada "korban" berikutnya baru setelah itu akan ada pembenahan? Tentu kita tidak ingin masalah ini terus berlarut.

Sekali lagi, semoga ini menjadi perhatian bagi kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun