Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru di Dalam Diri

10 Januari 2025   08:44 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru di Dalam Diri (Sumber: CNS Partners)

Pendekatan ini mencerminkan bagaimana manusia belajar secara alami: bukan melalui fakta-fakta terisolasi yang disajikan dalam urutan linier tetapi dengan mengeksplorasi pola, hubungan, dan penemuan berulang. LLM mengubah pengetahuan dari entitas statis menjadi sumber daya yang hidup dan berkembang yang dapat digunakan oleh pelajar secara aktif.

Sifat Iteratif dan Berpusat pada Pelajar LLM

Salah satu aspek LLM yang paling transformatif adalah sifatnya yang berulang. Tidak seperti sumber daya tradisional yang memberikan jawaban tetap, LLM mengundang dialog. Satu pertanyaan tunggal dapat memicu serangkaian pertanyaan lanjutan, refleksi, dan penyempurnaan. Proses berulang ini menyerupai pemecahan masalah di dunia nyata, di mana pemahaman semakin mendalam seiring waktu melalui siklus penyelidikan dan penerapan.

LLM juga membuat pembelajaran sangat berpusat pada peserta didik. Dengan menawarkan akses langsung ke sumber pengetahuan yang luas, mereka memberdayakan individu untuk menyesuaikan perjalanan pendidikan mereka dengan tujuan, minat, dan konteks unik mereka. Seorang ahli biologi mungkin mempelajari filsafat untuk mengeksplorasi pertanyaan etika dalam sains, sementara seorang sejarawan dapat mengungkap inovasi teknologi yang membentuk masyarakat masa lalu. Kecepatan, kedalaman, dan arah pembelajaran tidak lagi ditentukan oleh kurikulum eksternal tetapi dipandu oleh rasa ingin tahu peserta didik dan pemahaman yang terus berkembang.

Guru dan Alat

Kemitraan antara manusia dan AI ini menimbulkan pertanyaan menarik: Siapakah gurunya? Jawabannya sederhana: kitalah gurunya. LLM, tidak peduli seberapa majunya, tidak memaksakan pengetahuan. Sebaliknya, mereka menanggapi, memprovokasi, dan menyarankan. Pikiran manusialah yang mendorong proses pembelajaran ke depan.

Dinamika ini mengingatkan kita pada metode Sokrates, di mana pengetahuan muncul dari dialog yang dipandu. Sama seperti Sokrates yang menggunakan pertanyaan untuk menggali wawasan para siswanya, LLM melibatkan kita dalam pertukaran berulang yang menerangi perspektif baru. LLM adalah alat---yang sangat canggih---yang memperkuat kapasitas alami kita untuk berefleksi, terhubung, dan berkreasi.

Menyegarkan Pembelajaran di Era Kognitif

Dampak dari kemitraan ini jauh melampaui pertumbuhan individu. Di Era Kognitif, di mana kemampuan beradaptasi dan pembelajaran seumur hidup menjadi yang terpenting, kemampuan untuk mengajar diri sendiri menjadi keterampilan yang penting. LLM mendemokratisasi kemampuan ini, mendobrak hambatan akses, keahlian, dan konteks. LLM memungkinkan siapa pun, di mana pun, untuk terlibat dalam pembelajaran yang bermakna dan mandiri.

Namun, modalitas baru ini menuntut perubahan pola pikir. Untuk sepenuhnya memanfaatkan LLM sebagai mitra pembelajaran, kita harus merangkul peran aktif sebagai pembelajar. Rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan refleksi diri bukan sekadar cita-cita; semuanya harus menjadi praktik sehari-hari. LLM menyediakan alatnya, tetapi terserah kita untuk menggunakannya secara efektif.

Undangan yang Tak Berujung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun